3

67.3K 3.3K 161
                                    

Lemes !

Awalnya aku berharap bersama Enrico aku bisa bahagia tapi ternyata bikin lemes.

Gimana ngga lemes? tahu-tahu dapet dorprice! Ngga cuman satu tapi tiga sekaligus. Memang jaman sekarang buy one get one free lagi dicari tapi kalau masalah jodoh.

Ohh, NO!

Anak Enrico ada tiga, yang pertama Rosalyn Gracia Ferrante. Gadis yang tidak sengaja menangkap basah aku dan Enrico berkencan. Usianya baru 17 tahun hanya beda enam tahun dariku. Bayangkan saja dia lebih cocok jadi adikku dari pada anak tiriku yang durhaka. Yang lainnya aku belum pernah bertemu dan aku belum bisa sekaligus siap untuk itu. Rasanya Rosalyn saja sudah cukup membuatku kepalaku pecah.

Mikir bo mikir! Kalau perlu pakai puasa mutih tujuh hari tujuh malem. Bisa ngga ku nerima mereka dengan hati ikhlas sebaliknya juga bisa ngga nerima aku. Sekalipun ngga bakalan kejadian sinetron 'Ratapan Anak Tiri' terulang kembali, karena jelas aku bukan tipe orang yang suka menyiksa anak. Tapi kita ngga tahu kalo nantinya aku bakal ikutan main sinetron 'Ratapan Emak Tiri'. Anaknya sadis banget!

"Aunty," dengan pandangan tajam seolah sedang menilaiku, "Ini benar-benar kejutan. Bisa-bisanya papi mau sama aunty yang ...iuuuuhh!"

Maksud lo?

"Rosalyn,jaga bicaramu," Enrico membelaku.

Kami duduk melingkari meja sebuah cafe, ngga jadi liat film terbarunya transformer. Nyebelin, padahal lagi pengen banget!

"Maaf ya, Baby," Enrico mengecup keningku penuh kelembutan, seolah-olah aku adalah benda yang teramat berharga baginya.

Gini nih, susahnya!? Papinya bikin meleleh, anaknya bikin ancur.

Holalala owala....

"Sepertinya aku butuh waktu buat ehhh ... I can say it, Baby. You and your dougther ...!?" Parah otakku tidak bisa dipakai berpikir, "Harusnya kamu jujur dari awal, bukan seperti ini."

"Aku tidak bermaksud membohongimu, Baby, you are my everything ..." beh nyontek iklan susu bayi, ngga kreatif,"Dan aku tidak mau kehilangan kamu," Enrico menggenggam tanganku seolah mempertegas semua yang ia katakan adalah sebuah kebenaran mutlak.

"Kalian menjijikan!" Rosalyn melempar kan pandangan penuh rasa hina, "Aku tidak mau menjadi dewasa kalau akhirnya seperti kalian."

Astajim ...! Nih anak mulutnya minta digampar, coba ngga ada bapaknya dah tak lempar pakek sandal butut biar nyahok.

"Rosalyn, tidak seharusnya kamu bicara seperti itu kepada calon Mami kamu."

Jadi beneran serius nih duren sawit mo nikah sama aku?

"Are you seriusly, Papi ?" Dengan mata melotot tapi tidak mengurangi kecantikannya sebagai barbie hidup, "Perlu aunty tahu aku dan kedua adik-adikku tidak akan pernah menerima Aunty sebagai mami kami!" Berang dan memilih pergi meninggalkan kami.

"Maafkan, Rosalyn."

"..."

"Dia masih kecil dan belum bisa berfikir dewasa."

***

Huaaaa ... pengen curhat!

Adanya cuma Velove yang jelas-jelas tidak bisa membantu. Bukannya memberikan solusi malah ngajak clubing.

Parah!

Menjerumuskan banget, harusnya dia inget aku ngga kuat minum ni diajak mabok.

Suara musiknya berisik banget, dah lama ngga clubing kebanyakan jalan sama Om-om jadi lupa rasanya.

"Udahan galaunya," tegur Velove sambil menyodorkan minuman padaku, "Mending lo ikutan gue turun."

Aku menggeleng, "Lagi ngga mood," tanpa tenaga lalu membanting wajahku sendiri diatas meja.

"Tuch namanya lo kena karma!" Keningku menyerngit," Kan gue duluan yang liat tuh Duren Sawit."

Iya, gue aminin dah tapi ngga buat bagian karma.

"Enak aja, Enrico sendiri kok yang nyamperin gue duluan. Bukan gue!" Tanganku mulai memainkan gelas berisi minuman yang tadi disodorkan Velove tanpa niatan untuk meminumnya.

Haram bagi ku buat minum minuman ginian, ke sini juga cuman buat solidaritas antar sesama teman kalau ngga ogah banget. Pulang bau minuman ja ditabok apa lagi mabok beneran!?

Bisa-bisa besok masuk koran, emak jadi tersangka aku jadi korban trus judulnya 'Emak Tiri Tega Membunuh Anak Tirinya Sendiri Yang Kelewat Tidak Tahu diri'. Baru nyadar aku kalo ku beneran jadi sama Enrico nasib yang sama akan terulang kembali. Bedanya dulu aku jadi anak tiri sekarang jadi emak tiri. Ngga usah khawatir emakku orang baik, buktinya sampai sekarang aku masih hidup dengan baik.

Velove enggan berdebat denganku memilih pergi meninggalkanku dan berbaur dengan kumpulan manusia yang menggila.

Benar-benar sahabat sejati, temannya kesusahan malah ditinggal begitu saja.

Mataku terus mengikuti kemana Velove pergi, hingga tampak Velove yang tengah bersitegang dengan sekelompok pria. Nih anak cari mati! Ngga liat apa badan mereka gedhe semua.

Sehebat apapun Velove, dia tidak akan menang kalau sendirian.

"Heh lo cowok brengsek! Kalo berani jangan sama anak kecik sini sama GUE!" Velove berteriak seperti orang kesurupan, yang jelas tidak mungkin orang dia setannya hahahaha ....

"Urus aja masalah lo, Bitch!" Tak tahan hinaan yang dilontarkan Velove mulai mendorong tubuh pria besar itu walau jelas tidak berdampak apapun karena si pria masih berdiri tegak dengaan angkuhnya.

"Ada apa, Ve?"

Belum sempat Velove menjawab mataku tersentak kaget melihat Rosalyn yang ketakutan berada ditengah-tengah para bajingan. Ni cowok semua brengsek sukanya mengambil kesempatan dari gadis polos mirip Rosalyn.

"Lo ngga apa-apa?" tanyaku pada Rosalyn sambil menariknya keluar dari kekangan para penjahat kelamin. Aku tahu dia pasti sangat ketakutan, tangannya sedingin es di genggamanku tubuhnya juga gemetaran.

"Berani lo ikut campur urusan gue?" Si pria berang mata dan wajahnya merah.

"Mana gue berani," balasku pura-pura takut tapi tanganku malah menyiramnya dengan minuman yang sedari tadi ku pegang, "Lo liat kan!"

Velove cekikikan di belakangku, si pria bersiap untuk meledak teman-temannya juga bersiap membantu. Saat tangannya mulai melayang hendak memukulku, aku refleks menendang tepat dibagian selangkangan.

Pelajaran pertama yang aku dapat dari Emak Tiriku, 'kalau ada pria yang berani macam-macam dengan mu tendang saja tepat dititttttt ...'

Wajah beringas pria itu berubah menjadi wajah kesakitan yang luar biasa sedangkan teman-temannya hanya bisa membayangkan rasa sakitnya sambil memegangi milik mereka masing-masing.

***

Absen donk, dari mana aja. Sapa tahu masih tetangga

My Love Is Angry BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang