Istana Bonekamu

9.7K 354 2
                                    

Rumah keluarga Wijaya, aku harus membiasakan tinggal ditempat yang sudah lebih dari sebulan aku tinggalin ini.
Budhe eh sekarang aku menyebutnya mama Mia, sangat memanjakanku dan dia melarangku membantu pekerjaan di rumah ini. Hidupku kini nyaman dengan dilayani pegawai dirumah ini.

Alamat baik atau buruk tinggal dikeluarga besar GigihWijaya, menjadi bagian dari keluarga
Wijaya yang sangat bersentuhan dengan kemewahan. Hidup mewah bukanlah menjadi tujuanku tapi kalau itu bonus yang kudapat dari pengorbananku menyelamatkan masa depan perusahaan keluargaku aku dengan senang hati akan menerimanya.
Hidupku kembali kesaat dulu sekali ketika papa masih ada dan masih sehat walafiat. Tak ada kesulitan apapun selama bisa diselesaikan dengan uang.
Tapi apakah ini benar adalah keberuntungan atau malapetaka yang baru?

Mama Mia sungguh sangat sayang kepadaku dia menjadikanku boneka berbienya. Mengajakku shopping setiap waktu memenuhi lemari pakaianku dengan berbagai macam outfit. Dari buatan butik sampai rancangan desainer terkenal. Mulai dari tas, baju, sepatu dan banyak aksesoris. Mulai dari yang bergaya klasik sampai yang benar-benar kasual.
Rasanya senang bisa dimanjakan seperti ini. Tapi kadang ini membuatku harus meninggalkan kelas di kampus.
Yah mau dikata apa?

Hidupku mewah dan sangat jauh dari kata kekurangan finansial.
Apa aku merasa senang?
Pertanyaan retoris.

Tapi bagaimana dengan pagi yang kulewati sekarang ini.
Apa ini juga membuatku senang?

Ketika fajar menjelang dia datang dengan bau alkohol yang menguar. Masuk ke dalam kamar dan meneriakkan namaku sekuat sisa tenaganya.

Dia jatuh tepat dibawah ranjang dan membuatku muak.
Aku bangkit dari ranjang dan menanyakan keadaannya.

"Apa loe pikir gue baik-baik saja!"
Selalu itu ucapannya.
Dia lalu memukul-mukul dadanya dan berteriak ingin mati saja.
Mati saja kalau itu maumu!
Apa aku berani berucap begitu.
Aku bisa langsung mati dicekiknya kalau aku berkata begitu.
Aku sudah pernah menyuruhnya mati dan memakinya dan yang terjadi dia menjambak rambutku dengan entah kekuatan dari mana dan saat hendak menghantamku ke tepian ranjang rasa mualnya datang.
Oh itu menjijikan tapi muntahannya menyelamatku dari kematian. Sungguh sangat ironis memang.
Cukup mengenang saat-saat ketika ajal nyaris menjemputku itu.

Yang kuhadapi sekarang adalah menghindari ajal itu datang.

Aku mendekatinya dan memapahnya menuju ranjang.

"Key... Key...Keyku yang malang!!!" seringainya sambil mengarahkan tangannya ke wajahku.

"Yah!"
Dia menangkup wajahku dan menatapku dengan rasa benci dan dendam. Dia mengelus pipiku saat aku melepaskan jaket yang dikenakannya.

Dan kemudian tangannya jatuh ke kasur dan nafas teraturnya mulai keluar.

Hah hari ini aku lega tak kena muntahannya.
Karena baunya benar-benar membuatku jijik.
Sebenarnya berapa liter alkohol yang ditengaknya.
Belagu banget dia ini, sudah tau ng bisa minum masih saja mabuk-mabukan.

Aku melepas sepatu nike yang dikenakannya setelahnya aku menarik selimut ke tubuhnya.

Tidurlah sampai matahari tinggi kalo perlu ngak usah bangun lagi mas Bimoku tersayang.

Harapku sambil memasang senyum sinis kearahnya.

Aku menyalakan lampu belajarku di salah satu sudut dikamar ini. Membuka laptopku dan berusaha menekuni tugas kuliahku. Mau tidur lagi juga percuma apalagi tidur dekat dengan bau menyengat itu.

Aku malah melamun ditengah mengerjakan tugasku.
Mengenang kembali kebersamanku bersama mama dan papa.

Aku merindukan mereka.
Aku meraih hapeku dan beranjak keluar menuju kamar mandi di ruang tengah.

Ilalang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang