Signore ~ 7

2.8K 277 14
                                    

Sitzea, Tahun 517.

Vincent bersama Scott menendang pintu besi yang sudah berkarat sebagai jalan keluar mereka dari terowongan rahasia milik keluarga Gustavson. Terowongan itu sudah ada bahkan sejak mansion keluarga Gustavson belum dibangun. Itu yang Ayahnya beritahu saat pengangkatan dirinya sebagai pewaris keluarga Gustavson beberapa bulan lalu. Entah siapa yang membangun, tapi keluarga Gustavson telah memutuskan untuk menjadikan terowongan itu sebagai jalan rahasia jika ada ancaman atau keadaan darurat.

Vincent mengambil alih obor api yang sempat ia titipkan pada Misaka. Hutan yang terlihat mengagumkan saat terang kini terasa mencekam dan menakutkan di malam hari. Misaka masih sedikit terisak, dia menoleh ke belakang—menatap istana kerajaan—yang juga terlihat mengerikan.

Walau tidak sepenuhnya, Sitzea hancur pada malam itu.

Scott ikut sedih memandang tempat kelahiran serta tempat untuk pulang. Tapi yang paling penting bukan membiarkan egonya mendominasi. Scott dan Misaka harus tetap bertahan hidup, itu adalah janji yang ia ucapkan pada mendiang kedua orang tuanya.

Mendiang...

Rasanya sungguh kasar ketika ia memikirkan hal itu. Tetapi itulah yang ia rasakan, ia tahu kedua orang tuanya pasti telah berjuang sampai akhir. Mempertaruhkan segalanya, harga diri dan nyawa mereka.

"Kita harus segera pergi dari sini," sahut Vincent mengalihkan semua pemikiran buruk Scott.

Dengan cepat Scott menarik tangan Misaka dan membawanya berlari bersama Vincent yang memimpin jalan. Meskipun ada obor, penglihatan mereka masih terganggu karena gelapnya malam. Terlalu banyak kendala yang memperlambat lari mereka, beberapa kali akar besar memperlambat lari mereka.

Samar-samar terdengar suara gaduh yang berasal dari belakang mereka. Bahkan Scott juga merasakan getaran di tanah yang kuat semakin mendekat ke arah mereka. Sudah dipastikan kalau musuh mereka mengejar dengan kuda. Entah berapa jumlahnya, yang pasti mereka cukup banyak untuk bisa membunuh Vincent, Scott, dan Misaka.

"Kita tidak bisa pergi lebih jauh lagi, Vincent! Kita harus menghabisi mereka di sini," seru Scott dengan napas terengah-engah. Badannya terasa dingin, ini rasa takut yang sudah lama tidak ia rasakan. Terakhir ia merasakan ini saat ia menjalani misi pertamanya sebagai prajurit di bawah pimpinan Ayahnya.

"Tidak bisa, Tuan Scott. Kita yang akan mereka habisi," balas Vincent yang juga tidak kalah paniknya. Ia terus memutar otak untuk mencari jalan keluar agar Scott serta Misaka bisa selamat. Asal mereka berdua selamat, maka Vincent akan melakukan apa saja termasuk mengorbankan nyawanya.

"Mereka di sana!"

Sebuah seruan dari arah belakang membuat Vincent menghentikan langkahnya. Sepertinya ia tidak punya pilihan lain di saat terdesak seperti sekarang ini. Satu-satunya cara adalah mengulur waktu sebanyak mungkin sampai Scott dan Misaka bisa lari sejauh mungkin.

Melihat Vincent berhenti, Misaka juga menghentikan larinya. Scott menoleh keras. Tadinya ia ingin memarahi Misaka, namun pandangan Misaka yang mengarah ke belakang mengurungkan niat Scott. "Vincent, apa yang kau lakukan? Kita harus bergegas, kau yang bilang sendiri, kan," seru Scott tanpa menghampiri Vincent yang sudah berjarak cukup jauh darinya dan Misaka.

"Saya akan menahan mereka. Anda dan Nona Misaka silahkan lari lebih dulu. Tolong berlarilah sejauh mungkin. Biarkan saya menahan mereka sampai darah penghabisan," balas Vincent dengan berteriak lancang.

"Bi-bicara apa kau, Vincent. Kalau kau melawan mereka, aku akan membantumu. Aku calon Jenderal kerajaan Sitzea. Tugasku adalah melindungi Raja, Ratu, keluarga kerajaan, dan rakyat. Aku tidak boleh lari, apalagi membiarkan pria tua sepertimu bertarung seorang diri," sanggah Scott dengan keras. Ia sudah bersiap menarik sepasang pedang miliknya dari sarung sebelum Vincent mengatakan hal yang membuatnya kembali bimbang.

SIGNORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang