Salahkah aku mencintainya? (Bagian 4) -TAMAT-

5.2K 355 20
                                    

Ini bener-bener bagian terkahir dari cerita Kelvin dan Nasya yaaa....

***

“Bagaimana? Masih sakit?” Aku menatap wanita yang kucintai sedang duduk di sisi ranjang sambil memijat-mijat pergelangan kakinya.

“Hmmm... sakit sih tidak, hanya sedikit kaku saja.” Kini perhatian wanita itu sudah tercurahkan sepenuhnya ke arahku.

“Itu wajar, mengingat hampir satu tahun kakimu tidak pernah di gunakan.” Dengan sayang, aku mengelus rambut Nasya.

“Aku rela selama satu tahun ini kakiku tidak bisa di gunakan, bahkan jika aku harus duduk di kursi roda selamanyapun aku tidak keberatan.” Aku mengerutkan alis mendengar kata-kata adik yang juga telah resmi menjadi istriku ini. “Asalkan...” Selama beberapa detik aku menunggu lanjutan kata-kata Nasya. Matanya menatap kedua mataku dengan intens, seolah menghapuskan semua kelelahanku setelah seharian di kantor.

“Asalkan?” Tanyaku penasaran.

“Asalkan... kakak tetap disisiku.” Lalu dia merentangkan kedua tangannya, memberi isyarat agar aku memeluknya.

Aku merengkuh Nasya ke dalam pelukanku. Aku tidak akan melepaskannya sampai kapanpun apa lagi bila mengingat satu tahun lalu Nasya hampir saja meninggalkanku karena komanya.

Aku masih ingat saat Nasya terbangun dari koma. Rasanya seperti sebagian jiwaku yang hilang telah kembali. Lalu beberapa minggu setelahnya, aku mengatakan pada ayah dan bunda bahwa aku akan menikahi Nasya. Awalnya aku menyangka kedua orang tuaku akan syok dan menolak keinginanku tapi ternyata bunda malah memelukku sambil menangis dan menyatakan persetujuannya lalu diikuti persetujuan dari ayah.

Lalu setelah itu aku mencari Naya dan berbicara empat mata dengannya. Sungguh saat itu mungkin adalah salah satu saat-saat terberat dalam hidupku. Dalam lubuk hatiku yang terdalam, aku tak pernah memiliki niat sedikitpun untuk melukai wanita sebaik Naya.

Flash back...

“Aku mencintainya.” Kataku to the point.

 

“Tanpa kau katakanpun aku sudah tahu Kelvin.” Nada suara Naya terdengar tenang, tidak ada sedikitpun kemarahan disana. Dan karena reaksinya itu, rasa bersalah dalam hatiku malah bertambah besar.

 

“Maaf.” Aku tidak tahu harus berkata apa lagi, jadi hanya satu kata itu yang dapatku ucapkan.

 

“Jangan pernah minta maaf karena mencintai seseorang Kelvin. Lagi pula, jika ada orang yang paling mantas meminta maaf itu adalah aku.” Aku bisa melihat senyum miris di wajah Naya.

 

“Maksudmu?” Tanyaku tidak mengerti.

 

“Sejak awal aku melihat kau dan Nasya, aku langsung sadar bahwa kalian berdua saling mencintai. Hanya saja, akuterlalu keras kepala untuk mengakuinya hingga akhirnya, aku malah memaksakan diriku masuk ke tengah-tengah kalian. Apa kau sadar Kelvin, kau tidak pernah menatapku dengan tatapan yag begitu lembut seperti kau menatap Nasya. Terlebih lagi kau selalu mendahulukan kepentingan Nasya di bandingkan dengan kepentingan dirimu sendiri. Tiada hari tanpa kau mengabaikan Nasya dihidupmu.” Aku tidak tahu harus menanggapiapa semua kata-kata Naya.

 

“Aku memang sedikit kecewa dengan pilihan yang telah kau ambil, tapi apa boleh buatkan? Lagi pula, aku yakin, di luar sana pasti ada pria yang akan mencintaiku seperti kau mencintai Nasya. Jadi, mulai detik ini Kelvin, aku membatalkan pertunangan kita.” Aku lega melihat senyum mengembang di wajah Naya. Senyum itu, senyum yang dulu pernah memikat hatiku.

 

Lalu setelah itu semuanya berlangsung secara cepat, mulai dari pembatalan persiapan pernikahanku dengan Naya lalu di akhiri dengan pernikahanku dengan Nasya adik angkatku.

 

“Ka, ini apa?”

Suara itu mebuyarkan segala ingatanku tentang masa lalu. Aku memandang benda yang ada di tangan Nasya.

Ck, hampir saja aku lupa dengan itu.

“Itu undangan pernikahan.” Kataku sambil tersyum sendiri.

“Pernikahan siapa?”

“Kau lihat saja Nasya. Oh ya, kata mempelai wanitanya, dia tidak ingin melihat kursi rodamu di acara pernikahannya, jadi sepertinya kau harus melakukan terapi ekstra untuk mengabulkan permintaan sang mempelai wanita.” Lalu aku pergi meninggalkan Nasya yang bingung mendengar kata-kataku.

“Aaaaaa!! Ka Kelvin! Ini undangan pernikahan Ka Naya!”

***

“Kakak!” Aku mengacukan Nasya yang sedari tadi terus menerus memanggilku.

Ck, sampai kapanpun aku tidak akan pernah menyahut jika dia terus memanggilku seperti itu.

“Kakaaakk~” Jangan tergoda oleh rajukkannya Kelvin! Ingat apa tujuan awalmu!

“Sampai kapan kakak akan mendiamkan aku seperti ini.” Suara itu terdegar memelas dan hampir menangis.

Sabar Kelvin! Kau tidak boleh lemah!

Lalu aku dapat merasakan Nasya menghela napas berat.

“Baiklah... baiklah... kali ini aku akan mengalah!” Mengedar itu mau tidak mau senyum kemenangan mengembang di wajahku. “Sayang~” Akhirnya keuar juga kata-kata yang sela ini ingin ku dengar dari bibir istriku.

“Ya sayang?” Dengan cepat aku berbalikke arah Nasya yang sedang duduk di teras. Aku hanya bisa menahan tawa melihat raut jengkel di wajahnya.

“Benar-benar menggelikan sekali rasanya saat mengucapkan kata-kata itu. Pokoknya aku tidak mau mengucapkannya lagi, jika kakak memaksa, aku akan pulang saja ke rumah ayah dan bunda.” Lalu Nasya berjalan perlahan-lahan meninggalkanku sendiri.

Ck, walaupun sudah menikah tetap saja dia itu adik kecilku yang manis.

-TAMAT-

Album MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang