Tak Mungkin Kembali

12.2K 644 9
                                    

Bukan hidup adalah pilihan yang kuyakini sekarang. Tapi hidup adalah takdir yang harus aku jalani. Bagaimana tidak jika hidup keluarga kami dipertaruhkan. Maka aku menurut saja apapun arah hidup yang membawaku kali ini.

Om Nano benar jika aku menikah aku tak perlu lagi bekerja dan bisa fokus ke kuliah aku yang saat ini terbengkalai.

Dan lebih dari itu perusahaan akan terselamatkan. Om Nano dapat menstabilkan finansialnya yang otomatis tante Sarah, Roma dan Ronika tak perlu mengkhawatirkan tentang kelanjutan kehidupannya.

Dan lebih penting lagi mama tak perlu lagi bekerja karena uang akan mengalir dari pengembangan perusahaan dari saham yang kumiliki.

Ini solusi yang bagus dari Pakdhe Gigih. Tapi kenapa dia harus memintaku menikahi Mas Bimo?

Mas Bimo. Saat pertama Om Nano menyebut nama yang ng asing itu aku sedikit terkejut. Kenapa mas Bimo? Kenapa bukan Juna?

Bukannya aku tak suka dengan Mas Bimo dan aku lebih menyukai Juna. Tidak.

Mas Bimo lebih seperti kakak bagiku. Dia memperlakukanku benar-benar seperti adik perempuannya. Bahkan dia sering berharap aku kelak bisa bersama dengan Juna agar dia bisa memiliki adik perempuan sepertiku. Dia kelewat jail dan iseng saat kami kecil dia bersama mas Yudi sering mengerjaiku dan Juna. Itu sebabnya Juna sangat jutek tiap kali keluarga kami berkunjung atau saat keluarga mereka datang ke rumah kami. Mas Bimo tiga tahun lebih tua dariku. Sedang Juna seumuran denganku. Aku dan Juna bahkan bersekolah di sekolah yang sama saat SD dan SMP.

Mas Bimo orang yang periang lain dengan Juna yang pendiam. Tapi itu beberapa tahun yang lalu. Sejak aku lulus smp aku jarang bertemu dengan mereka. Papa semakin jarang mengajakku berkunjung. Dan untuk main kesono sendiri aku segan, apalagi melihat gelagat Juna yang makin lama makin jutek dan Mas Bimo dan Mas Yudi yang jarang berada dirumah. Jadi apa kabar dengan keluarga mereka ya? Pakdhe Gigih, Budhe Mai istrinya, Mas Yudi dan istrinya, mas Bimo dan Juna si Jutek.

Setelah lebih dari tiga tahun tidak bertemu dengan keluarga Pakdhe Gigih, hari ini mereka datang untuk melamar. Acara berjalan lancar. Aku senang bisa melihat Budhe Mai yang masih bawel dan cantik. Dia menangis saat pertama melihatku dan mama dia turut merasa kehilangan atas kepergian papa. Dan saat itu dia berjanji akan merawatku dengan baik kelak saat aku sudah jadi bagian dari keluarga mereka.

Aku melihat mas Yudi dan mas Bimo tapi tidak melihat kehadiran Juna.

Mas Bimo tidak mencoba berbicara apapun padaku alih alih menyapaku seperti beberapa tahun lalu dia bahkan tidak melihatku sama sekali. Mungkin dia tidak suka dijodohkan denganku. Dulu dia sering membully Juna, bahwa takdirnya menikah dengan ku. Tapi nampaknya hal itu kini berbalik. Mungkin dia merasa getir mengingat candaannya dulu berbalik arah. Maafkan aku Mas Bimo.

" Kaira?" panggil mas Yudi.

" Ya Mas." aku segera menghampiri Mas Yudi yang berada di teras.

" Aku harap kami tidak memberimu beban yang berat dengan menjadikanmu bagian dari keluarga GigihWijaya!" ungkap Mas Yudi dengan senyumnya yang menawan.

" Seharusnya aku yang berterima kasih mau menolong keluarga kami dari goncangan ini." ucapku tulus.

" Bimo bukan anak yang mudah. Semoga kamu bisa bersabar." Mas Yudi menepuk bahuku kemudian mengusap rambutku seperti dulu kemudian berjalan kembali ke ruang tamu.

Apa maksud kata-kata mas Yudi bahwa Mas Bimo bukan anak yang mudah? Bukankah dia dulu sangat periang dan suka tertawa. Kenapa Mas Yudi berkata begitu?

***

Aku bahkan tak berbicara apapun dengan Mas Bimo. Dan Mas Bimo juga tak mencoba menyapaku saat acara lamaran kemarin.

Apa yang terjadi pada Mas Bimo? Dimana mas Bimo yang dulu periang? Bisakah orang berubah sedrastris itu dalam waktu tiga tahun? Apa yang membuatnya seperti itu?

Aku sedang bergulat dengan pikiran tentang Mas Bimo saat hp ku berdering. Aku mengangkatnya dengan enggan. Nomor tidak dikenal.

" Salammulaikum" sapaku. " Siapa?"

" allaikumsalam. Nie gue Bimo!"

" Mas Bimo? Ada apa mas?"

" Kenapa gue? Kenapa loe ng minta Juna atau Abi saja?"

" Aku ng dalam posisi meminta Mas!" " Benar. Tapi setidaknya jangan libatin gue. Jangan berharap lebih dari apa yang sudah loe punya saat ini."

" Aku harap mas Bimo mengerti keadaanku. Keluargaku dalam posisi sulit? Siapa pun yang akan menikah denganku aku menerimanya!"

" kenapa loe jadi gadis gampangan kaya gitu!!!" klek sambungan diputus.
Gadis gampangan. Itukah yang ada dipikiran mas Bimo.

Seketika itu aku menanggis. Mengingat bagaimana perjuanganku enam bulan ini. Aku cuti kuliah demi ngurusin asuransi papa. Nyari kerja kesana kemari demi nyambung hidup. Menjual semua barang berharga demi untuk menutupi sebagian hutang perusahaan. Dan sekarang calon suami yang dijodohkan denganku mengataiku gadis gampangan.

Jujur aku lelah menjalani semua ini. Tapi setelah apa yang terjadi apa aku bisa menyerah. Tidak. Aku sudah membuat keputusan. Aku tak mau kembali ke hidup saat dimana aku harus tersesat tanpa pegangan. Biarkan kali ini aku mengikat diriku di keluarga GigihWijaya.

Ilalang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang