17 | Wrecked me

1.5K 179 1
                                    

"i said; then
i lost it all,
who can save me now?"

| Black Veil Brides |
...

"Lagi ada urusan," ucap Guntur tiba-tiba saat melihat Oni celingukkan seolah tengah mencari keberadaan seseorang.

Oni mengalihkan perhatiannya pada Guntur yang tengah duduk di depannya, tepatnya di samping Lian.

"Leon, kan?"

Wajah Oni langsung merona menyadari dirinya mengharapkan kehadiran cowok itu.

"Gue disuruh tuh anak buat jagain kalian berdua."

"Jagain?" Lian yang sedang memakan es krim langsung memandang pacarnya itu dengan tatapan penuh tanda tanya.

Guntur mengambil tisu di meja, mengelap sisa es krim vanila yang tak sengaja menempel di hidung mancung Lian. Cewek itu tersenyum malu-malu mendapatkan sikap manis tersebut. Sementara Oni pura-pura tak melihat, berusaha fokus pada es krim cokelat di tangannya.

"Biar nggak diganggu Adel."

Mendengar Guntur mengatakan kalimat demikian, Lian langsung memandang Oni tak enak. Salahnya waktu itu meninggalkan Oni terlalu lama. Meski Oni tak pernah menyalahkannya dan bilang, ada-tidaknya Lian, dia akan tetap mendapat perlakuan seperti itu.

"Hai cewek-cewek!"

Mereka yang tengah duduk di sana langsung menoleh secara bersamaan. Melihat Jale tengah berjalan ke arah mereka dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana. Kemudian mengambil tempat duduk di samping Oni, membuat cewek itu refleks bergeser.

"Woi! Santai! Gue nggak makan temen," katanya sembari menaik-turunkan alisnya.

Oni jadi merasa bersalah. Sebenarnya dia tak mau bersikap seperti itu. Tetapi karena sudah menjadi kebiasaan, dia melakukannya secara spontan.

"Kok lo canggung banget sih deket sama gue? Tapi sama Leon nggak." Jale memajukan wajah, menatap cewek itu tepat di kedua bola matanya, membuat Oni seketika grogi ditatap demikian.

Guntur mengambil sendok di atas meja, kemudian mendaratkan benda tersebut di kepala temannya itu. Otomatis Jale menyingkir dari dekat Oni, menatap Guntur dengan garang. "Apaan sih?!"

"Lo yang apa-apaan! Jangan coba-coba nikung, deh! Kalo Leon tahu, bisa-bisa lo mati di tangan dia!" seru Lian hiperbolis.

Jale bergidik. "Oh iya, gue lupa kembaran lo itu 'kan Singa."

Oni malah terkekeh mendengarnya.

"Lo belum pernah lihat Leon marah, ya, Ni? Jangan deh! Serem! Dia itu kalau udah marah matanya kayak mau keluar. Bahkan waktu masih kelas 10, dia pernah berantem sama kakak kelas yang malakin rokok. Padahal tinggal kasih aja, cuma satu batang, holkay pelit amat."

"Dasar tuti! Leon marah buat belain gue," timbal Lian.

"Belain kamu gimana?" tanya Oni penasaran. Dia memakan sisa es krimnya. Lalu membuang cup yang telah kosong itu ke tempat sampah tak jauh dari meja mereka.

"Jadi gini, ada kakak kelas yang suka sama gue, namanya Rio. Tapi dia ngedeketin gue dengan cara yang rendahan." Lian berdeham saat melirik Guntur yang sama sekali tak menunjukkan ekspresi apa pun.

"Rio sering maksa gue buat pulang bareng, jalan bareng, bahkan dia tuh udah kayak penguntit, ngintilin gue mulu selama di sekolah. Kan gue risi, belum juga pacaran, jadi sebelum dia nembak, gue udah nyuruh dia buat ngejauh. Dia marah, nyebut gue munafik segala macam. Udah kejadian itu, dia malah kayak punya dendam gitu ke gue. Sering usil, trus gue cerita ke Leon," sambungnya.

Incomplete | 1 ✓Where stories live. Discover now