Bukan Rival Pak Andi

12K 1.6K 39
                                    

"Nerima anak kos baru, Ran?"

Aku menggedik cuek menanggapi pertanyaan Leon. Kemudian Leon mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya, memantik mancis dua kali lalu menghirup dalam hingga menghasilkan asap yang ia biarkan melayang di udara. "Dia nggak anti asap rokok kan?" tanya Leon menunjuk Ranggih dengan dagunya.

Sepertinya tidak. Bahkan Ranggih tetap terlelap dan tidak terganggu dengan suara Yasmine yang sempat mengamuk karena ulah Leon. Aku tidak yakin dia benar-benar nyaman tidur di sofa itu. Akan tetapi wajahnya terlihat begitu damai saat matanya terpejam.

Yasmine ikut bergabung, membawa stoples berisi kacang bali yang dibawa Leon beberapa saat lalu. Mungkin laki-laki itu membelinya sekalian dengan rokoknya. "Mukanya kayak orang nggak tidur berhari-hari kan, Mbak Kir?"

Aku pun memikirkan hal yang sama. Suara dengkurannya yang sedikit keras, seakan membenarkan asumsi tersebut.

"Jangan dilihatin kayak gitu, aku nggak suka," protes Leon pada Yasmine.

Yasmine mendengkus dan memukul pelan lengan kekasihnya itu. "Kamu kalau tidur ngorok juga nggak, Yang?"

"Kamu harus tidur sama aku dulu kalau mau tahu jawabannya."

"Ingat ini masih rumah gue. Jangan mesum lo berdua di sini."

Dua manusia itu malah terkikik. Dan Yasmine, dia menarik dagu Leon dan mendaratkan ciuman singkat di bibir kekasihnya itu. Padahal Leon masih merokok. Astaga.

"Gue aduin bokap lo, baru tahu rasa entar."

Dia nyengir, mengangkat jari tengah dan jari telunjuk bersamaan membentuk huruf V.

"Aku pulang dulu. Nanti jam tujuh aku jemput."

"Kenapa nggak di sini aja sih, Yang? Kayak Kak Ranggih tuh."

"Aku nggak bawa ganti."

Yasmine memasang wajah cemberut. "Kamu nggak asik, ih."

Haruskah aku di sini menjadi penonton drama norak super lebay ini?

***

Seperti yang dia katakan sebelumnya, Ranggih hanya butuh satu jam untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tepat satu jam, dia terbangun. Bangkit dari posisi tidurnya dengan tangan kiri memegang kepala. Setelah itu mengecek ponsel yang ia letakkan di atas meja. Memandang beberapa saat benda persegi itu, kemudian menarik napas agak panjang lalu mengusap wajahnya beberapa kali.

Astaga ... aku memperhatikannya sampai sedetail itu?

"Lo ngapain di situ?"

Aku berdehem kecil, menoleh ke kiri ke kanan salah tingkah karena tertangkap basah tengah memperhatikannya. "Gu..gue cuma mau bangunin lo. Kan lo bilang cuma butuh tidur satu jam."

Alis matanya bertaut, seperti tidak percaya dengan alibiku. "Masa? Kok baju lo masih sama kayak yang tadi? Lo belum mandi?"

Mampus!

Aku juga nggak tahu kenapa yang kulakukan sejak tadi hanya memperhatikan tidurnya yang terlalu damai itu. Aku seperti tidak bisa beranjak, dan harus terus menjaga selama ia terlelap. Untungnya, aku tidak cukup gila dengan menjaga tidurnya dari dekat.

"Udah mau maghrib. Gue ke musala dulu."

Dia bangkit dari sofa, memasukkan ponsel ke saku celana. Melepas jam tangan yang dikenakannya, kemudian meletakkan benda tersebut ke atas meja.

"Idaman banget anjir, Mbak." Tiba-tiba Yasmine sudah berdiri di sampingku. "Kalau aja gue lebih dulu ketemu dia sebelum Leon, nggak akan gue lepas dia, Mbak."

(Not) A Big Deal (Selesai ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang