(3)

4.3K 378 30
                                    

Ga typo ga life
Enjoy it
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
..
.
.
.
.
.
.

"Dimana Haechan?"

Johnny yang hampir mendudukkan diri dikursinya seketika menoleh pada sang ayah.

Benar juga, tak ada Haechan disana, biasanya anak itu tak akan melewatkan sarapan.

"Biar ku susul" Yuri bangkit dari kursinya, baru saja dia akan menaiki tangga, terlihat si bungsu berjalan dengan wajah lesu menuruni anak tangga.

"Morning mom, dad.. morning Johnny Hyung"

Si bungsu mendudukkan diri disamping Johnny, kepalanya tertunduk.

"Sayang, Haechannie sakit? Kenapa wajahmu pucat begitu?"

Johnny yang sedari tadi diam memperhatikan adiknya itu dibuat semakin khawatir karna penuturan sang ayah.

"Haechannie.." kali ini ibunya yang nampak begitu khawatir, lantaran si bungsu tak sedikitpun menjawab.

Johnny meletakkan punggung tangannya dikening si bungsu, membuatnya tersentak kaget.

Haechan memandangi Johnny lama, sama seperti kedua orang tuanya, kakaknya itu terlihat begitu khawatir.

"Badannya panas" ucap Johnny setelah melepaskan tangannya.

"Biar papa telfonkan dokter Park, John kau bawa adikmu kembali kekamarnya, biar mamamu menyiapkan bubur untuknya dulu"

Johnny mengangguk, tanpa mendengar protes apapun dia segera mengangkat tubuh mungil Haechan dalam gendongan bridal style.
Lalu membawa bocah itu kekamarnya.

Dengan hati-hati Johnny menidurkan adiknya, sepertinya Haechan tak tidur semalaman.
Matanya sedikit membengkak dan ada kantung mata menghitam dibawah kelopaknya.
Terlebih wajahnya yang kini memucat dengan bibir berwarna pink pudar.

Haechan seperti nya setengah sadar, dia hanya mengerang dengan tubuh yang meringkuk, menggigil kedinginan sambil terus menggumamkan nama Johnny.

Johnny tak tega melihatnya, dia melepas sepatunya, lalu beranjak naik keatas kasur untuk mendekap tubuh menggigil itu.

Dapat Johnny rasakan nafas adiknya sangat pendek-pendek.
Kulit bocah itu bahkan tak lagi hangat, melainkan sedikit panas sekarang.

Johnny menarik selimut hingga membungkus tubuh si bungsu, kemudian mempererat pelukannya.

Mulutnya tak henti-hentinya menggumamkan kata-kata penenang untuk si bungsu.

"Hyung disini, Hyung tak akan kemana-mana bear, tenanglah"

Pintu kamar Haechan terbuka bersamaan dengan sang ayah yang membawa dokter pribadi keluarganya itu.

Johnny ingin bangkit menyingkir agar sang dokter lebih leluasa memeriksa adiknya, namun genggaman Haechan dikemejanya semakin menguat, seolah tak ingin ditinggal.

"Tak apa, kau bisa kembali mendekapnya, aku hanya ingin memeriksa suhu tubuhnya, bisa kau membantuku?"

Sang dokter menyerahkan termometer digital kecil pada Johnny.

MINE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang