5. The Meeting and The Letter

226K 14.1K 182
                                    

The Meeting and The Letter.

Setelah mendapatkan telpon dari Micky yang menyebutkan dimana Cherisha, Randi langsung saja meninggalkan kantin dan melesat menuju lobi. Ia berhenti di tengah keramaian orang-orang di lobi, matanya mencari ke sekelilingnya dan... gotcha!

Randi terpaku sejenak melihat wajah cantik itu. Wajah cantik wanita yang selalu muncul di mimpi-mimpinya selama bertahun-tahun ini. Randi baru sadar dari keterpakuannya saat ia melihat Cherisha sudah keluar pintu rumah sakit. Ia kembali berlari keluar, sedikit kesusahan karena banyaknya orang yang lalu lalang di depan pintu masuk.

Randi semakin panik saat melihat Cherisha sudah berjalan hampir mencapai gerbang rumah sakit. Bagaimana kalau wanita itu pergi dengan naik kendaraan umum atau taksi yang lewat di depan? Randi sama sekali tidak mempedulikan orang-orang yang menatapnya penasaran dan kesal karena ia berlari dengan menabrak orang-orang dan tidak mengucapkan maaf.

Pada akhirnya Randi berhasil sampai di belakang Cherisha dan ia menangkap lengan kiri wanita itu.

“Cherisha!”

Cherisha berbalik dan menatapnya bingung. Keningnya mengernyit. Sementara Randi menatap intens wajah Cherisha dengan seksama. Ia begitu merindukan wanita ini, dan ia ingin sekali melihat wanita ini lama-lama untuk memenuhi rasa rindunya.

Tapi bagi Cherisha dan Rendi, pandangan intens itu terlalu aneh dan membuat mereka tidak nyaman.

“Kamu siapa? Apa kita saling mengenal?”tanya Cherisha ragu.

Mata Randi membelalak lebar mendengar pertanyaan itu. Bagaimana mungkin Cherisha bertanya seperti itu padanya? Rasa marah muncul dalam dirinya karena pertanyaan itu. Delapan tahun lalu wanita ini meminta Randi untuk menjadi pacarnya selama seminggu. Tapi di hari keempat, di saat Randi sadar jika dirinya tidak bisa melepaskan cintanya begitu saja, wanita ini malah menghilang. Tanpa kabar, membuatnya begitu khawatir. Dan sekarang ketika bertemu wanita ini malah berpura-pura tidak mengenalnya?

“Kamu...”ucap Randi kesal. Ia ingin sekali marah saat ini.

Insting melindungi Rendi muncul saat melihat ekspresi kesal Randi. Dengan berani ia melepaskan cengkeraman tangan Randi di lengan ibunya. “Jangan pegang-pegang Bunda!”serunya berani.

Randi terkejut mendengar teriakan itu, dan lebih terkejut lagi saat melihat anak kecil yang dengan berani berdiri di depan Cherisha. Anak kecil itu berwajah yang sangat familiar untuknya. Versi mini dirinya.

“Bu... bunda?”ucap Randi terkejut.

“Aku memang anak kecil! Tapi aku nggak takut sama Om! Aku bisa karate! Awas kalo berani ganggu Bunda lagi!”seru Rendi lalu menarik tangan ibunya pergi. Cherisha yang masih terkejut karena melihat putranya yang begitu berani, hanya mengikuti saja.

Sementara Randi hanya bisa terpaku melihat kepergian keduanya. Ia tidak mempedulikan orang-orang yang melihatnya penasaran. Pikirannya masih berusaha mencerna ucapan Rendi tadi.

“Bun...da?”gumam Randi dengan perasaan campur aduk. Sampai-sampai ia sendiri tidak mengerti apa sebenarnya yang dirasakannya. “Dia... anak Cherisha, dan... anakku kah?”

Ketika kesadaran kembali menghampiri Randi, kedua orang itu sudah tidak terlihat lagi. Randi mengumpat kesal.

Satpam rumah sakit yang berjaga di gerbang menatapnya penasaran, lalu menghampirinya. Tapi sebelum satpam itu sempat bertanya, Randi lebih dulu melakukannya.

“Bapak tahu ibu dan anak tadi? Sering lihat?”tanya Randi menuntut.

“Oh yang tadi ribut sama dokter ya?”Randi melotot mendengar ucapan satpam itu, membuat satpam itu meringis takut. “Perempuan yang tadi itu kerja disini. Udah tiga hari ini bawa anaknya.”jelasnya.

Remember UsWhere stories live. Discover now