Lovebird 23

52.3K 2.6K 131
                                    

Melati tidak menyadari sama sekali kalau mobil yang di kendarainya di buntuti oleh seseorang atau salah satu mobil suzuki APV berplat nomor D 1542 BG. Dari mulai Melati keluar apartement sampai ke tempat tujuannya mobil itu terus mengikuti Melati.

Sempat beberapa kali Melati melirik kaca spion dan mendapati mobil APV yang di kendarai dua orang tersebut terus mengikutinya dari jarak yang tidak terlalu jauh. Tapi melihat itu semua Melati selalu berpikiran positif dan menyangka kalau mobil yang sekarang berada di belakangnya mempunyai tujuan yang sama dengannya.

Melati berbelok arah menuju kompleks pemakaman umum di daerah Bandung selatan yang tampak sepi, tidak seorangpun di temui Melati di kompleks pemakaman ini. Hanya dia seorang diri. Tapi itu tidak membuatnya takut, Melati memarkirkan mobilnya di pinggir jalan di bawah pohon rindang dan berjalan menuju tempat Ayahnya di makamkan.

Tanpa Melati sadari dua pasang mata sedang mengawasinya di balik pohon besar.

***

Melati tertunduk sedih di pusara Ayahnya dia menangis dan menyesal, merasa bersalah dan berdosa karena telah mensyukuri kepergian Ayahnya.

Sejak Ayahnya dimakamkan lima belas tahun yang lalu, tidak sekalipun ia ingin mengunjunginya apalagi mendoakannya. Dan ini kali pertama ia meletakkan bunga diatas batu nisan Ayahnya, meminta maaf dan mendoakan Ayahnya dengan tulus.

Melati tersenyum sambil mengelus batu nisan orang yang telah membuat hidupnya penuh dengan rasa benci dan takut, dia tidak menyangka kebenaran terungkap justru dari seseorang yang sempat dibencinya. Seorang perempuan bernama Rianti Dewi, Ibu dari pria yang sekarang lebih sering mengisi hari-harinya yang sepi.

Nino. Guarnino Amandio seorang pria dua anak yang tidak pernah menyerah mengejarnya dan meyakinkannya tentang cinta dan kasih sayang. Tidak sekalipun dia menyerah dengan usahanya untuk mendapatkan hati Melati. Sampai dia melakukan berbagai cara untuk membuat Melati luluh dan jatuh kedalam pelukannya.

"Maafkan aku Ayah." Bisik Melati lirih, serat dengan penyesalan. "Aku tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan maaf darimu. Aku menyesal telah membencimu sekian lama. Maaf." Melati mulai menitikkan air matanya. Penyesalan demi penyesalan datang menghampiri Melati yang tidak pernah sekalipun melihat kebaikan Ayahnya semasa hidup. Melati lebih peduli dengan rasa sakit yang dirasakan Ibunya, dia selalu menutup mata untuk tidak pernah mau melihat, hanya kesalahan demi kesalahan yang Melati lihat dari diri Ayahnya.

"Apa Ayah tau, siapa yang mengungkap kebenaran ini yah? Tidak Ibu tidak juga Kakek." Melati tersenyum miris, mengingat Ibu dan Kakeknya orang yang paling di sayanginya, tega membohonginya dan merahasiakan semuanya demi kepentingan mereka sendiri.

"Tante Ranti yah, Tante Ranti pacarnya Ayah, Mamanya Nino. Orang yang ingin Ayah nikahi." Untuk beberapa saat hening. Melati terdiam cukup lama  menatap batu nisan dari marmer bertuliskan nama Ayahnya. Dia kemudian menarik napas berat.

"Seandainya Ayah tidak menuruti keinginan Kakek mungkin hidupku tidak akan semenderita ini. Kalau saja Ayah memilih kawin lari dengannya mungkin hidup Ayah akan bahagia dan Ayah tidak akan pernah menyakiti kami." Dengan deras air mata keluar dari mata Melati membasahi pipinya, Melati tidak dapat membendung kesedihannya.

"Dengan begitu aku mungkin bisa hidup normal dan tidak akan menaggung beban mental. Sudah pasti aku tidak akan memutuskan hidup sendiri seumur hidupku  karena ketakutan melihat perlakuan Ayah pada Ibu. Tapi semua itu sudah berlalu Yah. Aku sudah banyak belajar sejak mengenal Nino. Ayah masih ingat Nino kan?" Melati menghapus air matanya dengan punggung tangan. Tersenyum sendiri, dengan menyebut namanya saja hati Melati menghangat.

"Nino datang dan menawarkan cinta yang tidak pernah aku yakini sebelumnya, Dia tidak pernah menyerah meyakinkan aku tentang  cinta. Nino bilang dia banyak belajar dari Ayah." Jeda sesaat sebelum Melati melanjutkan lagi ceritanya.

LOVEBIRDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang