Chapter 12 - Who is GIA? # part 1

21.5K 911 19
                                    

Wanita itu berjalan dengan tenang, tanpa beban. Sesekali ia menoleh ke langit, memandang langit hitam itu tanpa ekspresi.
Beberapa kelelawar terlihat berterbangan kesana kemari, mengeluarkan ekolokasinya seperti sedang mencari sesuatu. Lalu wanita itu tersenyum getir. Angin menerpa rambut hitamnya yang panjangnya sepunggung. Tanpa disadarinya, air matanya menetes, namun tak lama, setetes air mata tersebut berubah menjadi butiran permata yang mengkilau.
Tak lama kemudian, ia menyeka air matanya.
" Sudah kamu pikirkan?"

Seorang laki-laki keluar dari semak-semak rerumputan. Tania tidak menoleh kearah laki-laki itu. Ia masih sibuk menatap langit.
" Sudah, aku terima akan penawaranmu. Aku mempunyai banyak syarat, aku tidak yakin kamu bisa melakukannya" Ujar laki-laki itu dengan tenang. Raut mukanya terlihat senang. Berbeda dengan Tania.
" sebutkan saja"
Ian menyeringai, wanita itu ternyata tidak mau ambil pusing.
" Aku tidak akan bekerja sama dengan Magicians, tapi sebagai imbalannya, kamu yang harus membantuku"

Hening sesaat, lalu Tania terkekeh. Ia menoleh pada laki-laki itu, namun sekejap laki-laki itu sudah menghilang.
Dari samping, laki-laki itu berjalan mendekatinya dan merentangkan kedua lengannya sehingga wanita itu tidak bisa lari darinya. Namun ekspresi wanita itu masih sama saja, tenang dan tidak terlihat takut.
" Apa jawabanmu?"
Tania menggeleng,
" Sudah kubilang, aku tidak mau ikut campur dengan yang namanya perang. Lagipula kamu  berperang dengan clan vampire bukan karena ingin membalaskan dendam ayahmu, melainkan membalaskan kepergian Soulmatemu yang mati ditangan Clan vampire, bukan?"

Ian terbelalak mendengar apa yang dikatakan wanita itu barusan.
Ia tekekeh,
" Aku tidak tahu kamu tahu itu darimana, tapi kurasa, darah Vampire itu membantumu membaca pikiran orang lain"
Tania tidak menjawab, bahkan ia tidak melihat langsung pada Ian.
" kalau begitu, coba bacalah apa yang ada dipikiranku sekarang ini?"
Tania menengadah , terlihat laki-laki itu sedang tersenyum licik. Ia memandang laki-laki itu pelan, kemudian membuang muka.

" Kau tidak akan tidur dengan seseorang yang berdarah vampire bukan? ingat. aku juga vampire, jadi sebelum kamu ingin melakukan hal seperti itu, lebih baik berpikirlah matang-matang"
Wanita itu pun menghempas lengan laki-laki itu dan berjalan anggun meninggalkannya.
Ian menyeringai, lalu mengejar wanita itu.
Pertama-tama, Tania ingin langsung membuka portal, lari dari laki-laki itu sekarang juga, namun ia terlambat.
Laki-laki itu merengkuhnya dari belakang dan mulai menciumnya. Tania memberontak, dan mendorongnya dengan kuat namun laki-laki itu tidak bergeming sama sekali.
Bahkan wanita itu sudah mengigit bibir laki-laki itu, namun ia masih tidak mau melepaskannya.

Akhirnya, Tania meminta bantuan Sang angin untuk membuat jarak antara mereka berdua.
Tania mengelap bibirnya yang basah. Ingin rasanya ia mencuci mulutnya sekarang ini.
Sedangkan Ian menyeka bibirnya yang berdarah karena digigit Tania.
" Jangan sesekali kamu mengulanginya, aku tidak akan ragu-ragu untuk membunuhmu" Ujar Tania seraya membuka portal dimensi dan masuk kedalamnya.
Ian masih tersenyum, sambil menjilati bibirnya yang berdarah tersebut.

