Chapter 3: The Chamber of Secrets

5.5K 427 39
                                    

Ruangan itu berdekorasikan barang-barang yang dominan berwarna merah. Dindingnya pun memiliki warna merah dengan hiasan-hiasan semacam floral dan berbagai gambar termasuk gambar hewan yang mewakili asrama tersebut. Lukisan-lukisan menghiasi dinding, sebuah papan yang ditempeli beberapa kertas yang sepertinya sebuah pengumuman, meja dengan beberapa barang diatasnya, perapian yang memancarkan kehangatan dan cahaya tepat di depan sofa empuk yang ia duduki. Matanya memandang api merah tersebut dengan lekat.

"Masih memikirkan kejadian dengan orang-orang di asrama ular, Jade?" si keriting itu bertanya sambil perlahan-lahan duduk di sofa yang sama, tepat disebelahnya.

"Entahlah."

"Lupakan saja, mereka memang seperti itu. Hal itu sangat wajar, malah yang aneh jika kau -seorang Gryffindor- berteman dengan seorang Slytherin." jelasnya, mencoba membuat perempuan yang dipenuhi dengan pikiran itu sedikit tenang.

"Tapi memiliki orang yang tidak menyukai ku itu tidak enak, tidak tenang." bantahnya.

"Tidak memiliki musuh juga tidak enak. Hidupmu akan flat saja," Hazza membenarkan posisi duduknya dan menghadapkan dirinya kepada Jade "saranku, lupakan saja dan jalani semuanya seperti kau hanya hidup hari ini."

"Aku ingin pulang sekarang saja." ujar Jade sambil mengarahkan tubuhnya kepada Hazza.

"Eh, kau ini manja sekali. Masa begitu saja ingin pulang." sindirnya "lagipula, memangnya kau mau sekolah dimana jika bukan di Hogwarts?"

"Di sekolah normal, tentunya!" dengan tegas ia menjawab "tak akan perlu aku jatuh dari sapu terbang dan menimbulkan masalah."

Hazza terbelalak dan segera berbicara dengan nada meninggi "Heh! Tidak boleh berbicara seperti itu! Terutama di depanku. Memang kau tega meninggalkan temanmu ini sendirian?"

"Kita bisa bertemu di dunia muggle sesekali."

"Kau belum tahu banyak mengenai sihir. Tinggal lah disini setidaknya satu tahun atau dua dan berikan dunia yang baru ketahui ini kesempatan, aku akan menjanjikanmu sebuah sihir yang membuatmu terpukau. Malah, akan membuatmu tidak ingin kembali ke dunia muggle."

Tawaran itu menggiurkan, sihir yang membuatnya terpukau. Meski sedikit ragu, tapi pemilik mata hijau itu terlihat sungguh-sungguh. Bahkan, ia memberi jari kelingkingnya menjanjikan hal semacam itu. Dengan bertautannya jari kelingking keduanya, maka tersandarlah harapan Jade kepadanya.

Waktu yang berjalan, membawanya kepada tahun keduanya. Ya, Jade akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal dan memberikan kesempatan kepada dunia sihir.

"Expelliarmus!" teriak professor Snape kepada lawannya, Gilderoy Lockhart atau disebut professor Lockhart. Ia adalahguru baru pengajar pelajaran Defence Against Dark Arts yang merupakan penulis buku dengan senyum cemerlang yang terkenal. Karena mantra yang disebut professor Snape, ia terjatuh ke lantai.

Malam itu, memang semua murid sengaja diperintahkan untuk keluar untuk diajarkan duel. Kabar mengenai terbukanya Chamber of Secret itu membuat semua pihak sekolah khawatir sehingga mereka memutuskan untuk mengadakan pembelajaran itu agar seluruh siswa bisa menjaga diri. Chamber of Secrets, konon tempat ini didirikan oleh Salazar Slytherin karena ketidak-setujuannya terhadap penerimaan murid muggle-born di sekolah.

Salazar meninggalkan sekolah tersebut. Tapi sebelum ia pergi, ia membangun tempat yang disebut Chamber of Secrets tersebut. Belum ada kepastian tentang siapa yang membuka Chamber of Secrets tersebut dan dimana letaknya. Hanya saja, diketahui bahwa ada sebuah monster yang bisa membunuh, para muggle-born terutama. Sesuai tulisan yang berasal dari darah di dinding beberapa waktu lalu, 'Chamber of Secrets has been opened, enemies of the heir, beware'. Musuh seorang Salazar Slytherin adalah muggle-born.

School of MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang