Adek Love Ayah Bunda Sangat

888 154 3
                                    

Senja demi senja terlewat di Jogja. Hingga tiba saatnya harus kembali ke lembah tidar. Kembali pada kenyataan yang harus di jalani.

Kembali pada realita yang membuatku selalu merindukan Jogja, ayah dan bunda.

"Di packing yang bener dek. Jangan ada yang ketinggalan." Aku menganguk. Setelah subuh bunda membantuku mengemasi pakaian yang akan kubawa kembali ke Tidar.

Padahal bisa saja mereka menyusulkan semuanya ke Akmil. Karena kami tinggal dalam tempat yang sama.

"Sudah kok Bun. Tinggal masukin sikat gigi saja." Bunda mengusap kepalaku.

"Bunda bangga sama adek." Aku tersenyum.

"Adek akan selalu buat bangga bunda. Adek janji nanti saat di istana nama bunda dan ayah akan di panggil lagi. Adek janji akan berusaha untuk mendapatkan Adhi Makayasa." Bunda malah menangis memelukku.

"Anak bunda sudah besar, mbak sudah nikah. Adek sudah beranjak besar. Rasanya waktu yang kita habiskan terasa begitu cepat."  Ucap bunda dengan mata yang berkaca-kaca.

"Adek janji. Masih akan banyak waktu yang akan kita lewati. Dan bunda juga harus janji, untuk hidup sehat penuh cinta bahagia. Menunggu Daffa sukses. Sampai nanti Daffa dapat baret merah untuk bunda. Temani Daffa sampai bertemu dengan cinta Daffa. Sampai nanti bunda menimang cucu-cucu bunda. Bunda harus janji untuk terus hidup buat Daffa, ayah dan Mbak Calla. " Bunda makin terisak-isak.

"Janji. Jangan terlalu lelah, bunda tidak bisa selalu di samping adek. Berjanjilah untuk selalu sehat ya Nang. Anak Lanang kebanggaan bunda. Yang akan selalu mengusap air mata bunda." Tanganku bergerak mengusap air mata Bunda.

"Janji. Daffa ambil sikat dulu ya." Aku bergegas menuju kamar mandi. Selalu seperti ini saat bunda akan melepaskan aku pergi.

✨✨✨

Setelah drama pagi dengan bunda dan Mbak Calla yang baru saja bangun. Kini aku kembali ke Magelang bersama rasa rindu yang sudah mendominasi.

"Om mampir sebentar ke kos Ranya ya." Ucapku.

Perjalanan kuhabiskan dengan menulis surat untuk Ranya.

Ranya. 
Beberapa hari sudah kita habiskan bersama.....

Dan saat ini aku kembali menulis surat pamit untukmu.....

Aku akan lama pergi tanpa mengabarimu...

Semoga dan semoga, kamu akan selalu baik...

Semangat ya kuliahnya...
Aku berusaha menghubungi mu nanti...
Setelah ayah dan bunda...

Oiya selamat tanggal 28 ya...
Semoga masih ada tanggal 28 yang lain yang selalu aku lewatin sama kamu...

Aku pamit...

DAY❤️

Kututup lembaran surat merah itu. Saat sampai dikos Ranya, keadaanya begitu sepi. Aku turun, berdiri di depan kamar Ranya yang pastinya hafal di luar kepala. Karena letaknya jelas yang paling depan.

Aku menyelipkannya di bawah pintu.

Aku pamit Nya. Sampai nanti, sampai kita bertemu lagi.

✨✨✨

"Om adek pamit. Titip bunda sama ayah ya." Aku mencium tangan Om Andi saat keluar dari mobil.

Adnyana YuddhagaOnde histórias criam vida. Descubra agora