4. Feisty Girl

351K 9.2K 607
                                    

Seika POV

Aku berbaring di tempat tidur tanpa tenaga. Badanku terasa remuk redam setelah perbuatan Ares semalaman. Dia membuatku melayani nafsu binatangnya tanpa henti dari siang kemarin sampai tengah malam. Aku tidak bisa melawan ataupun menolak. Akhirnya aku hanya bisa pasrah dan menerima semuanya.

Aku bodoh. Memang. Aku manusia paling bodoh di dunia. Yang terima diperlakukan dengan kasar oleh lelaki yang bahkan belum menyandang status sebagai suami sahku. Lelaki yang membuatku mabuk kepayang di awal, sehingga aku menyerahkan seluruhnya pada dia, hati dan juga tubuhku. Namun, setelah itu memperlakukanku bagaikan budak nafsunya.

Aku kembali terpikir ucapan Devan. Kenapa aku masih bertahan di sisinya? Kenapa aku tidak bisa meninggalkan Ares? Aku sendiri tidak tahu. Aku tidak sanggup meninggalkannya bahkan memikirkannya saja aku tidak bisa. Aku terlalu mencintai dirinya. Terlalu dalam.

Love is blind. Cintaku pada Ares menutupi akal sehatku.

Ares tidak selalu bersikap kasar seperti itu. Terkadang dia sangat lembut dan perhatian. Dia memanjakanku dan juga menjagaku. Seperti tadi pagi saat dia membelaiku dan mengecupku dengan lembut sebelum berangkat kerja. Amarahnya selama dua hari ini sepertinya sudah surut. Sehingga dia kembali ke dirinya sendiri. Dia bahkan mengobati luka di wajahku yang masih membengkak sebelum dia pergi tadi. Saat seperti itu, aku bisa melihat kalau dia mencintaiku.

Seandainya saja Ares selalu bersikap penuh kasih sayang padaku. Seandainya saja dia tidak emosional dan kasar. Seandainya saja dia selalu setia padaku. Maka aku akan menjadi wanita paling bahagia di dunia ini.

Bahagia. Lagi-lagi aku teringat ucapan Devan.

Apakah saat ini aku benar-benar bahagia?

Suara bel membuatku tersentak. Saat ini masih jam 9 pagi. Tidak mungkin Ares sudah pulang. Dia baru saja berangkat sejam yang lalu. Aku juga tidak menunggu siapapun. Lalu siapa yang datang?

Suara bel kembali terdengar dan kali ini orang yang menunggu mulai tidak sabar.

Aku pun menggerakkan tubuhku yang rasanya tidak bertulang dengan susah payah. Saat menggerakkan kaki, nyeri di antara kedua kakiku membuatku meringis kesakitan. Aku menarik napas dalam-dalam untuk menahan sakit dan kemudian menuruni tempat tidur. Dengan berjalan sambil berpegangan pada dinding, aku pun sampai di pintu depan.

Aku mengintip dari lubang pintu dan terkejut melihat tamu yang datang ternyata adalah Devan. Dia terlihat tidak setenang biasanya. Dia berulang kali mengusap tengkuk dan juga wajahnya. Ares sudah memperingatkanku untuk menjauhi Devan dan juga lelaki lain dan aku tidak ingin melawannya. Aku berpikir sejenak mengenai hal yang harus aku lakukan saat ini.

Devan kembali menekan bel apartemen dengan tidak sabar.

Darimana dia tahu apartemen ini? Waktu itu dia tidak naik dan hanya mengantarkan di bawah. Darimana dia bisa tahu? Tidak mungkin kan dia bertanya pada Ares.

Setelah menimang-nimang akhirnya aku memutuskan untuk membuka pintu setelah Devan berulang kali menekan bel. Aku hanya membuka pintu sedikit, aku tidak bermaksud menyuruhnya masuk. Aku hanya ingin dia pergi. Aku tidak mau Ares melihat kami bersama. Aku tidak mau membuatnya kembali marah.

"Seika"

"Lebih baik kamu pergi, Dev."

Devan terkejut dengan ucapanku tapi dia kembali memasang ekspresi datarnya. "Aku mau bicara. Hanya sebentar"

"Maaf, aku sedang tidak enak badan. Aku mau istirahat"

Aku sudah akan menutup pintu tapi Devan menahannya. "Seika" katanya menatapku dengan tajam.

[4] My Lady [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang