PROLOG

25.6K 775 7
                                    

Angin semilir menyibakan rambut panjangnya yang tak terikat. Diantara hamparan rumput yang mengering di tepian jalan. Sepedanya bergerak cepat sesuai dengan kayuhan pedal di kakinya. Air mata telah mengering di bawa angin. Bersama sepedanya dia melaju membuntuti mendung dan memaksakan diri melawan cuaca. Air hujan akan segera diterjunkan Yang Kuasa. Dan sebelum menit itu terjadi gadis dengan sepeda yang tengah dikayuhnya berusaha sampai didepan bangunan diujung sana.

Rumah itu telah terlihat, nampak suram dengan mendung yang bergelayut diatasnya. Rumah besar yang suram sepertinya bukan hanya karena cuacanya tapi juga karena suasana yang ditunjukan para penghuninya.

" Apa yang terjadi Ma?" Gadis yang telah sampai dan membuka pintu membabi buta menanyakan yang terjadi.

Bukan Mamanya yang keluar tapi anggota keluarganya yang lain.

" Papamu meninggal. Semoga kamu bisa tabah."

Dia menuju kamar orang tuanya. Mama sedang menangis sambil mendekap papanya yang tak lagi bernyawa.

Gadis itu menutup mulutnya. Air mata mengalir. Isakannya langsung tak tertahankan. Dia terpaku dan pandangannya kosong.
Tuhan apa semua ini... Belum cukupkah Kau ambil harta kami... Cobaan macam apa ini...
Siapa lagi tempatku dan mama akan bergantung....

Ilalang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang