Ini story didedikasikan untuk para followers jadi ga terima feedbackan untuk story ini ya :)
Kumpulan FF one / two shoot(s). Cast made by request. Update gak nentu. Gaya bahasa juga gak nentu. Intinya tergantung mood penulis. Haha.
Mau req? Follow d...
"Laki-laki dan perempuan itu gak bisa hanya sekedar bersahabat tanpa ada benih-benih cinta."
Apakah memang benar tidak bisa? Laki-laki dan perempuan hanya sekedar bersahabat tanpa melibatkan perasaan? Sekian tahun aku bersahat dengannya, akhirnya aku menemukan jawabannya. Dan jawabanku adalah...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
---
"KIM DOYOUNG!" –Ara
"Mampus, kingkong datang..."
Aku segera berlari sekuat tenaga, berlari ke dalam kelas dan menutup pintunya rapat-rapat.
"Buka gak?!" Teriak Ara yang terlihat emosi dari balik pintu.
"Nyenyenyenye!" Ledekku.
Diluar dugaanku, Ara bukannya tambah marah, bukan juga mengerahkan tenaga kingkongnya untuk membuka pintu geser ini, dia hanya tersenyum lebar lalu menghilang dari depan pintu.
"Hah? Kenapa? Tumben?" Tanyaku pada diriku sendiri.
"HEH BODOH!" Teriak Ara yang tiba-tiba sudah berada di dalam kelas. Dia menjambak rambutku.
"AAW AWW! Jelmaan jin ya? Kok bisa masuk sih?!"
"Kamunya aja yang bodoh. Kan ada pintu depan, bodoh!" Kini Ara sudah melingkarkan tangannya di sekitar leherku. Membuatku susah bernafas. Belum lagi karena dia lebih pendek, membuatku harus membungkuk, punggungku pun juga menjadi sakit.
Tapi aku memang bodoh sih, bagaimana bisa lupa kalau kelas ini memiliki dua pintu? Di bagian depan dan belakang? Bodoh.
"Ara-ssi, mohon tenang. Semuanya bisa kita bicara kan dengan baik-baik. Tidak dengan menggunakan kekerasan seperti ini." Lobiku.
"Baik-baik, baik-baik. Ga bisa baik-baik sama kamu tuh, gak cocok." –Ara
"Bisa kok, bisa kita bicarakan baik-baik sambil makan bingsoo di tempat biasa."
"Yang bayar???" –Ara
"Akuuu! Aku yang bayar, aku!"
"Dua!!!" –Ara
"IYA IYAAAA DUA!!!"
Setelah proses tawar menawar selesai, akhirnya Ara melepaskan leherku. Dan di saat itu juga aku melihat Sung Hyora masuk ke dalam kelas. Gadis itu, yang belakangan ini sedang mencuri perhatianku.