2. She

543K 11.5K 664
                                    

Devan POV

Ketukan pelan di pintu ruang kerja membuatku teralihkan dari grafik warna warni yang ada di layar laptopku. Asistenku, Karina, masuk ke dalam ruangan dengan senyuman genit menghiasi wajahnya. Aku kembali hanya bisa menghela napas melihat pakaiannya hari ini. Lagi-lagi dia menggunakan rok yang terlalu pendek dan blouse tanpa lengan yang ketat sehingga memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya. Aku sudah berulang kali menegurnya untuk berpakaian lebih sopan tapi tidak pernah dia dengarkan.

"Permisi, Mas. Ibu Demi bertanya apa Mas Devan sedang sibuk atau tidak"

"Memangnya ada apa?" tanyaku bingung. Kenapa Mama tidak meneleponku langsung?

"Saya juga kurang tahu. Ibu Demi hanya bertanya seperti itu"

"Biar saya yang telepon beliau"

"Baik, Mas" katanya tersenyum manis dan berbalik badan untuk keluar dari ruangan.

"Karin" panggilku yang membuatnya berbalik badan dengan wajah berseri-seri. "Mulai besok pakai celana panjang. Kalau kamu masih menggunakan pakaian seperti ini, saya akan memindahkanmu ke pabrik saja. Menjadi asisten Pak Adrian. Dia sedang butuh asisten"

Wajah berseri-seri Karin pun berganti dengan ekspresi cemberut. Kalau tidak diancam begini, dia tidak akan pernah mau mendengarkanku. Aku tahu bagaimana dia benci dengan Manager Pabrik, Pak Adrian, yang sangat centil itu. Makanya aku menggunakan itu untuk membuatnya menuruti perkataanku.

"Baik, Pak" jawabnya dengan lemah. "Saya permisi dulu"

"Ya"

Setelah dia keluar ruangan, aku pun segera menghubungi Mama. Pasti ada sesuatu hal penting yang membuatnya mencariku atau mungkin mengenai acara Kak Ares nanti malam.

"Halo" jawab seorang wanita bersuara merdu di sebrang. Siapa lagi kalau bukan Mama.

"Ma, ada apa? Kata Karin Mama mencariku"

"Kamu sibuk?"

"Kenapa?"

"Mama mau mengenalkan kamu dengan seseorang" kata Mama terdengar girang.

Oh my God, not this again

"Sampai kapan Mama mau terus menyodorkan wanita padaku? Aku sudah bilang aku tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun saat ini" kataku sambil mengacak rambut belakangku frustasi.

"Pede sekali kamu. Ini bukan buat kamu. Mama mau mengenalkan kamu Manager HRD baru. Yang menggantikan Pak Shaleh. Kebetulan dia anak teman SMA Mama dulu" kata Mama setengah menahan tawanya. "Makan siang bareng gimana?"

"Bertiga?" Aku sebenarnya malas kalau hanya kami bertiga, karena Mama pasti akan mulai mencomblangi kami walaupun dia bilang hanya ingin mengenalkan anak temannya.

"Ya nggaklah" Aku menghela napas lega. "Sekantor" lanjut Mama sambil tertawa puas.

Mama masih saja suka bercanda walaupun sudah berumur seperti sekarang.

"Aku serius, Ma"

"Iya, bertiga aja. Papa kamu ada lunch sama klien"

"Mama ga nemenin? Biasanya ngikutin Papa kemana pun" Ya, Mama sangat posesif. Dia seperti buntut yang mengekori Papa kemanapun.

"Ga deh. Mama lebih tertarik ngenalin Athifa sama kamu"

Athifa? Namanya islami sekali. Jangan-jangan karena sifatku yang lempeng ini akhirnya Mama memutuskan mencari wanita yang juga kalem sepertiku. Tapi apalah arti sebuah nama kan? Belum tentu namanya sesuai dengan pribadinya.

"Oke, Ma"

***

"Dev, ini anaknya Tante Erli. Athifa Farihan lengkapnya" kata Mama sambil memegang bahu wanita yang baru saja datang ke restoran tempatku dan Mama menunggu sejak tadi.

[4] My Lady [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang