- G E V A N C I A - 06 -

6.4K 618 50
                                    

- Kamu , mengganggu pikiranku -

- Giovani Arnold Aksara -

"Ouchh sakit kak. Pelan-pelan kenapa sih?"

Gio hanya diam dengan tangan yang sibuk dengan kapas dan alkohol. Luka di sudut bibir Rosie memang nggak seberapa tapi nampak jelas dan meninggalkan luka.

"Ngak usah pake monyong-monyong gitu mulut lo? Minta di cium?"

Geva mendelik, "Enak aja. Awas aja kalau kakak berani."

"Siapa bilang gue takut," tantang Gio.

Tangannya memegang dagu Rosie dan mengangkatnya sedikit membuat cewek itu terbelalak shock dan menutup mata saat Gio mulai mendekatkan wajahnya. Selang beberapa menit tidak terjadi apa-apa membuat Geva membuka mata dan menemukan tatapan geli Gio di sana.

"Ngarep juga lo gue cium."

Reflek, Geva yang duduk di atas ranjang uks dengan Gio yang berdiri di hadapannya membuatnya bisa menendang kaki cowok itu keras. Gio mendesis, "Dasar lo ya!!!"

"Biar rasa. Jahilnya ngak lucu."

"Kalau lo sampai salah tendang, beneran gue cium lo sampai mabok."

Geva ternganga horor. Gio berdecak dan kembali menarik wajah Geva dan mengobati lukanya. Geva hanya bisa diam pasrah dengan wajah gugup. Sejak tadi dia memang sudah berdebar nggak karuan.

"Kak ?"

"Hmm."

"Kenapa nggak jadian aja sama nenek lampir itu, biar dunia tenang nggak lihat amukannya dia."

"Lo ngorbanin gue."

Geva meringis saat Gio menempelkan kepas alkohol itu di lukanya, "Ya nggak apa-apa demi kembaikan semua umat."

"Gue nggak doyan cewek kayak dia."

"Hah!!!! Kakak nggak doyan cewek?" Mata Geva membulat membuat Gio menekan kapas itu hingga Geva mengaduh.

"Kalau ngomong jangan suka asal."

Geva cemberut, "Habisnya kakak aneh. Semua cowok di sini pada ngarep jadi pacarnya dia. Kak Gio malah nggak mau sama dia."

"Itu tandanya gue nggak kayak cowok kebanyakan."

"Iya sih. Kak Gio aneh."

Gio lengsung noyor jidat Geva dan membersihkan kapas yang berserakan untuk dibuang di tempat sampah tidak jauh dari sana. Belum cukup sampai di situ, Gio duduk di kursi plastik yang di sediakan dan tanpa perlu meminta izin langsung mengangkat kedua kaki Geva hingga berada di pangkuannya membuat Geva langsung mendelik.

"Kak Gio mau ngapain?" pekiknya.

"Lo diem aja."

Geva berusaha menarik kakinya tapi susah karena cekalan tangan Gio di sana yang melepas paksa kedua sepatunya dan kaos kakinya memperlihatkan luka yang mulai mengering itu tapi tetap mengerikan wujudnya.

"Ini luka kenapa nggak lo obatin yang benar sih?"

"Cuma segitu doang juga kak. Nanti juga hilang sendiri."

Gio menggertakkan giginya tapi tidak mengatakan apapun lagi. Geva menurut diam dan memperhatikan Gio yang mulai membersihkan lukanya dan memberinya obat merah di sepanjang luka yang masih cukup perih itu. Setelah selesai , Gio mengambil perban dan melilitkan ke sekeliling kaki Geva dengan cekatan. Geva diam terkesima.

"Kak Gio ngak lagi mabok kan?"

Gio mengangkat wajahnya, "Maksud lo ?"

"Kok baik banget sama Geva."

(TERSEDIA DI INNOVEL/DREAME] G E V A N C I A || END ✔Where stories live. Discover now