٢

7.2K 662 20
                                    

"Jika memandangi pelangi itu indah, maka menahan untuk memandangmu sebelum akad adalah jihad fii sabilillah."
-Imam El-

"GLADYSA SAYANG?!"

Di kamar yang bernuansa pink pastel itu Gladysa mengembuskan napasnya pasrah ketika Dara---Maminya memanggilnya. Beginilah nasib anak tunggal. Antara disayang banget sama dijadikan satu-satunya babu kalo orang tua lagi malas.

Baru rebahan dua jam dirinya dipanggil oleh Dara. Perempuan itu turun lalu melihat Dara yang sedang memasukkan kotak bekal yang isinya kue buatannya itu ke paper bag.

Dara tersenyum melihat anak semata wayangnya itu ada di depan mata. "Kasih ke Bunda Varah, ya...."

Begitu nama Bundanya Imam disebut Gladysa langsung menekuk alisnya.

"Ih, gak mau! Kalo itu Gladysa gak mau anter!"

"Anak Mami kenapa, sih? Kayaknya kesel banget sama Imam. Imam itu spek mantu idaman, loh...."

Demi apapun. Tolong tunjukkan kepada Gladysa suatu tempat yang di mana penghuninya membenci Imam sama seperti dirinya. Karena nggak di mana-mana telinganya selalu mendengar orang-orang memuji lelaki tersebut.

"Halah! Dia, mah, tukang caper!" Jawab Gladysa seraya menerima paper bag itu dengan pasrah.

"Kok kamu ngomongnya gitu?"

"Gimana Gladysa gak bilang kalo dia caper. Hampir semua jabatan dia ambil."

"Loh, bagus, dong... Laki-laki, kan, nanti juga bakalan jadi pemimpin dalam rumah tangganya." Ada jeda. Dara memeluk anaknya itu singkat seraya berbisik. "Siapa tau Imam lagi latihan buat jadi pemimpin kamu di masa depan."

Begitu kata terseram yang dirinya dengar keluar, tanpa memberi balasan Gladysa langsung berlari menjauh dari jangkauan Dara. Dara yang melihat itu hanya tersenyum maklum seraya menggelengkan kepalanya.

×××

"Bunda Varah?"

Gladysa memencet bel rumah itu berkali-kali. Dirinya sudah mulai kesal karena pasalnya tak ada jawaban dari sang pemilik rumah.

"Gue buka aja kali, ya?"

Belum berhasil menggapai gagang pintu perempuan itu dikejutkan dengan suara seorang lelaki.

"Ngapain?"

Gladysa memejamkan matanya sesaat ketika terlihat Imam yang berdiri di depannya sehabis sholat Ashar di Masjid.

"Berdiri."

Cowok itu menggeleng lalu melewati Gladysa begitu saja dan membuka pintu rumahnya.

"Bunda Varah ke mana?"

"Ke majelis sama Abi."

"Bawa apaan lo?," Tanyanya dengan nada datar seraya duduk di sofa tanpa menyuruh Gladysa untuk masuk ke dalam rumahnya.

Dengan perasaan acuh tak acuh perempuan itu meletakkan paper bag di samping jendela.

"Kue dari Mami," sahutnya dengan nada ketus. "Gue balik!"

"Kenapa, sih, lo gak suka banget kayaknya sama gue?," Tanya Imam terus terang.

Gladysa terkejut mendapati pertanyaan seperti itu. "Pikir aja sendiri. Lo itu caper, sok ganteng, sok baik." Dirinya kehabisan kosa kata. Perempuan itu mengibaskan tangannya. "Intinya gue gak suka lo!"

Imam untuk Gladysa✓Where stories live. Discover now