Again Part 1

2 1 0
                                    


Han Se Na

Kupijat sejenak kepalaku sambil mengucek mata. Jam berapa aku terlelap semalam? Aku menguap lebar sembari menatap lembaan-lembaran sketsaku dan mulai membereskannya. Tapi, saat kulirik jam mejaku, aku bergegas membereskan semuanya  dan buru-buru menyurukkan barang-barang ke dalam tas. Aku sudah terlambat. Setelah memasukkan barangku serampangan, aku menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi. Saat itulah aku melihat adikku sedah berangkat.
“Aissshh! Sial! Yyaaa, Han Jae Hyun! Beraninya kau tidak membangunkanku! Aku ada kuliah pagi! Aku sudah meminta tolong padamu semalam, khan!!!” pekikku pada Jae Hyun yang terlihat memasang sepatunya.
Dia bangkit, menatapku sesaat lalu melakukan gerakan hormat sebelum pergi meninggalkan rumah. Aku menghela napas panjang dan tersenyum kesal sebelum kemudian masuk kamar mandi lalu membanting pintu kamar mandi. Aku tidak punya waktu. Akan kuhajar Jae Hyun nanti malam. Pasti.
Aku tahu, aku tidak selalu tampak sempurna. Terkadang, terlalu simple dan berantakan. Tapi, hari ini aku yakin akan jadi sangat berantakan. Hari ini adalah ujian untuk Oh Jung Ok songsaengnim  dan aku harus mendapat nilai bagus untuk bisa magang dan menyelesaikan tugas akhir. Tapi, terlambat adalah satu dosa besar menghadapinya. Jadi, aku  tidak perduli meski orang-orang mulai mengucap sumpah serampah padaku yang mengendarai mobilku secepat kilat, berbur dengan bunyi klakson yang melengking.
“Jae Hyun sialan, dia sungguh tidak berniat membantuku lulus. Aku akan kubunuh dia. Akan kubunuh!”
Aku menginjak pedal gas kuat-kuat dan kembali menerima sumpah serampah seorang pengendara truk. Aku tidak perduli. Nasib hidupku di depan Oh Jung Ok songsaengnim hanya bergantung pada gas dan rem mobil ini, “Yyaaa! Mobil biru di depanku, mingggiirrr!!!”

Ponselku berdering kecil, nama Se Kyung tampak muncul di layarnya. Aku menyeka kening sambil menghela napas lega. Aku meraih tasku dan mengangkat ponselku segera sembari melangkah pergi dari parkiran.
“Ah, Se Kyung-ah... aku sampai di kampus. Oh Jung Ok sosaengnim sudah datang?” tanyaku sambil berlarian menyusuri koridor dan tiba di loby kampus.
Brak.
“Awww,” rintihku sambil sedikit terhuyung setelah tanpa sengaja menabrak seseorang.
Dengan terengah dan sedikit mengabaikan omongan Se Kyung di ponsel, aku menoleh pada orang yang baru saja bertabrakan denganku. Seorang pemuda yang memakai jaket dengan hoodie menutupi kepalanya. Aku hampir menyemburnya saat kemudian ia menunjukkan wajahnya. Aku membelalak terkejut dengan mulut ternganga lalu mengambil satu langkah menjauh karena terkejut.
“Kau!!!” pekik kami bersamaan.
Pemuda itu tertawa. Jason. Artis kurang ajar yang menyeretku di mall waktu itu. Tunggu, apa yang dia lakukan di sini? Apakah dia ingin menemuiku?
Aku meringis kecil, “Kau ingin minta maaf padaku, huh?” tanyaku.
“Naega wae ?”
“Karena perbuatan kurang ajarmu kemarin. Kau menyelidikiku dan ke sini untuk meminta maaf padaku, khan? Hanya karena kau artis, bukan berarti... ,” aku menghentikan kalimatku saat ia mengangkat telapak tangannya padaku dengan wajah geli.
“Kau salah. Aku ke sini... karena aku mahasiswa di sini. Jurusan seni.”
“Mwo?”
Pemuda itu melangkah mendekatiku, membuatku mundur menjauh karena takut. Perlahan, dia mengukir sebuah senyuman di wajahnya. Samar, aku mendengar teriakan yang membuatku menoleh ke belakang. Dari kaca pintu loby kampus, aku melihat ratusan gadis memekik ke arah kami. Bukan, pada Jason. Tapi, mereka juga melihatku dengan tatapan curiga.
Aku kembali menatap pada Jason yang entah kenapa sudah berdiri semakin dekat denganku, “Ah, artis sepertimu pasti sedang membangun kesan yang baik. Rajin. Cih, palsu.”
Jason tertawa kecil, “Ada yang ingin kuberitahukan padamu,” ucap Jason.
“Mwo?”
“Kau memakai sandal yang berbeda,” ucapnya sambil tersenyum geli lalu melenggang meninggalkanku.
Sepeninggal kepergian Jason, aku bersikap tenang. Dia mengatakan hal bodoh. Aku tidak mungkin memakai sandal yang berbeda, khan? Aku merasakan jari-jariku bergerak di bawah sana. Kaki sebelah kiriku begitu dingin dihembus angin musim dingin yang segera datang sementara kaki kananku serasa panas. Aku menggigit bibir bawahku lalu perlahan menunduk, melihat kedua kakiku.
“Ahhhh! Andwae !!!”
Aku mendesis konyol sembari memukul kepalaku. Saat itulah, aku ingat bahwa ponsel masih berada di tanganku dan masih menyala dengan nama Se Kyung di layarnya. Aku mendekatkan ponsel ke telingaku.
“Yeobseo... ,” lirihku perlahan.
“Kau memakai sandal berbeda? Wow... ini luar biasa!” Se Kyung mendengar semunya. Ah, ini benar-benar menyebalkan. Kenapa hari ini rasanya aku akan sial sepanjang hari?
“Jangan mengejekku!” omelku.
“Ya... bukan ocehanku yang penting saat ini. Tapi, kau harus menghadap Oh Jung Ok songsaengnim setelah jam kuliah.”
“Mwo?!”

-oOo-

Sebuah pukulan menerjang ke arah kepala Jae Hyun. Telak. Aku emmbuat anak sialan itu meringis di tengah makan siangnya. Kulihat, Se Kyung hanya meringis menyambutku yang segeraduduk di samping Jae Hyun.
Aku menoleh pada Jae Hyun yang mendelik kesal, “Mwo?” tanyaku setengah memekik lalu menyomot tteobokki  miliknya yang tinggal separuh.
“Ah, pesan sendiri makananmu!” omel Jae Hyun.
“Yyaa! Kau akan mati saat di rumah nanti,” ucapku sengit.
“Itu salah noona . Aku sudah membangunkanmu sampai ingin tidur lagi karena melihatmu mendengkur begitu nyamannya. Tapi, kau sungguh tidur seperti babi.”
Aku kembali memukulkan telapak tanganku ke belakang kepala Jae Hyun. Membuatnya menghela napas panjang lalu menatapku kesal. Aku balas mendelik ke arah Jae Hyun.
“Mwo?” tanyaku sakatis.
“Cukup,” sahut Jae Hyun yang kemudian mengangguk dalam padaku, “Mianhae , noona.”
Aku tertawa kecil dan ingin sekali memukulnya. Tapi, Se Kyung yang sedari tadi menjadi penonton hanya menggeleng kecil, membuatku urung melakukan tindakan penyiksaan pada Jae Hyun.
“Kau puas, noona?” tanya Jae Hyun.
“Kau mau mati?”
“Yyya! Berhentilah!” komentar Se Kyung.
Aku menarik napas panjang lalu menghembuskannya kuat-kuat. Sesekali, aku memijat tengkukku. Kupingku menguar panas setelah mendengar omelan Oh Jung Ok songsaengnim selama setengah jam. Suara soprannya melengking nyaring, menjelma menjadi jarum yang menusuk telingaku.
“Oh, ya... kau tadi bertemu dengan Jason, khan?” tanya Se Kyung.
“Ah, suasana hatiku yang buruk menjadi badai saat kau menyebut nama pemuda sialan itu,” umpatku. “Aku sungguh sial. Pertemuanku dengan Jason sejak kemarin membawa derita. Aku tidak percaya, pemuda seperti kunyuk itu menjadi artis,” omelku.
“Setuju,” sahut Jae Hyun tiba-tiba.
“Mwo?” tanyaku tajam pada Jae Hyun.
“Dia memang seperti kunyuk,” ucap Jae Hyun datar.
“Benar, khan? Kita punya pendapat yang sama, brother... ,” ucapku sambil melakukan high five singkat dengan Jae Hyun.
“Yyaa! Kalian berdua ingin mati?” tanya Se Kyung.
“Kenapa? Kau fans-nya?” tanyaku sengit.
“Kau berbicara terlalu keras untuk mengejek Jason. Kau akan mati dibunuh para gadis di kantin ini,” ucap Se Kyung setengah berbisik.
Aku jadi teringat gadis beringas di mall kemarin, juga para gadis yang berjejer seperti pendemo di depan kampusnya. Para fans yang tergila-gila. Aku heran, apa yang dilakukan para gadis itu di siang bolong begini? Apa mereka nganggur dan tidak punya hal lain untuk dikerjakan selain mengagumi pemuda kunyuk itu? Dunia semakin gila.
“Jadi, apa yang dikatakan Oh Jung Ok?” tanya Se Kyung.
“Aku tetap akan mendapat jatah magang,” ujarku.
“Dimana?” tanya Se Kyung.
“FCN Entertainment. Aku akan jadi bagian tim penata busana sekaligus desaigner mereka. Untuk para artis mereka. Wuah, bukankah ini keren? Aku jadi penata busana artis. FCN Entertainment adalah salah satu agency terbesar korea. Im Young Ran salah satunya. Aktingnya di film Rainbow kemarin sungguh luar biasa. Dan, aku akan ke sana sore ini.”
“Kau bilang, akan magang dimana?” tanya Se Kyung sekali lagi.
“FCN Entertainment,” sahutku dengan penuh kebanggan.
“Mwo?!” dengan kompak Jae Hyun dan Se Kyung menatapku. Bahkan, Se Kyung yang tengah meminum air, nyaris menyemburkan air itu ke wajahku hingga terbatuk-batuk.
“Waeyo?” tanya bingung.
“Neo mollaseo ?” tanya Se Kyung.
Aku menggeleng dan menoleh pada Jae Hyun, “Noona, neo neomu pabo-ya,” komentar Jae Hyun yang membuatku ingin menjitak kepalanya.
“Musun suriya?” tanyaku sengit pada Jae Hyun.
“Itu agency tempat Jason berada,” sahut Jae Hyun dan Se Kyung yang kembali kompak menjawabku bersamaan.
“MWO?!”

-oOo-

You Are My StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang