"Serius? Kalo laper bilang ya,"

"Iya ka jangan repot repot," sahut Kirana.

"Engga ko, aku emang biasa kalo pergi jauh suka bawa makanan banyak, takut diperjalanan laper," Oliv tertawa kecil.

Tak lama dua orang datang, masuk kedalam mobil, duduk di bangku kemudi, satunya lagi di sebelah kemudi. Kirana kaget.

Kenapa si mesti mereka berdua - Kirana

"Si Hilmi di mobil sedan masa," Eza sambil memasang seatbelt.

"Dia ngapain disitu? Suruh pindah ke bus, gua suruh dia ke bus malah di modil sedan," Adrian mendumel kesal karena temannya itu tidak mendengarkan apa yang ia perintahkan. Eza mengirim pesan ke Hilmi.

"Katanya di bus udah engga muat," kata Eza setelah menerima pesan dari Hilmi.

"Suruh berdiri, manja amat, kalo engga mau, sampe sana gua cabutin bulu keteknya," Eza langsung menyampaikan apa yang ketua OSIS katakan.

"Nih, kata nya iya iya cerewet amat ketua OSIS kayak emak-emak kebelet berak," Eza memperlihatkan layar handphone. Adrian tertawa kecil.

Kirana, Oliv dan Dela yang berada di bangku belakang, hanya memperhatikan kedua orang didepan.

"Sibuk amat si," suara Oliv menunjukkan eksistensi mereka. Eza menoleh ke belakang.

"Eh ada orang, loh he, ada sapa ni, ada calon OSIS yang engga mau jadi OSIS ya," goda Eza. Kirana menatap datar.

"Siapa? Kirana?" Adrian melirik dari balik spion belakang.

"Siapa lagi," Eza menaikkan kedua alisnya. Lelaki itu tersenyum puas melihat Kirana yang sedang menahan kesal.

"Utuk, Utuk Utuk, jangan marah marah Mulu ah, nanti cepat tua, kalo tua nanti cepet mati, masa masih muda udah mau metong, kan engga lucu," Kirana memejamkan mata. Tahan Kirana, ini ujian, untuk tiga hari kedepan ia harus menahan segala umpatannya.

"Kalo bukan karena lagi pelatihan, udah abis lu ka sama gua," tatapan Kirana mengancam.

"Waduh Drian, masa peserta ngomongnya engga sopan, kasar sama kakak kelasnya," Eza mengadu.

"Lagian lu ledek-ledek in anak macan, udah tau galak, suka gigit," Adrian mulai menarik gas, mengikuti bus dari belakang. Dela dan Oliv mengamati percakapan mereka.

"Iya salah ya gua, harusnya gua lebih ngerjain lagi, biar pelatihan serasa liburan, main main gitu, biar tau rasanya di gigit anak macan gimana," Eza melayangkan tangan ke Adrian disambut tos an mereka dengan semangat.

Oliv menatap Kirana. Sepertinya, apa yang ia curigai, benar.

---

Empat puluh menit perjalanan. Adrian menoleh ke spion belakang, sekilas memperhatikan. Kirana memakai earphone, sementara Dela, Eza dan Oliv tidur. Kirana tidak biasa tidur di mobil, karena goyang-goyang.

"Oliv," panggil Adrian. Kepala lelaki itu menoleh ke belakang sedikit.

"Tidur ya?" Kirana melepas earphone, lalu menoleh ke kiri.

"Iya, tidur," sahut Kirana, ia mendengar suara Adrian. Lelaki itu mengangguk. "Kenapa? Butuh sesuatu?" Tanya Kirana, sambil melepas sisi earphone lain. Meskipun Adrian sudah berbuat jahat, tapi wanita itu masih baik.

"Ada botol di tas item, tolong ambilin, gua haus," kata Adrian. Kirana meletakan handphone dan earphonenya.

"Tas nya dimana?" Tanya Kirana.

"Di dekat kaki Oliv," Kirana melihat tas yang dimaksud dan merogoh.

"Ini," Adrian menerima botol itu.

Kirana melihat Adrian kesusahan membuka botol. "Sini ka, gua bukain," kata Kirana. Adrian melirik sekilas lalu memberikan. Kirana membukakan botol lalu memberikan kembali. Adrian terkesan. Tak menyangka hal sekecil itu bisa membuat perspektif Adrian terhadap Kirana berubah.

Dia baik, padahal gua sering kasar – Adrian.

"Oliv kalo di jalan tidur mulu, bukan bantuin atau apa ke," kata Adrian tiba-tiba. Kirana melirik sedikit.

Di jalan Tidur Mulu? Mereka sering pergi? - Kirana

"Ngantuk kali,"

Tak lama Eza terbangun. Ia merenggangkan badannya sedikit.

"Udah sampai mana ni?" Tanya Eza dengan suara berat.

"Engga usah mampir mampir, tidur aja lu," Adrian tau sekali apa yang dimaksud Eza.

Terlihat tulisan 'Starbuck' Eza memukul lengan kiri Adrian.

"Eh, eh, eh mampir dulu ke," kata Eza cepat.

"Engga mau ah, ntar ketinggalan bus nya," kata Adrian.

"Kan udah tau tempatnya," kata Eza.

"Di mobil bawa peserta, ntar ditanyain lagi," kata Adrian.

"Ilah lu, tenang aja, kan ketua OSIS kita ada disini," sahut Eza.

"Ketua OSIS gigi lu peyang,"

"Udah cepet cepet melipir,"

Adrian mengiyakan permintaan Eza, lalu melipir ke rest area.

"Bentaran aja ya, jangan lama-lama," Adrian melepas sabuk.

"Iya bawel lu, ayo turun gaes," ajak Eza turun dari mobil.

"Ini ka Oliv gimana ka?" Kirana sudah membangunkan Dela.

"Tinggal aja," kata Adrian lalu pergi menyusul Eza. Kirana melirik ke kiri, Oliv terlihat sangat pulas, tapi tidak mungkin meningglkan wanita itu sendirian di mobil

"Gimana ni Del?"

"Yaudah engga usah dibangunin," Dela turun dari mobil, diikuti oleh Kirana, "Ke toilet dulu ya," Kirana mengangguk. Dela mengalungkan tangannya ke lengan Kirana. "Enak juga ya ke pisah sama bus, bisa mampir jajan dulu," kata Dela.

"Lumayanlah, meskipun ada dua orang nyebelin itu, tapi engga papalah," kata Kirana. Dela tertawa kecil.

---

KIRANA (COMPLETED)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें