Lovebird 11

61.2K 2.5K 69
                                    

Melati POV

Tante Nurah memelukku dengan erat dan hangat setelah mendengar cerita dramatis Fere, bahwa aku lah orang yang membantu kelahiran bayi Mereka.

"Terima kasih sayang." Ucapnya dengan tulus membuat aku terharu dan balas memeluknya dengan erat, sudah lama sekali aku tidak merasakan pelukan hangat seperti ini setelah Ibu meninggal. Tante Nurah memang sosok seorang Ibu yang kuat meski terkadang dia terlalu sombong dan tidak pernah mengakui kelemahannya.

"Sama-sama Tante." Aku tersenyum setelah melepaskan pelukannya.

Tante Nurah membetulkan anak rambutku penuh kasih sayang.

"Seandainya, Tante punya dua anak seperti Fere, tante pasti akan memaksanya untuk menikah dengan kamu." Ucapan Tante Nurah membuat aku, Dina dan Fere terperanjat.

"Apa ma?" Tanya Fere. "Jadi Mama menyuruh aku untuk poligami?"

Pertanyaan Fere malah membuat Tante Nurah ikut terperanjat. "Seandainya Fere, seandainya mama punya dua anak. Bukan menyuruh kamu untuk poligami. Atau gini saja, kamu mau gak Mel sama Dokter Rio. Dokternya Fere, dia baik lho Mel, dan Tante sudah menganggap dia seperti anak Tante sendiri."

Aku hanya tersenyum kecut, gak menantu, gak anak, gak mertua. Semua pada ribut ngurusin jodoh orang. Pasti sebentar lagi Ibunya Dina juga akan ikut-ikutan mencarikan aku pria yang cocok. Aku mulai curiga jangan-jangan Ibu Lili dan Om Indra juga punya kandidat untuk di jodohkan denganku.

"Ma, sudah cukup jangan memperuncing masalah. Melati sudah punya calon suami. Jadi mama atau siapapun jangan pernah menjodoh-jodohkan Melati." Penjelasan Fere membuat aku lega, setidaknya untuk saat ini telingaku tidak akan terlalu panas.

"O, ya. Siapa laki-laki beruntung itu Mel? Tante harap dia pria yang baik bibit, bobot, bebetnya." Siapa laki-laki yang di maksud Fere dengan calon suami ku itu? atau jangan-jangan...... Aku tahu orangnya siapa, dan itu membuat aku meringis.

"Namanya Nino ma, dia rekan bisnis aku. Seorang arsitek." Tuh kan benar dugaanku. Aku langsung menatap Fere horor dan menyuruh dia untuk menutup mulutnya dengan isyarat. Kalau sudah begini aku tidak akan bisa lepas lagi dari trio Tante yang sama cerewetnya. Mereka bertiga akan terus mendesakku supaya membawa calonku ke hadapan mereka --Itu sudah pasti--

"Benarkah? yang mana orangnya apa mama mengenalnya?" Ku lirik Dina yang sedang berbaring dengan selang infus menggantung di tangannya. Dia pura-pura tertidur dengan senyum tersungging di bibirnya. Sialan Dina, harusnya dia bangun dan bisa membebaskan aku dari Tante Nurah Ibu mertuanya.

"Mama tidak mengenal dia, dia baru beberapa minggu bekerja sama denganku." Ucap Fere.

"Ya, sayang sekali." Rasa kecewa keluar dari mulut Tante Nurah.

"Dia yang tadi ngantar kita kesini ma." Dengan lemas Dina akhirnya bersuara juga, dia mendapat pelototan dariku tapi Dina malah terkikik dan pura-pura kembali memejamkan matanya tidak menghiraukan tatapanku. Semakin membuat aku jengkel dan terperangkap. Aku sudah tidak mungkin bisa lolos.

"Yang mana ya?" Tante Nurah berpikir sejenak dan senyum cerah langsung di perlihatkannya.

"Ah, mama tau sekarang. Yang tinggi putih itu kan Re? Ya, ya. Cocok sama Melati. Aku harus mengabarkan berita bahagia ini. Tapi tunggu, apa dia orang yang baik Re." keraguan di perlihatkan raut muka Tante Nurah.

"Sejauh yang aku tahu sih baik ma."

"Syukurlah. Kenapa Jeng Astrid tidak bilang apa-apa ya, sewaktu aku ke sana?" Sebagai donatur tetap di panti asuhanku Tante Nurah memang lebih banyak berhubungan dengan Ibu Astrid.

LOVEBIRDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang