Hei, You! Salam kenal dariku

35.5K 2.3K 111
                                    

"Masa berlaku KTP lo boleh seumur hidup, tapi masa jomlo lo nggak boleh sama dong."

-Raline Sheeva Pramudya-

"Happy birthday, Kirana Wulandari. Onty kesayangan Dina, Foya, dan Foza yang masih betah menjomlooo.."

"Harus banget begitu ucapan selamat lo buat gue, Lin."

Ibu satu anak itu tertawa puas. Di sebelahnya, si perut bundar yang katanya kapok hamil sejak pertama kali melahirkan putranya -tapi malah doyan nambah anak- merentangkan dua tangannya. "Peluk gue dong, Ran."

"Untung lo sahabat gue, Nim." Dan aku bangkit dari kursi dengan sedikit terpaksa.

Hari ini bertepatan dengan hari ulang tahunku. Sudah menjadi kebiasaan kami berkumpul saat salah satu di antara kami bertiga merayakan hari lahirnya. Dulu, sebelum kedua sahabatku khilaf dengan mengakhiri masa bebasnya, biasanya kami menghabiskan waktu seharian untuk nonton, nge-mall, dan bikin party kecil-kecilan. Kebetulan mereka berdua termasuk golongan anak sultan, apalagi si putri tunggal Nimas Ayu itu.

Namun sejak mereka berdua menikah dan lebih memilih untuk menjadi istri solehah -yang hanya berdiam diri di rumah mengurus keluarga- perayaan ulang tahun berubah drastis seratus delapan puluh derajat. Jika salah satu dari mereka yang berulang tahun, tentu saja mereka merayakannya ala-ala keluarga bahagia. Praktis membuat jiwa jombloku memberontak.

Maka ketika aku yang merayakan hari jadiku, aku tidak ingin Raline ataupun Nimas membawa ksatria mereka masing-masing. Kalau soal krucil-krucil mereka, aku tidak protes. Bagaimanapun aku menyukai anak kecil. Sayang belum bisa produksi sendiri.

"Udah dua delapan, Ran. Si Nimas ekornya udah mau tiga, giliran lo kapan? Keburu menopause lo, Ran."

"Jahat banget doa lo, Lin." Sejak Pak Dosen tampan itu menikahi si putri manja ini, dia semakin besar kepala sepertinya. "Gue baru dua puluh delapan, bukan empat puluh delapan. Yakali gue menopause secepat itu?"

"Jangan salah lo, Ran," interupsi Nimas. Dia mengeluarkan ponsel, memggulirkan jari seperti tengah mencari sesuatu. "Nih, gara-gara artikel ini gue ngangguk aja waktu si Randa minta nambah anak."

Menopause dini : "Saya mengalaminya umur 15 tahun dan tidak akan punya anak."

Astaga..

"Lo nemu dari mana?" Raline yang pertama kali bertanya. "Gila! Dina udah mau empat tahun belum gue kasih adik."

Hubungannya?

"Kalau kata nyokap gue, penyakit sekarang tuh aneh-aneh. Ya nggak sih?" Nimas bertanya sambil sesekali menoleh ke arah dua putranya yang tengah bermain bersama si cantik Faradina. "Setidaknya ya, Lin, kalau pun kita-kita juga kena menopause dini itu, kita udah ikut menjaga manusia dari kepunahan. Lah yang satu ini?"

Sial. Ini kan hari ulang tahunku. Kenapa mereka malah senang banget mengolokku?

"Seingat gue, lo dulu satu komplotan sama gue waktu nge-bully Raline, Nim."

"Itu kan dulu," sela Raline. "Masa berlaku KTP lo boleh seumur hidup, tapi masa jomlo lo nggak boleh sama dong."

Anjiiir...

"Mami.. Dina mau pipis, Mami."

Gadis kecil berambut ikal panjang itu mendatangi sang ibu. Wajahnya sangat meneduhkan, persis seperti sang ayah. Di usianya yang sudah memasuki tahun ketiga, Faradina tumbuh menjadi gadis yang menggemaskan. Namun menggemaskan di sini, justru yang membuatku iri dengan si ibu yang seperti diberi berkah berlebihan memiliki gadis kecil semanis Faradina.

(Not) A Big Deal (Selesai ✔)Where stories live. Discover now