My little mate

10.7K 544 9
                                    

Eric’s POV

Sakit.

Di kehidupanku yang panjang ini, aku hampir tidak pernah merasakan sakit. Itu salah satu dari sekian banyak kelebihan yang kumiliki sebagai bagian dari keluarga kerajaan. Sihir yang terjalin disekitar tubuhku terlalu kuat untuk seseorang menembusnya hanya untuk mendekatiku secara langsung. Sebuah sihir lama yang selalu menemani setiap anggota keluarga kerajaan berserta para Mate-nya.

Sayang sekali, Mate-ku masih manusia dan sihirnya belum terjalin disekitar tubuhnya agar kebal dari rasa sakit secara fisik. Dan, hanya karena hubungannya yang terjalin diantara kami, untuk pertama kalinya aku merasakan rasa sakit yang sesungguhnya.

Rasa sakit itu datang begitu mendadak. Membuat Dane yang berlari dibelakangku langsung menabrakku karena aku berhenti mendadak. Rasa sakit ketika daging dikoyak oleh benda tajam disusul rasa panas yang teramat sangat menjalar disekitar lekuk pertemuan antara leher dan bahuku.

Rasa panas itu memang hanya terasa sebentar, namun cukup untukku membuat sebuah lubang sebesar kepalan tanganku di batang pohon cemara di sampingku.

Hanya ada satu makhluk yang menggigit di leher dan menyebabkan rasa panas seperti itu. Vampire. Dan parahnya siapapun Vampire tidak tahu diri ini seorang Pureblood. Karena hanya mereka yang menyebabkan rasa panas sebelum gairah mereka dibangkitkan. Para Converted Vampire tidak menimbulkan rasa panas saat taring mereka menancap di tubuh mangsa mereka.

“ Cari dia Dane.” Geramku di sela – sela gigiku.

Dane menatapku ragu – ragu dengan paras khawatir sebelum akhirnya mengangguk dan segera menghilang dari hadapanku. Dia tahu pasti siapa yang kumaksud.

Aku menahan rasa sakit saat merasakan darah beserta energi Amber dihisap oleh Vampire sialan ini. Amber mungkin tidak merasakan sakit akibat air ludah Pureblood itu memberikan kenikmatan tersendiri.

Sesungguhnya, aku tidak tahu kenapa hubungan batin diantara kami begitu kuat seperti ini. Aku tidak pernah mendengar di dunia manapun ada yang bisa merasakan Mate-nya hanya dalam dua kali pertemuan.

Oh, Mate memang ditakdirkan untuk bersama. Namun, ini tidak seperti di kisah – kisah yang diceritakan dimana saat mereka bertemu untuk pertama kali, lalu BUM! Kalian saling jatuh cinta dan hidup happily ever after.

Tidak ada hubungan yang tidak memerlukan waktu. Waktu untuk saling mengenal, saling beradaptasi. Hal itu juga berlaku dengan Mate. Hubungan batin akan terjalin semakin erat saat kalian sudah menghabiskan sebagian besar waktu kalian dengan Mate kalian.

Aku tidak mengatakan kalau tidak ada yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Tentu saja pasti ada di salah satu sudut di entah dunia yang mana. Tapi, aku yakin bukan salah satu dari mereka.

Aku tidak mungkin mencintai Mate-ku yang notabenenya saat kami bertemu dia masih batita. Ya, aku memang menganggapnya imut dan lucu, tapi bukan berarti cinta, kan?

Lagipula, seandainya pun aku sudah jatuh cinta padanya, hubungan batinnya tetap tidak mungkin sekuat ini dimana hubungan batin ini masih satu arah. Baru dia yang membuka segelku dan menyatakan pada seluruh dunia bahwa aku miliknya. Dan, aku menutup setengah kemungkinan yang terjadi dengan terbukanya segel (hubungan batin dan hal – hal lainnya) dengan sihirku.

Bersamaan dengan sihir itu aku juga memberikan setengah kekuatanku yang disegel di dalam dirinya. Segel itu hanya terbuka saat dia hampir mati.

Aku tidak yakin kalau penyebab aku bisa merasakan rasa sakitnya yang semakin menjadi – menjadi bersamaan menyempitnya jarak yang terpaut diantara kami adalah segel yang telah terbuka.

Aku tidak bisa memikirkan jawabannya disaat yang sama aku bisa merasakan kesadaran Amber terus menurun. Satu hal yang terpikirkan olehku adalah mengirimkan cara membunuh Vampire sialan ini melalui mind link walaupun aku sendiri tidak yakin bisa sampai padanya. Mengingat komunikasi perasaan kami masih satu arah.

‘Tusuk tattoo huruf P dibawah telinga kirinya’

Aku berharap pesanku benar – benar tersampaikan padanya. Aku tidak kuat membayangkan nyawanya yang semakin menipis dan bisa menghilang di depan mataku sebelum aku benar – benar bisa merasakannya dalam pelukkanku.

Dua hal berikutnya yang terjadi adalah hal paling melegakan sepanjang hidupku. Satu; Dane memberitahu melalui sihir sedehernanya, kalau dia sudah menemukan Amber tidak jauh dari kami berada. Dan, yang lebih penting adalah dia sendirian.

Dia sudah berhasil lari dari Vampire sialan itu.

Syukurlah! Aku memang sudah tidak merasakan darah dan energinya terhisap lagi, tapi otakku masih bisa berandai kalau vampire itu hanya berhenti sejenak sebelum kembali ‘menikmati’ hidangannya.

Tanpa membuang waktu, aku mengikuti arah yang ditunjukkan oleh Dane sampai aku melihatnya berlari terluntang – lantung menjauh dari sumber teriakan yang bisa kupastikan si vampire yang sedang dibereskan oleh Dane.

Dengan jarak sedekat ini, aku bisa merasakan dengan jelas kesadarannya yang mulai memudar dan dalam beberapa detik akan hilang sepenuhnya. Tepat sebelum dia sepenuhnya kehilangan kesadarannya, aku berhasil melingkarkan kedua lenganku di pinggangnya untuk menahannya agar tidak jatuh dan membentur salah satu akar pohon yang mencuat dari tanah.

Aku segera merubah posisinya sehingga sekarang aku menggendongnya dalam posisi ala pengantin. Untuk pertama kalinya dalam 12 tahun akhirnya aku bisa melihat wajah cantiknya.

Dengan rambut coklat nyaris hitam bergelombangnya yang membingkai wajah putih porselennya. Bibir merahnya yang penuh dan tentunya masih segar di ingatanku akan matanya yang berwarna Amber hampir emas dibalik kelopak matanya yang saat ini tertutup.

Aku masih tidak membayangkan Amber 12 tahun yang lalu dengan pipi tembamnya sekarang sudah berubah menjadi seorang gadis cantik di dalam pelukkanku. Aku mengeratkan pelukkaku sambil mendekatkan kepalaku ke telinganya.

“ Kau sudah aman bersamaku. Istirahatlah.” Bisikku lembut.

Dia menghadiahiku sebuah senyuman lemah yang sama persis ketika aku pertama kali bertemu dengannya sebelum akhirnya kesadarannya sepenuhnya hilang dan kelelalahan mengambil alih tubuhnya.

Tubuhnya sudah sepenuhnya rileks dalam pelukanku. Bahkan tanpa sadar, tubuhnya semakin merapat ketubuhku. Oh, bukannya, aku mengeluh. Sama sekali tidak. Namun, hanya ada rasa geli (disamping rasa lega tentunya) ketika melihat kepalanya yang terus merapat kedadaku. Dia terlihat seperti anak kucing.

“ Bagaimana keadaannya?”

Aku mendongak sekilas menatap Dane yang sudah berada di hadapanku sebelum kembali menatap Amber secara keseluruhan.

“ Ada beberapa luka yang cukup dalam di lengannya. Goresan disana – disini. Terutama kakinya. Selebihnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”

“ Bagaimana luka di lehernya? PureBlood itu sudah cukup tua.”

“ Lukanya sudah menutup. Syukurlah, sihirku masih tersisa sebagai penawar racun air liurnya.”

“ Lalu, apa yang akan kita lakukan pada vampire itu? Dia bukan bawahan Nicholas ataupun Kaspar.”

“ Bawa saja, lalu hubungi Kaspar apakah dia mengenal vampire itu.”

Dane mengangguk singkat sebelum menghilang untuk menyeret vampire itu ke penjara bawah tanahku. Aku segera berbalik dan mulai berlari menuju lembah Panama dimana mobilku sudah menunggu untuk membawaku keluar dari daerah kekuasaan Zehel.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hey! I'm back! Anyone miss me? :D

Hahaha ~

Well, maaf ya kalau dikit. Susah nuangin perasaan lewat POVnya Eric -_-, Jadi, chapter berikutnya mau dari POV siapa ini? :3

My Silver Winged DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang