Murid Baru Lagi

2 0 0
                                    

Zamora langsung masuk ke ruang osis sesampainya kami disana. Aku memilih menunggu di luar. Karena sebenarnya yang dipanggil kesini hanya Zamora.

Gadis itu berperan sebagai ketua kelas, dan tadi salah satu anggota osis mengatakan ada hal yang perlu diberitahu untuk ketua kelas dari kelas kami.

"Ini map tentang anak baru nya, Mor. Harusnya Pak Eko yang ngasih, tapi hari ini dia nggak masuk. Jadi diserahkan ke osis. Waktu bel masuk nanti murid barunya ke kelas lo kok."

Setidaknya itu yang dapat kudengar samar dari luar

Tak lama Zamora keluar dari ruangan itu. Wajahnya tidak secerah tadi. Kenapa anak ini?

"Ra," panggilnya kecil.

"Kenapa?" tanyaku langsung.

Zamora menatapku, lalu dengan ragu memberikan map merah yang dipegangnya.

Kuraih map itu dengan wajah penasaran.







Menyesal.

Satu kata itu adalah perwakilan diriku sekarang.

Seharusnya aku tidak perlu membuka map itu.

Map yang berisi kertas formulir pendaftaran sekolah dengan foto siswa berukuran 3x4 di ujung kiri atas.

Kenapa

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Kenapa.

Kenapa kamu datang lagi, Naren?

Aku masih terdiam di tempat. Wajahku tidak menampilkan eskpresi apapun, sesuai ucapanku, aku mengurangi porsiran emosiku.

Jadi, jika aku terkejut sekalipun, itu tidak akan terlihat transparan di wajahku.

Walau kenyataannya sekarang jantungku mencelos. Perasaan yang sama saat cowok itu mengabarkanku bahwa ia pindah.

Bedanya, hari ini dia kembali.

"Terus kenapa?" aku hanya bisa mengeluarkan kalimat dengan nada bertanya-sok bingung-itu setelah mati-matian melawan tenggorokanku yang tercekat.

Zamora tersenyum melihat responku, "Jangan nipu diri sendiri gitu lah," katanya merangkulku.

"Apa sih," aku berucap sinis.

"Gue tau lo udah lupain dia, Ra. Tapi perasaan aneh itu juga ada kan? Perasaan aneh lo yang bercampur antara sesak, shock, bingung. Semua jadi satu."

Mungkin ini adalah salah satu alasan mengapa aku bisa bertahan lama menjadi sahabat Zamora. Dibalik sifatnya yang menyebalkan, cuma dia yang mengerti aku. Semua detail tentang aku.

"Kalau pun ada gue harus ngapain? Jungkir balik di tengah lapangan?"

Zamora terkekeh pelan. "Ya enggak gitu juga, Ra."

Aku ikut terkekeh, walau aku yakin siapapun yang melihatnya tahu itu bukan kekehan, melainkan tawa sarkas. "Nah, yaudah," kataku.

"Lagian aku sama Narendra sudah berubah jadi orang asing sejak dua tahun yang lalu, Mor. Kita bukan siapa-siapa lagi, teman sekalipun."














Yang dikatakan salah satu anggota osis tadi benar. Saat jam istirahat habis, wali kelasku datang dengan murid baru yang sama dengan murid baru dua tahun yang lalu.

Kamu datang sebagai murid baru lagi, Ren?

"Siang."

"Siang, Buuuu," kelasku menjawab kompak.

"Kali ini ibu masuk sambil bawa cowok ganteng loh. Dia teman sekelas kalian yang baru, jangan dikasih virus nakal ya. Ayo kenalin dirimu, nak."

Narendra tersenyum tipis dan mengangguk.

"Halo, salam kenal semua. Gue Semesta Narendra. Tapi panggil Semesta aja ya. Soalnya Narendra cuma punya dia," katanya sambil menunjuk aku.

Apa-apaan anak ini?!

"KENAL LO, JOR?"

"PARAH PUNYA TEMEN GANTENG GA BILANG-BILANG."

"EITS APAANIHHH!?!?"

"HMMMMM"

"MENCIUM BAU BAU RAHASIA YANG TERBONGKAR YA TEMAN-TEMAN."

Aku memutar bola mataku malas.

"Sorry, gue gak kenal orang ini." kataku acuh.

Senyum Narendra luntur seketika. Dia nampak terkejut?

Kamu terkejut?

Lalu bagaimana aku dua tahun lalu saat tahu kamu pindah tanpa memberitahu?

Dapat kudengar kelasku bersorak ricuh. Apalagi Raka dan Chandra. Keduanya seakan mendapat teh yang sudah siap tumpah.

Wali kelasku mengetuk papan tulis beberapa kali agar kelasku kembali tenang.

"Waduh, ada masalah pribadi nih ceritanya. Selesai kan di chat aja nanti, oke? Sekarang Semesta duduk di kursi kosong yang di belakang itu dulu ya. Besok ibu atur lagi tempat duduknya."

Semesta mengiyakan dan berjalan ke kursi kosong yang letaknya di barisan seberang paling belakang.

"Oke, kenalan sama Semesta nya nanti ya. Sekarang ibu panggilin Pak Riko dulu untuk mengajar kalian."

Anak kelasku bersorak kecewa yang tidak ditanggapi oleh wali kelasku.

Sedangkan aku, aku bisa merasakan Narendra terus menatapku dari tempat duduknya.


Sedangkan aku, aku bisa merasakan Narendra terus menatapku dari tempat duduknya

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Narendra dan Kejora 16 tahun

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Narendra dan Kejora 16 tahun.

lose Kde žijí příběhy. Začni objevovat