14. Rama

1.7K 231 15
                                    

Alasan Rama menghentikan kegiatan kemoterapinya hanya satu; ia lelah.

Lelah merasakan pusing yang bahkan tidak dapat ia deskripsikan betapa parahnya.

Lelah harus terus memuntahkan isi perutnya ketika ia belum makan seharian.

Lelah harus melihat Mozza menatapnya dengan sedih. Hal terakhir yang ingin Rama lakukan adalah membuat Mozza sedih.

Lelah harus berperang disebuah perang yang sudah pasti tidak akan pernah ia menangkan.

Ketika ia berumur 15 tahun, Dokter bertanya berapa skala 1-10 sakit kepala yang ia rasakan. Rama mengangkat sembilan jarinya dan menyimpan 10 untuk saat seperti ini. Saat dimana ia bahkan tidak bisa merasakan bagian tubuhnya yang terbebas dari rasa sakit. Saat dimana hanya satu yang ia fikirkan; menyerah.

“Gak apa-apa. Ram. Mama udah ikhlas kok, kamu kalo mau pergi, pergi aja. Daripada kamu terus-terusan menderita kayak gini.” Ratri berusaha tersenyum disela tangisnya ketika melihat anaknya kesakitan seperti ini.

Beberapa saat sebelummnya, ia menelfon Mozza agar segera datang. Entah, ia punya firasat kalau ini akan menjadi kali terakhir Mozza melihat Rama bernafas.

“Ram, kalo emang udah gak kuat, yaudah. Lo gak perlu mikirin orang yang lo tinggalin. G-gue ikhlas, Ram.” Mozza berusaha tersenyum dan terlihat tegar didepan Rama sampai ketika Rama berusaha kuat tersenyum dan menggenggam tangan Mozza untuk yang terakhir kalinya.

Mulut Rama mengisyaratkan kata “makasih, Za” sampai akhirnya cowok itu menutup mata untuk selamanya dan Mozza jatuh tidak sadarkan diri.

------------------------------------------------

I

Their NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang