chapter 11 - A Pledge with werewolf

23.6K 953 24
                                    

Hi readers, maaf yah klo chaapter ini byk salah. Ini upload pke hp, jadi yah agak brantakkan lg dri biasanya >< maaf ><

--------------------------------

Tania berjalan terseok-seok menuju kamarnya. Bahkan ia tidak mau bantuan Clara untuk memapahnya. Ia hanya ingin sendiri. Merenungi semua yang sudah terjadi antara dirinya dan laki-laki itu. Clara hanya bisa menghela nafas, berharap semua akan baik-baik saja secepat mungkin.  

Sudah empat hari Tania tidak keluar dari kamarnya, dan bahkan tidak makan. Makanan yang diletakkan oleh dayang di depan pintu kamarnya tidak pernah disentuh wanita itu. Sedangkan sewaktu jam makan, Revan sibuk dengan berpuluh-puluh wanita sebagai makanannya yang tentu tidak bisa membuatnya kenyang sekalipun. 

Padahal perang sudah akan dimulai, dan mereka malah bertengkar. 

Werewolves sudah menyerang 2hari yang lalu, namun hanya lima puluh dari mereka yang muncul, dan pemimpinnya masih belum mengeluarkan batang hidungnya.

Revan lebih memilih di lapangan tempur, daripada di istana. Saat ia pulang, bajunya berlumuran darah yang berwarna ungu- darah werewolves. Ia juga sering menjaga di Pos-pos pertahanan, dan berlatih disana. Ia hanya pulang untuk mengganti baju, dan menggambil beberapa buku bacaan, sesudah itu ia pergi lagi. 

Mengambil baju saja, ia meminjamnya dari Troy- yang ukuran badannya sedikit sama dengannya. Clara pun mencoba menjelaskn semuanyaa pada Revan, tapi nihil. Ia bahkan menjauhi Clara sewaktu wanita itu mulai menghampirinya. Akhirnya, Clara memberanikan diri mencari Tania, walaupun ia tau, Taniaa mungkin tidak bisa keluaar dari kamarnya. Maka dari itu, iaa hanya mengetuk pintu, 

" Tania, tinggal beberapa hari lagi,namun mama punya sesuatu untukmu" kata Clara sambil menyelipkan selembar kertas yang dilipat di sela-sela bagian bawah pintu . Lalu Clara pun berlalu.

Tania mengambil surat tersebut, dan membacanya seraya duduk ditepi kasur empuk itu. Akhirnya tetesan airmatanya pun jatuh satu persatu, dan terdengar suara jatuhan benda kecil. Namun benda kecil tersebut tidak lain adalah air mata Sang Witch, yang merupakan butiran permata. Rambut wanitaa itu tiba-tiba tumbuh lebih panjang lagi- mencapai lutut kakinya. Matanya besar, dengan alis mata yang hitam, dan iris mata Hijau diluarannya dan merah didalamnya. Wajahnya juga terlihat lebih dewasa dari biasanya. 

Inilah yang dinamakan the Growth of a Witch, tumbuhnya seorang witch.

Hawa Witch milik Tania baru saja menyebar diseluruh Istana. Sampai-sampai Clara buru-buru berlari menghampiri kamarnya. Dan juga Arthemis yang sibuk mencari Witch itu. 

" Witch! Ini bau witch!" Seru Arthemis. 

Sewaktu Clara sampai di kamar Revan, Ia mendapatkan Revan tengah memegang segenggam rambut hitam yang sangat panjang.  

" Ia.. sudah.. pergi.." Ucap Revan dengan terbata-bata. Sorotan matanya terlihat sendu. Clara pun dengan cepat memeluk putranya , mencoba menenangkan gejolak yang dialami anak itu. 

" Padahal aku mencoba melindunginyaa- dengan berusaha mengendalikan semua elemen- "

Clara pun terbelakak dengan apa yang dikatakan laki-laki itu barusan. Ia menatap lekat-lekat Revan. 

" Apa yang kamu katakan barusaan?!"  

" Aku sudah memikirkannya, tiga hari yang lalu. Dan aku bertekad melindunginya. Maka aku selalu membawa buku baacaaan daan berlatih disana. Aku tidak tahu bahwaa ia lebih memilih pergi. Ini semua salahku" 

Clara terdiam sebentar.

" Mama pikirr.. Ini terkait dengan Gi.. A..." Gumam wanita itu dengan sekujur tubuh yang bergetar hebat. Ia mulaai berkeringat dingin mengingat apa yang sudah ia lakukan. 

The Vampire King and the Queen WitchWhere stories live. Discover now