Chapter 5

14.5K 831 60
                                    

Thanks a lot buat kalian semua yg udah komen d chapter kemarin. komennya pada ngebuat aku ngakak. heran deh segitu bencinya sama bang paris n pada ngeship icha ma vito aja, padahal aku demennya icha sama bang paris, hehehe pizz :)v

Chapter ini aku dedikasikan buat kalian yg komen y guys. komennya pada gokil semua^^

Happy satnite, happy reading guys ^_~

¶¶¶

Matahari telah mencapai puncaknya saat mobil yang keluargaku tumpangi dan keluarga bang Paris tiba di sebuah cottage pinggir pantai yang sudah disewa jauh hari oleh Tante Lily dan Om Ino.

Aku segera turun dari mobil untuk menikmati sejuknya angin laut yang membelai rambutku dan bunyi debur ombak yang berlari kebibir pantai.

"Anak anak, ayo bawa semua barang-barang kalian." perintah Papa.

Aku, Azka dan Helen segera membawa tas yang berisi barang pribadi kami selama kami akan menginap di cottage ini.

Azka menggendong tas ranselnya yang tak begitu besar, begitu juga dengan Helen. Lain halnya dengan diriku yang tengah kesusahan menyeret tas koperku yang begitu berat. Papa dan Mama sampai heran saat aku membawa koper yang berat ini. Mereka nggak tau aja kalau didalam koperku selain pakaian juga ada berbagai macam makanan dan snack sebagai cemilan jika aku lapar saat tengah malam.

"Bang Paris bantuin Icha dong angkatin kopernya Icha." pintaku pada bang Paris yang berjalan melewatiku.

"Sorry ya, ngapain gue bantu elo? Minta tolong aja sono ke pacar lo." ucapnya ketus.

Bang Paris malah menawarkan untuk membawa tas milik Helen yang kutahu pasti tidak berat sama sekali.

"Makasih ya bang Fa." kata Helen yang dibalas senyuman hangat oleh bang Paris. Mereka berdua beranjak masuk meninggalkan diriku.

"Ckckck, yang sabar ya Cha. Lo tau sendiri kan kalau mau ngeluluhin hatinya siabang mah harus berusaha sekuat tenaga." ujar Fanya dan Fani menepuk pundakku sementara aku hanya bisa menatap mereka dengan tatapan memelas sebelum akhirnya mereka berdua juga ikut masuk kedalam.

Mungkin mereka merasa prihatin dengan nasibku yang mengenaskan. Aku kembali menyeret koperku dan berusaha mengangkatnya menaiki anak tangga dengan perjuangan ekstra hingga ada sepasang tangan yang ikut membantuku mengangkat koperku.

"Vito."ucapku pada Vito yang tersenyum manis melihatku.

"Aku bantu kamu ya bawa koper kamu sampai kekamar." katanya sambil mengerlingkan sebelah matanya.

Senyumannya seperti menghipnotisku hingga membuatku membalas senyumannya dan mengingatkanku kembali alasan Vito bisa berada disini berlibur bersama keluargaku dan bang Paris.

Flashback

"Kak Vito?" ucap Helen.

Aku menoleh dan melihat wajah terkejut Helen saat menatap Vito tak jauh beda dengan wajah Vito yang sama kagetnya.

"He-Helena?" ucapnya tergagap.

Ada apa ini? Mengapa Helen bisa mengetahui nama Vito? Apa mereka berdua saling kenal? Atau jangan jangan mereka memiliki suatu hubungan tertentu??

Aku bergantian memandang Vito dan Helen. Hingga akhirnya Vito mendekat ke arah Helen.

"Hai... gimana kabar kamu? Lama ya kita gak ketemu." ujarnya tersenyum.

"Ba... baik kak. Kakak sendiri gimana?" tanya Helen gugup.

Sepertinya Helen sedang menyembunyikan sesuatu. Karena tak biasanya Helen gugup saat dia berbicara dengan orang yang juga kenal. Helen termasuk anak yang supel dan gampang bergaul. Tak seperti diriku yang lebih menutup diri karena dari dulu mereka selalu mengejekku dan memandang rendah diriku hanya karena badanku yang subur. Itulah sebabnya temanku tak banyak, hanya Rafael dan Utari yang benar benar tulus menjadi temanku.

Young LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang