Scared To Be Lonely

48 6 12
                                    

"Good morning, Ice," sapa Mrs. David, guru vocalku.

"Morning, Mrs. David," jawabku

"Siap untuk rekaman hari ini?" tanya Mrs. David.

"Sejujurnya? Tidak. Oh, Mrs! Aku takut! Bagaimana kalau hasilnya tidak memuaskan?" jawabku panik.

"Kau akan baik-baik saja, Ice. Kita sudah berlatih selama berminggu-minggu dan kau hebat!" ujar Mrs. David.

"Tapi tetap saja, Mrs! Semua bisa berjalan dengan tidak baik," jawabku lagi.

"You'll be okay, Ice. Kau hebat. Lagi pula, ini pertama kali bukan? Semua akan terasa aneh dan menyeramkan saat pertama kali, jadi tenang saja," jawab Mrs. David meyakinkan.

"Okay, Mrs," ujarku lesu.

•~•~•~•~•

"Ice, ini operator kita hari ini," ujar Mrs. David.

"Hi, aku Jeremy. Jeremy Brougham," ujar Jeremy.

"Aku Ice. Senang berkenalan denganmu," ujarku gugup.

"Baiklah, kau siap Ice?" tanya Mrs. David.

"Hmm, siap atau tidak aku harus bernyanyi bukan?" tanyaku.

Jeremy tertawa melihat kegugupanku. "Good luck," ujarnya.

Aku tersenyum dan masuk ke recording room. Mrs. David memberi semangat dari operating room. " Kau pasti bisa Ice!" ujar Mrs. David.

Aku memasang headphone yang tersedia dan memberi aba-aba ke Jeremy. Jeremy menekan sebuat tombol di panel dan musik mulai mengalun melalui headphone yang aku pakai.

Aku mulai bernyanyi lagu hasil kolaborasi antara Dua Lipa dan Martin Garrix—Scared To Be Lonely. Bukan tanpa alasan aku memilih lagu ini. Ada beberapa alasan mengapa aku memilih lagu ini. Pertama, aku ingin mengirimnya ke Martin Garrix. Mungkin kalian menganggapku gila, tetapi aku ingin mencobanya. Kedua—dan mungkin yang terakhir—lagu ini seperti kisah percintaanku. Semuanya baik-baik saja pada awalnya hingga pada akhirnya? Aku takut untuk sendiri.

Baiklah, Ice, kau harus bisa melewati bagian ini. "Maaf, Mrs. David, aku tidak bisa." Jeremy menghentikan music dari komputer yang ada di depannya.

Mrs. David bangkit dari duduknya dan masuk ke recording room. "Ada apa Ice? Kau bisa menyanyikan ini, aku tahu itu. Relax, okay?"

Mrs. David keluar dari recording room dan kembali duduk di samping Jeremy. Jeremy kemudian menekan salah satu tombol di dekatnya dan aku bisa mendengar suaranya lewat headphone yang sudah aku pakai lagi. "Dari awal, ya, Ice?" Aku mengangguk mengiyakan.

Aku mengulang kembali dan lagi lagi terhenti di bagian yang sama, namun Mrs. David menyuruhku untuk kembali melanjutkan lagu itu sampai selesai.

Aku melepas headphone yang aku gunakan dan keluar dari recording room. Jeremy tersenyum dan masuk ke dalam recording room untuk memainkan drum.

"Mrs. David, aku tidak bisa. Aku buruk. Tadi sangatlah buruk dan jelek," ujarku panik.

"Ice, kau hebat. Bahkan Jeremy memujimu! Katanya kau yang terbaik sejauh ini," ujar Mrs. David.

Aku tertegun, "mungkin karena mereka masih kecil?" ujarku ragu.

"Tidak, Ice. Jeremy bilang banyak yang seumur denganmu. Semangat!" ujar Mrs. David.

Aku tersenyum dan kembali memasang headphone ketika Mrs. David melangkah keluar. Musik mulai mengalun melalui headphone seperti sebelumnya. Ayo, Ice! Kau harus bisa.

Raconteur [One-Shots]Where stories live. Discover now