3. Lamaran

140 2 0
                                    


Mobil merah melaju cepat di jalan yang lengang dengan pemandangan kanan kiri hutan yang rindang. Dua orang di dalam mobil tersebut sama-sama masih diam mematung dan membiarkan kumandang adzan dari radio mobil menyelesaikan adzannya. Selain merasa ada yang berubah dari David, Diska yang ingin di hari kedua liburannya diisi dengan kegiatan menyenangkan malah merasa sebaliknya. Hanya suasana dingin dan mencekam yang ada di mobil itu.

"Hei, mau sampai kau diam? Kau mau pegi mana? Klo tak da tujuan kita pegi makan aja. Lapar tau!" David memecah suasana setelah membaca doa adzan.

"Klo dari awal gak mau nemenin mending gausah nemenin. Saya bisa naik teksi kok dibanding harus buat suasana perjalanan macam ni" balas Diska tidak menjawab .

Tahu pertanyaannya tidak dijawab, David sengaja membuat Diska geram dengan menepikan mobilnya ke tempat pencucian mobil tanpa perlu meminta persetujuan Diska terlebih dahulu. David masih sangat mengenal Diska yang tidak mungkin betah lama menunggu mobil dicuci dan pasti akan segera minta untuk pergi ke tempat makan terdekat. 

"Basuh luar dalam" David keluar dari mobil dan melempar kunci ke orang yang sudah menjadi langganan serta kepercayaan David mencuci mobilnya.

David pergi ke kedai makan terdekat dan meninggalkan Diska yang masih berada didalam mobil. Diska yang geram memilih untuk tidak menyusul David tetapi Diska tetap terpaksa harus keluar dari mobil dan menunggu di kursi yang telah disediakan di tempat cuci mobil tersebut. Diska mulai berpikir untuk kabur dari David dan mencari taksi di sekitar tetapi niat itu urung dia lakukan mengingat dampaknya pasti akan berimbas dengan pertengkaran antara Alvin dan David nanti di rumah. Alvin begitu menyayangi dan melindungi Diska jika sedang berada di Malaysia bahkan disaat tertentu kadang Alvin suka berlebihan.

"Nih makan" tiba-tiba David datang dan menyodorkan satu kotak nasi goreng kampung dan es horlick.

"Maunya roti susu"  jawab Diska terpaksa menyerah dan sudah tidak lagi merajuk  karena David berhasil membuat perutnya lapar dengan meninggalkannya sendirian selama 40 menit.

"Kalau mau roti susu kenapa kau duduk kat(di) sini dan biarkan saya makan seorang? Kau pikir saya pelayan kedai kah? Dah makan ja! Dari airport kan udah makan roti susu 5 lapis, jalan dengan Anjani pun makan roti susu kan? tak bosan kah?" omel David.

"Lepas basuh kereta(mobil) ini, kita pegi rumah makan mak angkat aku" lanjutnya.

"Gak bisa, aku ada janji jumpa kawan!" jawab Diska membalas tegas sambil menyeruput es horlick pemberian David.

"Terima kasihhhhh" sindir David karna es pemberiannya diminum Diska.

Belum sempat Diska menjawab, David bangun dari tempat duduk dan langsung masuk ke mobil yang sudah selesai dicuci. Isi mobil David mulai dari karpet, bantal leher , sarung setir, tempat tisu semua diisi dengan warna kesukaannya yang kebetulan sama dengan warna kesukaan Diska yaitu warna merah. Begitu banyak yang janggal dalam diri David, tapi di sisi lain Diska merasa sangat senang dengan pengaruh agama baru yang dianut David sejak 2 tahun lalu. Islam menjadikan pribadi David lebih baik dalam mengenal Tuhan dan David sangat rajin membaca artikel-artikel berbau islam yang juga dibagikan ulang di media sosialnya.


"Dis, kamu ada yang jemput atau mau kita hantar? Kamu stay dimana? Hotel kah?" tanya seorang perempuan teman lama Diska di akhir acara makan malam bersama.

"Aku dijemput sama yang tadi antar aku kak" jawab Diska.

"Kenapa tadi dia tak ikut kita makan sama-sama? Jadi kamu tak payah tunggu-tunggu dia lagi macam ni kan??"  sekarang giliran mantan senior laki-laki Diska bertanya.

Luka dan sembuh atau sembuh lalu luka?Where stories live. Discover now