Ada saat-saat seperti ini dalam hidup. Suatu hari kau bangun dengan mimpi buruk dan tertawa saat kau sarapan pagi. Ada saat-saat sedih yang disingkirkan oleh hal kecil bernama cinta. Ada hari dimana aku kehilangan diriku karna Ben, kemudian Daniel membantuku. Dan sekarang ada lelaki bernama Daniel yang membutuhkan bantuanku.
Aku tidak yakin dapat membantunya.
Karna keesokan harinya, aku mengunjungi rumah Ben--sekaligus rumah Daniel, tentunya. Aku dapat merasakan kasih sayang tulus dari Mr. Dan Mrs.McCowell, ibunya Ben sama lembutnya seperti ibuku, kutahu perempuan itulah yang Dan anggap ibu selama bertahun-tahun sebelum ia harus menghadapi kenyataan menyakitkan bahwa ia bukan berasal dari perut Mrs.McCowell. Aku berkenalan dengan adik kecilnya Ben yang bernama Francisca yang wajahnya bagai dikukir oleh Ben sendiri. Begitu persis. Dia cantik dan lucu. Dia baru lulus dari smpnya dan sedang menikmati musim panas.
Sebelum aku pulang, Dan menggumamkan hal yang sama seperti kemarin--ia butuh keluarga, walau keluarganya yang ini amat baik, namun ia butuh keluarga sungguhan. Aku mengerti ia menginginkan Ben sama besarnya sepertiku.
Namun Dan adalah lelaki yang dapat menutupi kesedihannya dengan amat baik. Kami menghabiskan hari berikutnya tanpa mengingat hal itu lagi. Dia mengantarku dan Mary ke istana Buckingham Palace dan berfoto dengan penjaga mematung yang berdiri di depan pagarnya. Ia mengajakku bertemu Charlotte lagi, kita bertiga membicarakan film. Aku juga membicarakan hal yang sama dengan Moris.
Moris datang ke Inggris. Dia yakin Mary tidak mau bertemu dengannya, ia membutuhkanu untuk menjemputnya di bandara. "Tanpa Mary" ia memperingatiku, "Bisa-bisa ia menonjokku" jadi, aku menjemputnya dengan mobil pinjaman Dan. Kami berbicara tentang film (apa lagi yang bisa jadi topik kita selain ini?) Aku mengantarnya ke hotel dekat apartemenku. Sangat dekat. Aku bahkan berpikir Mary dapat melihatku dari jendela apartemen kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Spotless Mind (Bahasa Indonesia)
Romance(republish) Jika semua orang berkata bahwa aku kehilangan, mereka salah. Aku tidak kehilangan. Karna setelah ia pergi, tak ada banyak hal yang bisa diperhitungkan dari diriku, tak ada yang bisa dihilangkan. Rasanya lebih seperti diriku tidak pernah...
