- G E V A N C I A - 08 -

5.8K 621 52
                                    

- Berkali-kalipun elo menghindar, gue akan tetap mendekat -

- Giovani Arnold Aksara -

Geva terbangun mendapati tubuhnya rasanya sakit semua. Hal pertama yang dia lihat adalah langit-langit di atasnya berwarna putih dan bau rumah sakit menyeruak ke dalam indra penciumannya. Geva mengerjapkan matanya sesaat lalu menyentuh wajahnya yang masih nyeri. Geva berdecak karena teringat dengan apa yang telah terjadi.

"Mereka bisanya keroyokan," dengusnya sebal, "lihat aja nanti kalau gue sudah bisa ngelawan mereka. Gue kasih wajahnya bogem satu-satu."

Geva lalu merasakan haus menderanya. Geva duduk dengan agak susah payah dan mengambil sebuah gelas berisi air putih di sampingnya dan meminumnya seraya menyapukan pandangan ke segala penjuru ruangan. Hening banget kayak nggak ada orangnya.

Lalu tatapannya jatuh pada satu sosok di atas sofa panjang yang nampak sedang teridur pulas hanya memakai celana jeans panjang dan baju tanpa lengan warna hitam membuat mata Geva terbelalak maksimal. Reflek Geva menyemburkan minumannya dan tersedak hingga sosok itu terbangun dan balik menatapnya.

"Kak Gio ngapain bobo di situ?" sembur Geva setelah berhasil meredakan batuknya.

"Nungguin lo lah. Ngapain lagi memangnya?"

"Ngapain nungguin Geva?" tanyanya bego. Gio menghela napas lalu mendekat duduk di kursi samping ranjang rumah sakit memandangi Geva dengan tatapan lo-itu-bego-atau-dongo-sih.

"Ahh, Geva tahu. Kak Gio merasa bersalahkan?"

Gio tersenyum tipis. Bukannya menjawab cowok itu malah bangkit dan duduk di sampingnya di atas ranjang rumah sakit dan menarik kepalanya hingga bersandar di dadanya dan memeluknya menenggelamkan wajah Geva di sana yang sudah kayak kepiting rebus dan jantung yang berdetak melebihi batas normal.

Seumur hidupnya Geva belum pernah diperlakukan seperti ini oleh seseorang yang menganggap Geva special. Selama ini Geva selalu sendirian dan ini merupakan sesuatu yang asing tapi menenangkan.

"Gue minta maaf."

Geva hanya diam karena terhanyut dengan irama detak jantung Gio yang juga sangat cepat itu. Seperti tersadar Geva lantas menjauhkan kepalanya dan memberi jarak mereka dengan rentangan tangannya dan menatap Gio dengan muka sangar.

"Ini karena omongan nggak masuk akal kak Gio."

Gio mengerjapkan matanya dengan wajah heran, "Omongan nggak masuk akal?"

"Iya. Ngapain sih sampai bilang kalau kita itu pacaran segala. Mereka semua jadi salah sangka. Kalau kak Gio mau buat kak Chelsea cemburu , jangan Geva dong dijadikan tumbal."

Gio terdiam belum sepenuhnya paham, "Lo ngomong apa sih?"

"Ngomongin fakta."

"Fakta versi lo sendiri."

Geva menyimpitkan mata, "Terus maksud dan tujuan kak Gio ngomong gitu apa? Nggak pake permisi lagi asal nyablak aja."

Gio mendengus sebal tahu kalau cewek yang dihadapannya ini punya cara pikir yang rada aneh, "Oke,gue memang salah karena nggak minta izin lo dulu tapi apa yang gue omongin itu serius Rosie."

"Imposibble. Nggak bisa di percaya !!" pekik Geva lebay.

"Bagian mana yang nggak mungkinnya sih?" Rasanya kalau Geva nggak lagi sakit, Gio sudah pasti bakal ngemek-ngemek nih cewek kayak tringgilng. Bikin gemes bikin makin cinta.

"Bagian dari kalimat kalau kita pacaran. Itu kan nggak mungkin. Ibarat kayak nyatukan kutub utara dan kutub selatan yang saling bertolak belakang. Nggak usah ngawur deh kak."

(TERSEDIA DI INNOVEL/DREAME] G E V A N C I A || END ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang