Sesekali gadis Jung itu harus menepis kuat ketika sosok lain muncul dalam pikirannya. Sosok yang entah mengapa mengambil alih pikirannya hingga tak bisa sepenuhnya fokus pada Jimin. Terlebih mendengar fakta yang rasanya membuat hati gadis itu diremas.

"Sayang ..."

Jimin sengaja mengusap punggung tangannya. Ada rasa kecewa sebab sadar bahwa gadis itu tak mendengarkan cerita yang baru saja ia sampaikan dengan antusiasme yang menggebu.

"Ah, ya?"

"Well, aku bilang bahwa proyek di Paris sepenuhnya aku yang memegang dan perusahaan berhasil memenangkan tender. Kita, lebih dekat dengan masa depan, Sayang."

"Selamat, Sayang."

Mendengar panggilan terakhir yang memang tak terlalu sering diperdengarkan oleh kekasihnya membuat Jimin cukup lega dan kehangatan mengerubungi hatinya.

Jika mereka tak sedang berada di tempat umum, sudah pasti Jimin akan mengecup bibir dan memberikan pelukan hangat sebagai bentuk cinta yang begitu banyak dan dalam yang ia simpan untuk kekasihnya.

"Jimin, apakah aku benar-benar tidak bisa ikut ke tempat Taehyung Ssaem? Hanya ingin mengucapkan selamat tinggal dan terima kasih, juga permintaan maaf karena sudah membuatnya kerepotan. Hanya sebagai seseorang yang memiliki etika."

Jimin tak lekas menjawab. Ada helaan nafas berat yang menjadi pertanda bahwa dirinya sesungguhnya tak suka dengan topik pembicaraan yang dibuka oleh kekasih yang sangat dicintainya itu.

Apakah gadisnya benar-benar tak mengerti makna dari kalimat-kalimat sebelumnya?

Menatap wajah Nara, serta kejujuran yang tersirat dari binar matanya, sesungguhnya Jimin cukup tahu bahwa gadisnya tak berbohong.

Butuh sekitar lima menit baginya untuk menimbang dan mereka larut dalam keheningan sampai ia bersuara dengan nada sedikit berat. "Kita ke sana, kau—untuk terakhir kali."

***

Jadi, apa yang membuat Jimin mengizinkan untuk membiarkan gadis itu ikut dengannya adalah, niat untuk memutuskan hubungan apapun dengan Taehyung saat ini. Termasuk, pemutusan hubungan asisten - dosen antara Nara dan Taehyung.

Sepanjang perjalanan pria itu sampai memikirkan kalimatnya di dalam kepala. Ia tak peduli jika mereka kembali terlibat perkelahian atau apapun. Yang jelas, ia tak suka jika miliknya berusaha direbut oleh orang lain, terlebih seseorang yang dulu begitu ia percaya.

"Kita tidak akan lama." Jimin segera bersua ketika mereka tiba di depan lobi apartment Taehyung setelah keluar dari taksi.

Jam menunjukkan nyaris tengah malam namun Jimin bersikukuh ingin menyelesaikan segalanya malam ini.

Sedangkan Nara, tak bisa dipungkiri bahwa dada gadis itu berdebar, rasanya aneh seperti ia tengah berlari dan jantungnya dipaksa untuk bekerja di luar batas biasanya.

"Tanganmu berkeringat, Sayang." Jimin melepaskan genggaman yang bertaut.

"Sorry ..." Nara mengusap telapak tangannya dengan senyum kecil di ujung bibirnya.

Bunyi lift bersamaan dengan pintu yang terbuka menandakan bahwa mereka telah tiba di lantai tempat apartment Taehyung berada. Keduanya berjalan dalam diam.

THE CHOICE✔Where stories live. Discover now