Part. 1

42K 2.5K 60
                                    

Aira menatap rumah baru yang sekarang menjadi rumahnya dan Radit. Rumah 2 lantai dengan halaman yang luas. Rumah yang sangat besar jika hanya ditempati 2 orang saja.

"Kenapa bengong? Baru liat rumah bagus?" Cibir Radit.

Aira hanya mendesis mendengarnya. Ini bukan pertama kalinya Radit bicara tajam atau mencibirnya. Saat pertemuan keluarga sebelum mereka menikahpun, Radit sudah menyudutkan Aira dan memandang rendah Aira.

Radit membuka pintu rumah dan melemparkan jasnya sembarangan sampai tergeletak di lantai. Aira yang berjalan di belakangnya menipiskan bibirnya karena kesal.

"Ambil itu, tugas istri melayani suaminya 'kan?"

Sabar Aira. Tahan Aira. Batin Aira

Sambil menahan dongkol, Aira tetap mengambil jas Radit yang tergeletak di lantai dan mengekori Radit kembali.

Langkah Radit yang tiba-tiba berhenti membuat Aira tidak sengaja menambrak punggung Radit.

"Kamu mau kemana?" Tanya Radit.

Aira mengernyit tidak mengerti apa maksud Radit.

"Ini kamar aku. Kamu mau tidur di sini? Mau nemenin aku tidur?" Sindir Radit.

"Aku nggak tahu ini kamar kamu. Di mana kamarku?" Tanya Aira.

"Kenapa kamu nanya gitu? Kita kan suami istri. Masa tidurnya pisah?"

Hellooo! Tadi yang ngomong ini kamarku siapa ya?!

Diamnya Aira membuat Radit semakin memandangnya dari atas ke bawah.

"Aku nikahin kamu nggak gratis loh. Aku udah beli kamu dengan harga mahal jadi setelah aku beli, kamu mau pisah ranjang gitu? Wah hebat banget"

Aira menatap Radit dengan tajam dan menggertakan giginya. Sekuat tenaga, Aira menahan kemarahannya.

Ini baru hari pertama dia menjadi istri seorang Radit, tapi rasanya sudah seperti 1 tahun!

Aira menyerahkan jas Radit dengan kasar lalu meninggalkan Radit yang tersenyum tipis.

***

Aira membuat sarapan dengan bahan yang ada di kulkas. Saat-saat seperti ini, mengingatkan Aira pada ayahnya.

Ayah udah sarapan belum yah? Siapa yang masakin?

"Ehmm" deheman Radit yang sudah di belakangnya tanpa Aira sadari membuyarkan pikiran tentang ayahnya.

"Lagi apa?" Tanya Radit datar.

"Masak"

"Lain kali jangan pegang barang-barang orang lain tanpa izin"

Aira menghela nafas panjang. Entah sampai kapan dia harus menahan sindiran Radit.

"Aku masak juga buat sarapan kamu" jawab Aira.

"Wow kamu benar-benar menghayati peran kamu sebagai seorang istri ya"

Aira menatap Radit dengan tajam. Ingin rasanya Aira menyiramkam minyak panas di penggorengan pada wajah mulus Radit.

"Kamu masih cuti kerja kan?" Tanya Radit.

Aira mengangguk dan kembali fokus pada masakannya.

"Jalan-jalan aja sendiri. Aku mau ketemu seseorang"

"Aku nggak minta kamu jalan-jalan sama aku" sela Aira.

Radit menatap Aira yang kali ini berani menjawab ucapan Radit.

"Tapi kalau boleh, aku mau ke rumah ayah" ucap Aira.

"Nggak boleh!" Tolak Radit.

"Kenapa?"

"Ya pikir dong. Orang tua kita tahunya kita lagi bulan madu ke Paris. Bukan masih di Jakarta. Gimana sih katanya guru, kok otaknya dangkal"

Aira mematikan kompornya dan menatap Radit dengan tenang.

Anggap aja Radit siswa kamu yang bandel Ra. Batin Aira.

"Dan ngomong-ngomong. Nggak usah repot-repot bikin sarapan segala. Aku nggak akan pernah makan di rumah"

"Oke nggak masalah. Tapi aku bisa masak untuk diriku sendiri kan?" Tanya Aira.

Radit memicingkn matanya dan tersenyum tipis.

"Oke"

Radit meninggalkan Aira tapi langkahnya terhenti dan berbalik menatap Aira kembali, lalu mengeluarkan dompetnya.

"Ini untuk uang belanja hari ini" Radit meletakkan lima lembar uang seratus ribuan di meja makan.

"Uang belanja?" Tanya Aira.

"Iya. Kenapa? Kurang? Iya sih nolnya kurang 2, tapi sama-sama lima juga kan?"

Aira tahu Radit sedang menyinggungnya tentang uang 50 juta yang diberikan Dhani pada Surya untuk membayar hutang-hutang Surya pada Tono, sekaligus uang yang harus Surya tukar dengan Aira.

Aira tertegun menatap uang itu. Aira mengerti sekarang. Radit pasti berpikir Aira menikahinya hanya karena uang. Ya Aira tidak menyalahkan Radit karena berpikir seperti itu. Toh itu tidak sepenuhnya salah. Aira memang menikah untuk membayar hutang-hutang ayahnya.

"Ambil uang itu" ucap Aira

"Apa?"

"Ambil uang itu. Aku bukan gelandangan" jawab Aira dengan suara tertahan

"Ya tentu saja. Kamu istriku sekarang. Kamu bukan lagi gelandangan yang harus mencari orang untuk berhutang"

Setelah mengucapkan itu, Radit benar-benar pergi. Dan Aira hanya diam di tempatnya. Terpaku menatap punggung Radit yang kini menghilang dari pandangannya.

AiRadit (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now