Part 7

8 0 0
                                    


"Ai ayo habiskan makanannya ya. Kakak janji kalau saatnya sudah tepat akan kakak beri tahu." Kata kak Ihsan.

"Iya kak. Maafin Ai ya, kakak jadi kerepotan karena urusan Ai. Ya Ai pun gak tahu sebenarnya apa yang terjadi. Syukron kak udah mau jagain Ai," kata Aisyah.

"Mau pulang sekarang? Kakak antar sekalian." kata kak Ihsan.

"Iya kak, sekarang aja sebentar lagi malam. Tempat tinggal Ai kan agak jauh." kata Aisyah.

Mereka pun lalu beranjak pergi meninggalkan keramaian di cafe itu. Mereka pun bergegas pulang menuju rumah Aisyah. Hening yang tercipta dalam perjalanan pulang. Kak Ihsan pun membuka pembicaraan diantara mereka.

"Ai, kamu Ahad ini ada acara?" kata kak Ihsan.

"Memangnya ada apa kak?" kata Aisyah.

"Nanti kakak kasih tahu Ai. Sekarang masih rahasia." kata kak Ihsan sambil tersenyum.

Tak lama mereka pun sampai di rumah Aisyah. Rumah yang cukup besar dengan halaman yang luas dan di kelilingi taman bunga yang menyejukkan mata, menambah kesan elegan dari rumah ini.

"Ai sudah sampai." kata kak Ihsan sembari turun dari mobilnya diikuti Aisyah yang juga turun dari mobil. Lalu mereka berjalan menuju pintu rumah.

"Kak, kakak kok tahu rumah Ai? Sebenarnya kakak itu siapa? Ai kan belum bilang rumah Ai dimana." kata Aisyah.

"Kakak tahu semua tentang kamu Ai." katanya membuat Aisyah terkejut.
"Kakak?" kata Aisyah.

Tiba-tiba suara pintu terbuka terdengar. Terlihat sosok mbok Asih membukakan pintu. Ia adalah orang yang mengasuh Aisyah sejak kecil hingga ia kehilangan kedua orang tua tercintanya. Dan mbok Asih inilah yang selalu setia menemani Aisyah. Ia sudah dianggap pengganti orang tua bagi Aisyah.

"Assalamu'alaikum mbok." kata Aisyah.

"Wa'alaikumussalaam, masuk neng. Eh ini ada siapa? Ayo masuk, mampir dulu." kata mbok.

"Iya mbok," lalu mereka pun masuk dan duduk di ruang tamu.

Tanpa sengaja kak Ihsan melihat sebuah foto yang mengingatkannya tentang masa lalunya. Foto itu, ia juga punya foto yang sama.

"Ini minumannya dan camilan. Silahkan," kata mbok.

"Iya terima kasih mbok." kata kak Ihsan.

Lalu mbok pun kembali ke belakang meninggalkan mereka berdua.

"Hmm Ai, kakak boleh tanya sesuatu?" kata kak Ihsan.

"Boleh kak, tanya apa?" kata Aisyah.

"Itu foto siapa Ai?" kata kak Ihsan.

"Oh itu foto kedua orang tua Ai dan sahabat mereka. Foto dua keluarga yang bersatu dan begitu dekat. Setahu Ai mereka itu bersahabat hingga akhirnya peristiwa itu terjadi." kata Aisyah.

"Peristiwa?" tanya kak Ihsan.

"Iya kak, dulu waktu Ai kecil mereka semua kecelakaan saat sedang perjalanan. Disitu pun ada Ai dan satu anak sahabat orang tuaku. Ai gak ingat sama anaknya. Tapi setahu Ai dia juga alhamdulillaah selamat seperti Ai. Katanya dulu anaknya dibawa sama keluarganya. Begitu juga Ai. Alhamdulillaah Ai dan anak itu masih diberi keselamatan oleh Allah." kata Aisyah panjang lebar sembari tak terasa kristal-kristal bening mulai menetes membasahi pipinya.

"Maafkan kakak Ai, kamu jadi sedih." kata kak Ihsan.

"Gak apa-apa kok kak. Ai baik-baik aja." kata Aisyah.

Dalam hati kak Ihsan pun bersedih mengingat itu semua. Sebenarnya kak Ihsan tahu semuanya. Tapi ia belum ingin menceritakannya pada Aisyah. Ingin rasanya dia menyeka air mata yang tertumpah itu. Namun kini belumlah saatnya. Yang ingin dia lakukan saat ini hanyalah menjaga Aisyah hingga waktu itu tiba. Waktu disaat Allah menyatukan mereka.

"Ai sudah adzan maghrib. Kakak ikut sholat disini boleh ya?" kata kak Ihsan.

"Boleh kak, musholanya ada di sebelah sana." kata Aisyah sambil menunjukkan tangannya ke arah mushola.


Lalu kak Ihsan pun melangkah menuju mushola rumah Aisyah. Setelah mereka selesai sholat, mereka kembali ke ruang tamu. Dan tiba-tiba mbok mengahampiri mereka.

"Kak Ihsan, Ai bingung dengan semua ini." kata Aisyah.

"Lambat atau cepat kamu juga akan tahu Ai." kata kak Ihsan tersenyum dibalas anggukan oleh Aisyah.

"Permisi, neng makanannya udah siap. Kita makan dulu ya? Ajak juga temannya. Siapa namanya? Mbok belum kenalan nih." kata mbok.

"Saya Ihsan mbok, temannya Aisyah." kata kak Ihsan.

"Ayo nak Ihsan ikut makan disini ya? Kebetulan mbok masak agak banyak." kata mbok.

"Iya kak, makan malam disini dulu ya? Masakan mbok enak loh kak. Wajib banget dicoba." kata Aisyah sambil tersenyum.

"Yaudah Ihsan makan disini mbok, Ai. Penasaran juga ingin coba masakan mbok." kata kak Ihsan.

Mereka pun pergi menuju ruang makan bersama. Setelah selesai makan kak Ihsan pun pamit pulang.

"Mbok, Ai. Ihsan mau pulang dulu ya. Nanti takut kemalaman. Terima kasih sudah mengajak makan malam bersama." kata kak Ihsan.

"Iya nak Ihsan sama-sama. Sering-sering main kesini ya? Tiap hari juga gak apa-apa. Jagain neng Aisyah." kata mbok sambil tersenyum menggoda dua insan di depannya.

"Mbok apaan sih? Kasihan juga kan kalau kak Ihsan harus tiap hari kesini. Jangan di dengerin kak, mbok emang suka becanda gitu." kata Aisyah.

"Tiap hari juga bagus tuh Ai. Gak apa-apa kan mbok? Kan jagain Ai."

" Iya gapapa," kata mbok sambil tersenyum.

Lalu mereka pun melangkah ke depan mengantarkan kak Ihsan. Dan kak Ihsan pun perlahan menghilang dari jangkauan mata dengan mengendarai mobilnya.

~

Pagi yang cerah, Aisayah sedang bersiap untuk melakukan rutinitasnya. Setelah sarapan ia langsung pergi ke kantornya. Ia harus berkutat dengan segala berkas di meja kerjanya setiap hari. Ia adalah direktur utama di perusahaan ini. Setelah ia dewasa, seluruh aset keluarganya mulai diurus oleh Aisyah. Orang tua Aisyah meninggalkan banyak kekayaan yang cukup untuk Aisyah. Bagi Aisyah ia sangat bersyukur bisa hidup serba berkecukupan. Ia juga harus membagi waktunya dengan kuliahnya juga kegiatan kampus lainnya. Tapi dengan semangat dan penuh keikhlasan ia masih tetap bisa tersenyum meskipun ia harus berjuang sendirian.

Di ruang kerja Aisyah...
Tok tok tok, terdengar suara pintu diketuk.

"Silahkan masuk." kata Aisyah.

"Permisi mbak, ini berkas yang sudah disiapkan. Nanti jam 1 kita ada meeting dengan klien baru. Dan mereka menginginkan pemilik perusahaan ini juga hadir." kata Tika sekretaris Aisyah.

"Baiklah atur pertemuannya sebaik mungkin. Insyaa Allah saya akan hadir." kata Aisyah.

"Baik mbak, saya permisi dulu." kata Tika.

"Ya silahkan." kata Aisyah.

Tak terasa adzan dzuhur pun berkumandang. Aisyah segera melangkahkan kakinya menuju mushola yang ada satu lantai dengan ruangannya. Ia bergegas mengambil air wudhu lalu sholat. Setelah itu ia sempatkan untuk melantunkan ayat Al-Qur'an. Ia memang terbiasa tilawah setiap selesai shalat. Tiba-tiba...

'Suara siapa yang sedang mengaji? Merdu sekali?' batin Ihsan. Ia penasaran lalu berusaha mencari tahu siapa pemilik suara merdu itu. Ia melangkahkan kakinya, dan seketika ia terkejut.
'Aisyah? Sedang apa dia disini? Ah suaranya merdu sekali saat mengaji. Andai saja dia istriku. Astaghfirullaah ya Allah. Maafkan hambamu ini. Apa yang kupikirkan?' batin Ihsan.

Ia segera meninggalkan mushola menuju sebuah ruangan yang tak jauh dari mushola.

"Assalamu'alaikum," kata Ihsan.

"Wa'alaikumussalaam, silahkan duduk pak. Sebentar lagi pimpinan kami akan kesini. Silahkan sambil diminum dulu." kata Tika.

"Baiklah pertemuan kita masih 15 menit lagi. Saya permisi keluar sebentar. Biarkan tim saya menunggu di sini." katanya.

"Baik pak." kata Tika.


Ihsan pun keluar ruangan. Sebenarnya dia penasaran dengan perempuan yang tadi dilihatnya. Dia bingung kenapa Aisyah bisa ada di gedung ini.


Note : Nantikan kelanjutanya ya :) Lagi jarang update karena sedang ada aktivitas di dunia nyata...

PERTEMUAN KEDUAWhere stories live. Discover now