Chapter 12 - Who is GIA? #part 2

23.6K 990 18
                                    

Keramaian disekitarnya membuat wanita itu terpaksa memakai masker. Ia sering terusik dengan bagaimana menggodanya leher orang-orang korea. Leher mereka yang begitu putih dan halus bagaikan salju. Ia menggeleng, padahal ia baru saja tiba di dunia manusia tiga hari yang lalu, bagaimana ia bisa sehaus ini?

Hari pertama, ia tiba di Eropa, lebih tepatnya London. Entah kenapa portal dimensi itu membawanya kesana. Yang jelas, begitu ia tahu ia salah tujuan, ia segera pergi ke airport dan membeli tiket. Ia juga belum melunasi tagihan kredit cardnya yang lain, maka dari itu, ia bermaksud menjual perhiasannya yang bisa bernilai puluh ribuan, Intan, Emas dan berlian, ia membawa barang-barang berharga tersebut dengannya.

" One Trip to Korea please" ujarnya dengan nada britishnya yang dalam. Ia melakukan pemalsuan identitas, passport dan Visa. Baginya itu hal yang mudah.
Entah berapa jam ia duduk di pesawat besar tersebut tanpa tidur. Lebih tepatnya jadwal pesawat itu tengah malam. Tengah malam bukan waktu tidur baginya semenjak ia menyandang nama Ratu Rumpthorn.  Sekarang misinya datang ke dunia manusia hanyalah satu- mencari tahu siapa Gia sebeneranya.

Pernah sekali Revan membawa pulang seorang wanita. Wanita dengan rambut hitam panjang dan bergelombang. Senyumnya sangat menawan, seakan mencuri hati semua orang. Waktu itu Revan tepat berumur 80an.

Clara melangkahkan kakinya kedalam ruang keluarga dan mendapatkan seorang wanita tengah duduk disamping Revan sambil tersenyum polos.
" ehem, kamu tidak mengenalkannya kepada mama, Revan?" Gidik Clara seraya melipat kedua tangannya ke depan.
Wanita cantik itu langsung berdiri dan membungkuk pelan,
" Nama saya Gia, Yang Mulia" Tutur wanita yang bernama Gia tersebut. Suaranya lembut seperti lantunan musik pembawa tidur.
Wanita itu memberi kesan yang bagus bagi semua keluarga Rumpthorn. Walaupun mereka tahu siapa wanita itu sebenarnya. Wanita itu juga tidak terlhat menyembunyikan bau Witchnya.

" Aku akan menikahi Gia, aku tidak akan menunggu sampai berumur 300. Aku hanya mencintai Gia dan aku tidak akan menunggu wanita masa-"
Tekanan arwah disekitar Revan tiba-tiba membesar sehingga membuat dirinya harus melawan tekanan itu.
Rain tengah beradu tekanan hawanya dengan putranya sendiri.
Clara yang tidak tahan dengan tekanan tersebut, terpaksa harus menyingkir, begitu pula dengan Seira yang masih belum menguasai tekanan hawa dengan penuh.
" Kalian ingin memangsa Hawa Seira?" Tanya Clara dengan sinis sambil memeluk putrinya yang terlihat kesakitan.
Akhirnya Mereka berhenti.

" Apa maksudmu? kalian tidak menerima Gia sebagai menantu?"

" Kamu gila?! Kamu tahu sendiri dia bukan mate mu, jadi kenapa memaksanya? Apa kamu yakin Witch itu mau denganmu? Kamu tahu witch itu akan tahu tentang pembicaraan ini. Bukan, GIA?" Tanya Clara sambil menekankan nama Gia. Tak lama, wanita berambut panjang itu langsung muncul dihadapan Clara. Angin menyelimuti dirinya dan akhirnya angin itu menghilang. Ia tersenyum lembut lagi.

" Seperti apa yang anda bilang, Yang Mulia. Saya datang hanya untuk melihat keadaan. Hmm, bolehkah saya berbicara empat mata denganmu, Revan?"


Setelah itu, Gia tidak pernah lagi terlihat di Dunia Vampire. Pembicaraan empat mata tersebut tentulah sesuatu yang penting sehingga membuat Revan menyerah untuk mencintai Gia. Ia tahu ia tidak mempunyai kesempatan sedikitpun.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seira terlihat sibuk dengan latihannya. Ia sedang mempersiapkan dirinya untuk berperang. Wanita itu bersikeras untuk turun ke lapangan tempur walaupun ia tidak pernah bertarung sekalipun. Troy menatap wanita didepannya dengan bingung.

" Kamu yakin akan berperang? kamu tahu- hukum di Rumpthorn itu melarang wanita yang masih belum menikah untuk terjun ke medan pertempuran" tutur Troy dengan hati-hati. Troy tengah berada di ambang pintu Kamar Seira yang luas dan mewah dengan nuansa serba merah.
" kita akan menikah, Troy.. Aku akan memastikannya." Sahut Seira tak acuh. Troy tercegat, ia tahu maksud akan wanita itu.

" Jangan bilang kamu masih mau mengundurkannya?" timpal Seira. Ia memandang Troy dengan lemas. Untuk menjadikan Troy milik Seira seutuhnya, ia akan melakukan apa saja-
" Kita sedang dalam perang, kau tahu akan itu. Bagaimana bisa kita melakukan pernikahan di saat-saat seperti ini, Seira?"
Seira menggeleng. Ia terlihat tidak setuju dengan pendapat Troy.
" Tidak, kali ini hanya ada upacara penyatuan. Tidak ada pesta besar, Troy " Lalu Seira menyambar jaket luar dan keluar dari kamarnya tanpa menoleh pada calon suaminya.

Troy mencegat tangan Seira dan menatapnya langsung ke matanya.
Troy seakan terhipnotis dengan mata tersebut- ia menarik Seira masuk ke kamar, dan menutup pintu kamar.
Sewaktu pintu tertutup, terlihat dengan jelas, laki-laki itu tengah melumat bibir calon istrinya tersebut.


" Jadi? Kamu tidak mau diriku turun ke lapangan perang? " Tanya Seira yang baru bangun dari kasurnya. Dengan cepat, Troy menarik Seira kedalam pelukannya lagi. Seira tersenyum geli, melihat kelakuan Troy yang manja kali ini.
" Dengar," Troy ikut bangun dan duduk bersandar di kasur. Sedangkan Kepala Seira masih melekat di dada bidang Troy.

" Kamu milikku, dan aku tak akan membiarkanmu terluka sedikitpun- dear"
Kata-kata terakhir itu berhasil membuat Seira menangis. Troy kaget sekaligus bingung. Ia tidak tahu mau bagaimana bersikap. Akhirnya Seira tersenyum manis. Ia memeluk Troy dengan erat, tanpa bisa dipisahkan oleh siapapun. Kali ini ia mengeluarkan air mata bahagia.


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

The Vampire King and the Queen WitchWhere stories live. Discover now