- G E V A N C I A - 10 -

4.9K 568 44
                                    

- Gue nggak pernah main-main dengan apa yang gue ucapkan -

- Giovani Arnold Aksara -

Geva pagi ini sudah memutari pasar sebanyak tiga kali hanya untuk menyembunyikan kekalutannya sendiri. Berjalan sendirian di antara ramainya pedagang kaki lima dan emak-emak yang gencar menawar dagangan dengan super duper ekstra keras untuk mendapatkan harga murah. Mungkin gitu kali ya kalau sudah memiliki keluarga. Jiwa para emak akan keluar tidak lagi memikirkan yang lain yang penting bisa mendapatkan kebutuhan dapur yang serba murah.

Seharusnya sabtu pagi ini Geva masih harus sekolah tapi dia memutuskan untuk membolos. Semua panggilan telepon dari Selly dia abaikan tapi yang lebih banyak adalah panggilan telepon dari cowok itu, Gio. Semalaman Geva harus menulikan telinganya mendengar rentetan panggilan telepon serta voicemall bernada ancaman yang membuat Geva geli sendiri.

Salah satu bunyinya kira-kira begini.

"Heh, cewek yang hobinya ngilang. Elo memang jago ya buat orang kelimpungan. Kalau lo nanti bertatap muka sama gue, lihat aja bakalan gue buat ancaman gue kemarin nggak akan hanya omongan kosong belaka. Siap-siap pingsan karena gue cium. Camkan itu Gevancia Rosiebell!!"

Geva menghela napas dan melangkahkan kakinya ke sembarang arah sampai dia tidak sadar sudah berdiri di sebuah bangunan ruko tiga lantai yang seketika membuatnya tertegun. Samar-samar dia mengingat masa lalunya di sana.

Geva punya impian kecil yang saat ini terpaksa dia hapus. Geva selalu berharap bisa kembali menari. Sejak bisa menghapal angka dan huruf, Mamanya yang dulu seorang penari memasukkannya ke dalam sebuah kelas balet khusus anak-anak. Like mother like daughter karena ternyata Geva sangat menyukai tari.

Menari seperti bisa membawanya pada dimensi lain yang penuh warna. Irama yang membuatnya terhanyut pada gerakan sebuah tarian gemulai yang selalu nampak anggun di matanya. Cuplikan adegan favorit Geva adalah saat dia bisa menonton Mamanya menari.

Tanpa sadar Geva melangkah masuk ke dalam ruko yang saat ini sudah di alih fungsikan sebagai sebuah kantor kecil. Geva meminta izin untuk naik ke lantai tiga , seingatnya dulu tempat itu adalah sebuah ruangan tari yang sering Mamanya gunakan.

Geva berjalan pelan dengan agak tersendat karena kembali merasakan badai emosi paling hebat yang pernah dirasakannya saat ini. Geva berdiri di depan sebuah pintu panjang dan dengan napas tercekat tangannya perlahan membukanya dan menemukan sesuatu yang tidak pernah di duganya.

Geva masuk dengan gemetaran. Suara musik beat mengalun dari dalam dan sosok cantik dalam balutan baju tarinya yang begitu anggun seketika seperti membawanya ke dalam kilasan masa lalu yang membuat kepalanya terasa berat. Dia seperti mendapati Mamanya berlatih menari seperti biasanya. Geva dengan linangan air matanya masuk dan merosot ke lantai kayu di bawahnya membekap mulutnya sendiri menyaksikan bagaimana wanita itu menari dengan anggunnya.

Selama setengah jam Geva tidak memikirkan apapun saat melihat betapa gemulainya wanita itu menghayati tariannya sejak tadi hingga tidak menyadari bahwa ada orang lain yang menontonnya di sana. Saat lagu akhirnya berhenti, wanita itu menoleh ke arah Geva dengan tatapan mata terkejut. Geva duduk sambil tersenyum dengan linangan air matanya di sana. Wanita itu berdiri dalam diam memperhatikan lekat Geva.

"Tarian Tante sangat indah. Seindah tarian yang dulu pernah Mamaku tampilkan."

Tante itu tersenyum dan mendekat lalu duduk di hadapannya. Cantik dan sangat lembut. Wajahnya nampak sangat keibuan dan mengingatkannya dengan seseorang tapi dia lupa siapa.

"Mamamu seorang penari?"

Geva mengangguk, "Dulu dia seorang penari professional sebelum menikah."

"Benarkah? Apa sekarang dia masih menari?"

(TERSEDIA DI INNOVEL/DREAME] G E V A N C I A || END ✔Where stories live. Discover now