Jampang, Bersama emak

55 3 0
                                    

Tibalah didepan rumah yang tidak asing bagiku.

"oh.. ternyata tempat ini."

Setiap sudutnya memiliki cerita, masih ada suara mama menyuruhku makan dirumah ini. Aku juga mendengar suaraku yang sedang nangis dipintu itu saat menunggu bapak pulang.

Ooh.. senangnya.

Mengingat semua yang pernah terjadi ditempat ini. aku sadar ternyata jampang adalah satu-satunya tempat terindah yang pernah aku punya.

Setelahnya Nyai pergi. aku hanya menunggu kehadiran mama, tapi ternyata mama tidak muncul juga dihadapanku. Aku hanya diam, tidak mengerti apa yang sebenarnya mereka katakan, aku hanya dapat mengangguk dan tersenyum pada semua orang yang benar-benar ramah padaku.

Lalu aku masuk ke kamar yang dulunya kamar Bapak, aku dan mama.

Dikamar itu Banyak kutemukan buku-buku sekolahku yang terhampar. Kulihat gambar-gambar abstrak yang pernah ku buat. Tulisan angka-angka dan huruf itu. Aku mengingatnya saat aku sekolah di antar mama.

setelah beberapa jam lamanya. Aku masih tidak bertemu dengan mama, kemudian aku bertanya kepada emak,

"Mama mana?" karena hanya itu yang dapat aku katakan

Kata emak "Mama sedang pergi belanja keluar"

Tapi sampai satu minggu lamanya. Mama masih belum pulang dari tempat belanjanya. Ingin saat itu aku bertanya kepada emak,

"Sebenarnya dimana mama belanja, aku ingin menyusulnya" Tapi ternyata tidak. Aku tidak berhasil mengatakan itu kepada emak.

karena mama tidak kunjung datang, jadi, Selama dijampang, aku diasuh oleh emak (ibu nya mama). Padahal bukan hanya aku yang diasuh emak, masih ada dua sepupuku yang diasuh oleh emak, yaitu yayu & kakak nya, Ragil. Tapi emak tidak keberatan merawat kami.

Walaupun dengan keadaan yang serba terbatas, aku nyaman bersama emak. Emak betul-betul menyayangiku aku merasakannya disini sampai sekarang. Dan aku betah disini.

Suatu hari, aku akan belajar mengaji di mesjid setempat. Emak membuatkan aku mukena dari kain putih yang dijahitnya pure dengan tangan sendiri.

Awal ngaji, aku hanya belajar shalat dengan menggunakan kerudung saja, sebelum emak selesai menjahit mukenanya. Dan saat aku lihat, mukena yang emak buat, baru selesai sebagian.

Sampai hari ketiga emak selesai menjahit mukenanya. Emakpun memanggilku.

"Lilyyyy...."

lalu menyuruhku untuk mencobanya.

Aku coba mukena itu sambil ku lihat cermin.

Iya cermin itu. Cermin yang aku pakai saat mama dan bapak masih ada disini bersamaku.

Iya Cermin ini, yang membuatku sadar ternyata wajahku sama dengan wajah teh lala.

Aku sangat bahagia. Saking tidak sabar ingin segera memakainya. Saat itu aku ingin sekali memutar jam agar langsung tiba pada waktu ngaji (sore). Bagaimana tidak, mukena itu adalah mukena pertama yang aku punya.

Aku bangga pada emak, selain harus membuat peyek dan lemper setiap pagi, untuk dikirim ke warung ayum (kaka mamah)di Sekolah SMP. emak juga menyiapkan sarapan dan merawatku dengan baik.

Hingga tibalah pada suatu hari, emak terjatuh saat sedang dalam perjalanan pulang mengantar dagangan dari SMP, Denganku, bersama dengan sepupuku. Yayu.

Aku dan yayu panik, harus bagaimana. Tanpa berfikir panjang aku kembali ke SMP menjemput wa nanang untuk segera membawa emak pulang, dan yayu menunggu emak dipinggir jalan.

Iya. Setelah itu emak melemah. Mungkin karena usia emak yang semakin hari semakin tua.

Sore itu juga. Iya pada saat Matahari tenggelam, Sepupuku, a fauzi bermain ke rumah emak, dan mengajakku menginap dirumahnya.

Tapi aku agak iba, dan ingin rasanya menolak karena mungkin aku masih trauma untuk tinggal dirumah orang seperti yang dulu pernah aku alamin di rumah NYAI. Tapi karena a fauzi bilang, dirumahnya ada foto mama dan bapak, kemudian aku mengangguk dan setuju ikut ke rumahnya.

malam itu, aku digendong a fauzi untuk menginap di rumahnya. tapi.. sesuatu yang aku takutkan ternyata benar. Kini terjadi lagi.

A fauzi membawa semua pakaianku dari rumah emak ke rumahnya. Dan yang aku tengkep dari obrolan a fauzi dan wa nanang adalah, aku akan menetap di rumah itu.

Sebetulnya, hatiku berontak, aku gak mau pindah dari rumah emak. Tapi setelah aku pikir-pikir, mungkin ini adalah permintaan emak yang udah tidak berdaya merawat cucu-cucunya lagi.

***

KETIKA MATAHARI TERBENAMWhere stories live. Discover now