Semua kejadian itu terekam dengan jelas di otak Revan dengan bantuan kelelawar yang sedari tadi terbang di atas Tania dan Ian.
Revan menggepalkan tangannya, dan membuat sekelilingnya meledak. Bahkan langit yang tadinya hitam tersebut terlihat mendung, seperti akan turun hujan. Guntur dan petir terlihat jelas, seakan-akan badai sebentar lagi akan menerjang wilayah tersebut.
" Kau ingin menghancurkan Rumpthorn?" Tanya pria yang bertubuh tegap dengan setelan kemeja putih yang membalut tubuhnya yang sedikit kekar.
Mendengar kata-kata tersebut, sekejap langit berubah lagi menjadi hitam kelam.
" Mama sudah baikan?" Tanya Revan sambil menghela nafas.
Rain hanya mengangguk, lalu menepuk pundak putranya itu.
" Jangan biarkan emosi itu bergejolak didalamnya, kau tahu itu. Lagian, Tania mungkin pergi hanya untuk memberikanmu waktu"
Kali ini Revan menggeleng.
" Aku tidak tahu dengan apa yang akan dilakukan wanita itu. Tapi ia pergi menemui pemimpin werewolves. Kurasa ia sedang membuat janji dengan laki-laki brengsek tersebut"
Rain terlihat kaget sebentar.
" Percayalah padanya, walaupun begitu ia masih istrimu bukan?" Ucap laki-laki itu seraya berjalan pergi meninggalkan laki-laki itu yang tengah terlihat bingung dengan semua ini.

 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Clara mengintip putranya dari jendela kamarnya. Terlihat laki-laki itu sedang sibuk memainkan elemen yang baru dikuasainya. Ia sempat heran mengapa anaknya yang satu itu bisa belajar elemen lain, padahal ia sudah menguasai secara penuh elemen air. Apa ini dorongan karena ingin menjaga Tania? mungkin saja. Sejak kepergian Gia, ia tidak pernah melihat laki-laki itu serius dengan perempuan lain. Bahkan ia merasa tidak ada yang pantas untuknya sebelum ia bertemu dengan Tania.

"Ah, apakah ini kebetulan? Gia juga seorang Witch- begitu pula dengan Tania. Jangan-jangan.." gumam Clara.
" Troy! Kamu ada diluar?" Seru Clara dengan panik.
Troy pun berlari masuk.
" Aku akan berangkat ke dunia manusia, siapkan semua keperluanku. Jika Rain menanyakan keberadaanku, katakan saja aku pergi berlibur sebentar. "
" Hmm.. Kenapa anda tiba-tiba ingin ke dunia manusia?" Tanya Troy dengan ragu. Ia tahu ada yang tidak beres sehingga membuat wanita didepan ini berniat pergi ke dunia manusia sendirian.
Clara terdiam sebentar lalu membuka mulut,
" ada sesuatu yang harus kupastikan" Ujarnya dengan singkat seraya melempar pandangannya pada putranya yang tengah berbicara dengan suaminya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

" Mama pergi ke dunia manusia?!" Seru Seira yang terlihat panik.
Rain, Revan, Troy dan Seira tengah berkumpul di ruang keluarga.
" Priestess satu-satunya malah ke dunia manusia. Tidakkah ia lupa kalau kita sedang berperang?" gerutu Rain yang tengah kesal. Ia tidak tahu bahwa istrinya itu seenaknya saja pergi ke dunia manusia hanya untuk jalan-jalan?
" Bentar. Mungkin mama punya alasan sendiri" Gumam Rain tiba-tiba.
Ia tahu sebagaimana gilanya istrinya akan shopping, namun di situasi seperti ini, istrinya tidak akan melakukan hal yang gegabah seperti ini.

Revan tidak mengeluarkan sepatah katapun.Ia masih sibuk dengan bacaannya.
" Sudah? Aku keluar dulu. Mama tentu sedang berbuat sesuatu. Percaya saja padanya" Tutur Revan seraya menghilang dibalik pintu dengan cepat.
Seira masih melonggo dan menatap Troy dalam-dalam.
" Kamu yakin mama tidak bilang apa-apa" Tatapan Seira seperti mengancam Troy untuk membuka mulut. Namun Troy hanya menggeleng.
" Bahkan aku bingung melihat kelakuannya"Rain pun menghela nafas dalam-dalam. Mungkin kali ini ia tidak bisa berbuat apa-apa"

The Vampire King and the Queen WitchWhere stories live. Discover now