Zayn Malik Love Story - The Unexpected (4)

323 2 4
                                    

Kau menyapukan pandangan ke seluruh ruangan yang berdominasi warna putih itu. Terlihat beberapa benda medis rumah sakit terletak di sana. Dan..

(Turn On the Avril Lavigne – When you’re gone!)

Jantungmu hampir terlompat keluar..

Matamu membelalak lebar..

Rahangmu mengeras..

Tenggorokanmu tercekat..

Nafasmu tertahan..

Dan relung hatimu seakan terhantam benda berat dan meninggalkan pedih yang amat menyiksa.

Lelaki yang kau nanti hari ini..

Lelaki yang amat kau rindukan..

Lelaki yang berarti segalanya bagimu..

Lelaki yang telah merebut hatimu sejak lama..

Lelaki yang merupakan malaikat hidupmu..

Lelaki yang mencerahkan hari-harimu..

Lelaki yang kau cintai..

Terkulai lemas di atas ranjang dalam kamar itu. Dengan perban putih yang membalut dahinya dan sebagian kepalanya. Diam, tenang, tak bergerak. Seakan ia tidak akan pernah bangun lagi. Tidak. Ia akan bangun. Kau masih percaya ini semua lelucon. Walaupun sejujurnya hatimu berkata sebaliknya, menghadapi pemaparan fakta di hadapan mata.

Perlahan kau langkahkan kakimu medekati ranjang tersebut. Setiap langkah terasa amat berat dan berjalan lambat bagimu. Kakimu bahkan bergetar hebat seiring jalan yang kau tempuh. Dan itu menyiksamu. Menahan semua perasaan khawatirmu dengan kenyataan di depan mata, merupakan suatu beban berat yang tiba-tiba saja membuatmu seperti kehilagan tenaga untuk hidup.

“I told the truth, Jenny.” Ucap Liam lirih yang berdiri di balik punggung bersamaan dengan semakin nyerinya hatimu.

Manik hitammu menatap nanar seorang yang tertidur pulas di atas ranjang. Meneliti setiap inci mukanya tanpa melewatkan satu centipun. Namun, yang kau temukan di batinmu.. Malah sebuah rasa perih yang teramat, membayangkan segala cerita yang telah kau pilin bersama orang yang kau tatap saat ini.

Kelopaknya tertutup rapat, air mukanya menyiratkan ketenangan, alisnya terlukis tegas, bibir tipisnya menyunggingkan seyum samar yang selalu kau suka, hidung mancungya.. Tak bekerja. Alat pernafasan itu tak bergerak. Tak kembang-kempis seperti biasa. Lelaki itu tidur dengan muka terindah yang pernah kau lihat. Muka surga, suci layaknya makhluk adam yang baru dilahirkan ke bumi. Muka yang selalu menemani dan membayangi hari-harimu..

Kau masih menatapnya. Masih dengan tatapan ketidak-percaya-amu. Ini semua masih bagian dari lelucon bukan? Perlahan, kau raih tangannya lembut. Kau telungkupkan kedua telapkamu menutupi jemari besarnya. Jemarinya..

Jemari lembutnya. Jemari hangatnya. Jemari penuh perhatiannya. Jemari yang selalu memainkan rambutmu. Jemari yang mengelus punggungmu lembut. Jemari yang selalu menghapus air matamu. Jemari yang menggegam tangamu erat. Jemari kenangan itu..

“..Zayn?” bisikmu lirih seakan kehilangan suara untuk bicara. Kau waspada. Berharap ada pergerakan berarti pada tangan yang kau sentuh. Tapi.. tak ada reaksi. Hatimu perih. Kau masih tak percaya ini “..Zayn?” ucapmu normal dengan guncangan lembut pada tangannya. Dan lagi, Zayn tetap diam tak mempedulikanmu. Kau masih belum menyerah. Tidak, Zayn pasti sebentar lagi akan teriak mengejutkanmu. “Zayn?” panggilmu lebih tegas. Seiring dengan meningkatnya tenaga dalam guncanganmu pada tangannya. Tapi seperti dua panggilan sebelumnya.. ia bergeming. Hatimu kian perih mengetahui ini. “Zayn? Wake up, Zayn!” panggilmu lebih keras dengan disusulnya tanganmu yang mengguncang kedua pundak Zayn. “Zayn, c’mon. Stop this shit. Open your eyes! Zayn!” ucapmu setegah meneriakinya. Dan kau masih mengguncang pundaknya. Lebih kuat dari sebelumnya higga membuat tubuh bagian atasnya bergeser sedikit dari tempatnya semula. Kau kalut. Fikiranmu benar-benar kacau. Kau tak mau menghadapi kenyataan. Tidak. Tak mungkin Zayn.. “Zayn, you just got to be kidding! C’mon! Open your eyes Zayn!” Teriakmu putus asa. Dan satu bulir air mata menetes dari kelopak matamu. Menusukkan beribu sembilu yang memilukan hatimu. “Zayn! Don’t leave me! Zayn! Zay-”

Zayn Malik Love Story - The UnexpectedWhere stories live. Discover now