1 | Leonil

9.5K 436 8
                                    

"i'm worse at what
i do best
and for this gift
i feel blessed."

| Nirvana |
...

"Berengsek!"

Hal yang paling Leon benci ketika dirinya mabuk adalah, lupa mengunci pintu kamar sebelum tidur. Alhasil, Leon harus merelakan ketenteramannya pagi ini.

Dia mengumpat berulang kali, menyumpah serapahi bunyi nyaring alarm yang berada tepat di samping telinganya. Persetan! Siapa sih yang memasang benda keparat itu di sana? Karena dia berani jamin, sepanjang hidupnya tak pernah menyetel alarm.

Dengan mimpi yang samar-samar masih membayangi benaknya, Leon meraih jam beker itu dan melemparnya secara asal, menimbulkan suara nyaring dari perpaduan antara lantai dan kaca. Bagus. Biar hancur sekalian.

"Woi! Bangun! Bangun! Jangan kebanyakan molor, nanti mukanya kendor."

Apa lagi kali ini?

Leon mengerang, mendengar suara cempreng yang begitu menusuk gendang telinganya. Tidak bisakah cewek ini bicara tanpa menjerit?

Dia mengambil bantal untuk menutupi kepalanya, berusaha meredam suara-suara laknat yang mengganggunya.

"LEONIL NUGRAHA!!!"

Astaga...

"Berisik Nenek Lumpur!" gerutunya dengan suara berat dan tertahan.

Leon baru akan kembali menjemput mimpi ketika cewek itu merebut bantal yang sedari tadi dia gunakan untuk melindungi telinganya.

"Arrggghhh! Apaan sih?!" Kakinya yang panjang tampak menendang-nendang kesal.

"Hari ini lo ada ulangan matematika, kan?"

Jreeenggg!!!!

Kedua bola matanya langsung terbuka lebar—seperti Squidward di salah satu episode serial kartun Spongebob, yang mana ketika spons kuning itu menginap di rumah si gurita karena nanasnya dimakan oleh pasukan nematoda.

Cowok itu beringsut dari tempat tidur, wajahnya berubah panik menatap Lian—saudari kembarnya. "Kok lo udah rapi, sih? Jam berapa sekarang? Perasaan gue nyimpen jam di sini. Kok bisa hilang? Lo umpetin di mana?" tudingnya beruntut.

Lian langsung menjitak kepala sang kakak yang lahir tiga menit lebih dulu darinya. "Tuh, lihat!" tunjuknya ke arah jam beker yang tampak sekarat.

"Akhhh!" Dia mendesah, mengusap wajahnya gusar. Benar. Biar hancur sekalian.

"Lo harus udah selesai mandi dalam waktu lima menit! Gue tunggu di mobil." Lalu Lian meninggalkan Leon yang masih belingsatan sendiri di kamarnya.

"Lima menit?" Cowok itu membeo. Walau begitu, dia tetap berjalan terhuyung-huyung ke kamar mandi sambil menggerutu.

Ulangan matematika kali ini akan memengaruhi nasibnya ke depan. Itulah kenapa Leon merasa panik luar biasa.

***

Liana Nugraha atau yang sering disapa Lian tampak cengengesan seperti kuntilanak yang baru dikaruniai anak, sementara cowok yang duduk di sampingnya hanya menekuk wajah dengan masam.

Leon tahu dia dikerjai ketika melihat jam dinding yang menggantung—masih menunjukkan pukul 06.05 pagi. Dan kekesalannya sejak bangun tidur tadi bertambah berkali-kali lipat saat matanya menyelinap ke setiap penjuru kelas, kosong melompong sampai-sampai suaranya menimbulkan gema. Tidak ada siapa pun di dalam sana selain dirinya dan si Menyebalkan Lian. Sebetulnya dia sudah agak curiga ketika memasuki gerbang, sekolah terlihat masih sepi. Hanya saja tadi dia pikir dirinya terlambat, tapi setelah masuk kelas, dia menyadari bahwa dirinya terlalu teladan hari ini. Tolong digarisbawahi, teladan dalam arti sebenarnya, bukan akronim dari telat-datang-pulang-duluan.

Incomplete | 1 ✓Where stories live. Discover now