Aku ingin pulang kemana

37 2 0
                                    

Setelah kepergian teh lala dari rumah wa nanang. Aku sangat terpuruk. Tidak ada lagi peri cantik disampingku. Tak ada lagi semangat hidupku. bahkan saat kecil aku pernah berfikir kalau aku tidak punya alasan lagi untuk tetap hidup. Aku prustasi. karena sekarang tak ada lagi teh lala disamping tempat tidurku, tak ada lagi teh lala membantuku menyapu, mengangkat dan melipat pakaian denganku, tak ada lagi teh lala yang membuatku tertawa lagi, karena kini ia sudah kembali kerumahnya.

Setelah kejadian itu aku banyak melamun. Masih belum bisa menerima kenyataan kalau teh lala ternyata sudah kembali ke rumahnya.

Mengapa hanya sebentar saja teh lala disini denganku. Mengapa hanya sebentar saja kesenanganku ini.?

Semua yang pernah terjadi dengan teh lala bagaikan mimpi indah.

ya... walaupun hanya sesaat, mimpi itu telah berhasil membuat aku menyesal karena sudah bangun.

Mulai hari itu, hari dimana teh lala pergi, rasanya aku ingin menyusulnya.

Dan ketahuilah. seberapapun prustasinya aku, aku belum pernah megubur kalung, cincin dan gelangku di pasir. Tidak pernah. Bahkan untuk menggunting pakaian dan sandalpun aku tidak pernah melakukannya sama sekali.

Tapi, fakta tentang aku mengubur emas-emasan yang mamaku kasih ke aku, menggunting pakaian dan sendal. sudah berhasil dibuktikan wa ayum kepada mamaku. Maka dari itu, sampai sekarang, mama tidak pernah lagi membelikan aku emas, walau itu hanya cincin sekalipun.

aku berfikir banyak untuk pulang saat itu, tapi pulang kemana. Karena rasanya, hatiku tidak mengatakan aku harus pulang ke rumah mama.

Otak dan hatiku hanya mengatakan kalau aku harus pulang ke rumah teh Lala. Iya. Ke rumah teh lala

Tiba di hari kenaikan kelas pertamaku (Kelas 1 semester 2).

Ada wa nanang diwarung saat itu, wa ayum memberiku uang lima ribu rupiah, katanya untuk jajan di acara kenaikan kelas, Ia pun memasukan uang itu kedalam sakuku. Akupun bahagia, karena itu pertama kalinya aku dikasih uang. Dan saat itu aku berharap agar setiap hari adalah hari kenaikan kelas.

Tapi, Setelah wa nanang pergi, semuanya berubah. ia bilang

"Pulang sekolah nanti, uang itu harus utuh" Ujarnya

Hatiku menciut seketika

Pikirku, kalau aku bawa uang ini, nanti aku tak tahan ingin membelikannya. Ya sudah, aku simpan saja. Akupun langsung pergi sekolah, diperjalanan ke sekolah, aku melihat tumpukan genteng, lalu aku memutuskan untuk menyimpan uang itu dibawah tumpukan genteng.

Tiba disekolah. Benar, hari itu disekolah banyak yang dagang. Mulai dari jajanan sampai mainan. Ku lihat teman-temanku semua datang ke sekolah dengan orang tuanya.

Semua orang sibuk, mulai dari orang tua yang membawa nasi timbel, untuk makan-makan. Teman-teman yang sibuk jajan ini jajan itu, Ada juga teman-teman yang meraung-raung nangis pengen mainan, yaaaah.. mereka adalah anak beruntung karena ada orang tua yang menakoninya.

Saat pembagian rapot tiba. Semua teman-temanku masuk kelas dengan orang tuanya, kecuali aku.

Saat guru memanggil Lindy, maka yang kedepan memanggil rapot kedepan adalah mama nya, Saat guru memanggil Risni, maka yang kedepan memanggil rapot kedepan adalah mama nya, Semuanya seperti itu. Sampailah pada saat aku dipanggil, aku sendiri yang kedepan mengambil raportku.

Banyak orang tua yang berbisik kenapa aku dateng sendirian, ada satu jawaban ibu-ibu yang terdengar olehku,

"Anaknya bandel, suka nyuri uang, suka berak dikasur. Nyusahin. Jadi orang tuanya males ngurusin"

KETIKA MATAHARI TERBENAMWhere stories live. Discover now