29. Yes, we can

740 132 34
                                    

"Arga, ini sebenarnya kita mau kemㅡloh? Kok, ke sini?"

Arga tersenyum lembut lalu mengangguk. "Nggak papa kan kita di sini dulu?"

***

"Kak, lo beneran gak tau Hanna kemana? Atau jangan-jangan lo bohong?"

"Demi kepiting kecap asin, gue gak ada bohong sama lo, Ga. Buat apaan? Ini gue sama yang lain juga uring-uringan nyari manusia satu itu."

"Dia juga gak ngasih tau gue kemana. Bilangnya ada urusan doang."

"Lo gak jemput dia tadi? Biasanya juga pulang bareng."

"Gue ngajak pulang bareng. Dia juga mau, tapi mendadak dia ngasih tau ada urusan."

"Urusan apaan? Aneh banget sok ada urusan, sok sibuk."

"Nggak tau, dia gak bilang apaan."

"Udah lo chat belum anaknya?"

"Udah, telfon juga udah. Tapi, gak ada respon. Lo apa gak ada ngehubungin dia?"

"Mata lo gak ada hubungin."

Mendengar sepenggal kalimat itu entah kenapa membuat gue bungkam seketika. Dan, hal selanjutnya yang gue lakuin adalah menjauhkan ponsel dari telinga. Mata gue menatap benda persegi panjang ini dengan memincing.

Kok merasa aneh ya sama kakaknya Hanna? Adiknya, loh. Adiknya lagi gak tahu dimana, tapi kenapa dari nada bicaranya aja dia kelihatan santai gak ada sirat emosi? Biasanya juga mode senggol bacok kalo udah ada kaitannya sama Hanna.

"Ya udah."

Pip.

Akhir kata juga langsung gue matiin tanpa banyak omong lagi. Nggak-nggak, ini pokoknya gak ada yang beres. Gak mungkin kak Jeffrey bakalan sesantai ini mengingat apa aja yang berhubungan dengan adik perempuannya itu dia selalu sensitif.

"Kak?"

"Apa?"

"Jam berapa?"

"Kamu dari tadi pegang hp. Masih aja nanya ke kakak ini jam berapa? Sakit kamu?"

"Ck."

Sedari gue pulang, kakak satu ini langsung ikut ke kamar. Katanya sih mau nemenin soalnya gue lagi kayak gini juga, kan. Tapi, alih-alih nemenin, dia cuman main laptop terus. Gak ada satu lirikan sama sekali ke gue padahal baru aja gue diem abis nanya.

"Udah jam sebelas." gumam gue. "Kamu kemana sih, Na?"

***

"Kak."

"Ya?"

"Apa nggak papa kamu bohong ke Erga?"

"Maㅡ"

"Bukannya ini, terlalu kejam? Kamu juga tau kalo dia itu kayak kamu. Ada masalah sama Hanna gak bakalan bisa diem. Kita juga nggak tau dia sekarang lagi ngapain buat nyari Hanna."

The Invisible Where stories live. Discover now