Signore ~ 4

3.5K 344 10
                                    

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu. Sudah tiga minggu, nyaris sebulan sejak hari di mana Misaka menolak Rob. Sebenarnya gadis itu tidak tega menolak Rob yang baik hati, tapi jika ia menerima Rob, sama saja ia menyakiti hatinya. Dan juga hati pria itu.

Hati Misaka sejak dulu sudah milik seseorang. Dulu memang ia berpikir bahwa Sig hanyalah lelaki yang ia anggap sebagai Kakaknya selain Scott dan Frodie, tapi ternyata perasaannya pada Sig lebih dari perasaan seorang adik yang sayang pada kakaknya. Dan kini ia mengerti tentang perasaan apa yang ia rasakan pada Sig.

Misaka jatuh cinta pada Sig!

Tidak ada yang mampu mengalahkan perasaannya pada Sig. Tidak si tegas Menef. Tidak si tampan Jason. Tidak si imut Geo dan Gio. Tidak si konyol Luke. Tidak juga Rob yang menjadi sahabat laki-laki pertamanya di kerajaan Hughes.

Misaka menghembuskan napas panjang, merutuki kebosanannya karena saat ini ia benar-benar kesepian. Lima kawan prajuritnya sedang sedang lembur malam ini, lalu Scott juga ikut-ikutan lembur. Tau begitu Misaka lebih baik ikut bekerja di tempat yang sama dengan Scott.

Misaka menyenderkan punggungnya pada bangku kayu yang berada di teras rumah. Tangannya melayang di udara, menggapai-gapai udara hampa. Dia tersenyum tipis melihat langit malam yang dihiasi Bulan dan Bintang, membuatnya teringat Sig.

"Misaka!"

Signore berseru memanggil nama Misaka dengan nada lelah, dengan tambahan badan membungkuk dan tangannya memegang dada. Seolah-olah dia memang lelah. Misaka kecil terkikik kecil mendengarnya, dia sedang bersembunyi di tempat yang tak mungkin bisa Sig lihat. Karena tubuh Misaka mungil--Sig tidak mungkin menemukannya jika ia bertubuh tinggi layaknya remaja, bukan anak kecil.

"Misaka! Udahan dong main petak umpetnya. Sig udah nyerah, deh nyari kamu,badan kamu kecil, sih, nggak kelihatan tahu,," sahut Sig dengan nada yang dibuat-buat karena sebenarnya dia hanya ingin memancing Misaka keluar. Gadis kecil itu tidak suka dibilang badannya kecil.

Umur Misaka sudah menginjak 6 tahun, tapi bukan berarti ia berpikiran seperti anak-anak seusianya. Dia tahu betul kalau Sig sedang memancingnya keluar dari tempat persembunyian. Misaka tidak mau Sig menang kali ini. Rumah kaca adalah pilihan tepat baginya, di sini ia bisa bersembunyi dibalik tanaman. .

"Misaka!" panggil Sig kembali karena sepertinya ia gagal memancing Misaka keluar.

Emang Misaka ikan apa? Umpan kecil begitu mah nggak mempan sama Misaka.

Jeritan tiba-tiba dari Misaka membuat Sig menyunggingkan senyumnya. Dia menang lagi!

Dengan berlagak seperti pahlawan, Sig menyingkirkan ulat hijau yang berada di puncak kepala gadis kecil itu. Tangannya sibuk mengusap-usap puncak kepala Misaka, sekaligus memberitahu kalau Misaka sudah baik-baik saja karena Sig sudah membuang ulat itu jauh-jauh.

"Misaka cengeng, ihh...." ejek Sig.

Misaka merengut. "Geli tau!"

"Hehe... udah... udah.... Kita ke taman aja yuk!" ajak Sig. Tangannya meraih pergelangan tangan Misaka dan membawanya berlari ke taman disaksikan oleh langit malam.

Sig terus-menerus menggoda Misaka selama perjalanan. Baginya tawa Misaka adalah hidupnya, tanpa tawa itu, entahlah bagaimana hidup Sig.

Mereka duduk di bangku taman yang selalu mereka tempati setiap datang ke taman. Sig mengangkat tubuh kecil Misaka dan mendudukkannya dipangkuannya. Tangannya mengelus rambut cokelat Misaka yang memanjang sedikit demi sedikit.

SIGNOREWhere stories live. Discover now