9. Gone not Around Any Longer

326K 11K 1.2K
                                    

Aeris POV

Suara kunci yang diputar pada pintu depan, membuat aku langsung beranjak dari sofa dengan cepat dan setengah berlari menghampiri pintu depan yang terbuka. Saat lelaki itu muncul, seperti yang selama ini aku lakukan, aku pun langsung menyergapnya bagaikan kucing menemukan sepotong ikan. Tapi yang ini ikan yang sangat tampan dan juga menawan.

"Selamat datang, MISTER!!!" seruku kelewat girang sambil memeluk tubuh kekarnya itu. Aku senang mencium bau tubuhnya yang sudah bercampur keringat setelah bekerja seharian.

Jangan dipikir Devan akan beraroma bagaikan abang-abang yang ga banget dan selalu berhasil bikin aku muntah di bis saat pulang kerja. Aroma tubuh Devan itu sangatlah menggoda, menggoda iman dan juga akal sehatku. Membuat aku harus menahan diri untuk tidak menelanjanginya dan menciumi seluruh tubuhnya yang seksi berat itu.

Aku wanita mesum dan selalu horny?? Well, kalian pun akan begitu kalau berada di dekat Devan. Dalam radius 1 meter saja di sekitar dia, orang akan mulai kehilangan akal sehat, pengendalian diri, dan insting hewan pun muncul. Insting untuk memproduksi keturunan saat itu juga.

Oke oke aku berlebihan. Tapi intinya sangat tidak dianjurkan berada di sekitar Devan, terutama saat dia sudah terlihat lelah seperti saat ini. Karena dia menjadi semakin seksi dan terlihat mudah ditaklukan begitu saja.

"Ai, minggir lah! Kamu berat" protes Devan saat dia berjalan memasuki apartemen dengan aku yang menempel padanya bagaikan koala.

Hanya saat seperti ini saja aku bisa memeluknya. Jadi aku selalu menggunakan waktuku sebaik-baiknya. Selama dia belum protes, aku tidak akan melepaskan pelukan. Dan lucunya, Devan selalu memberikan aku waktu selama beberapa detik untuk memeluknya sebelum dia mulai protes.

"Mister mau makan dulu atau mandi dulu?" tanyaku sambil melepaskan buruanku, lagi-lagi dengan berat hati, dan mengikuti dia yang berjalan masuk ke dalam.

"Aku sudah makan"

"Oh" Ini dia. Pasti dia makan sama wanita itu. LAGI. "Sama siapa?" tanyaku dengan suara sedikit tersendat. Menahan nyeri di dada yang belakangan ini sering aku alami.

Tidak. Aku bukan kena penyakit jantung. Hanya saja penyakit hati yang tidak bisa disembuhkan.

"Partner baru perusahaan. Tadi setelah meeting, aku menjamu mereka" jawab Devan sambil melihatiku dengan dahi berkerut. "Kamu pikir dengan siapa?"

"Ga ada" jawabku singkat.

"Aku mandi dulu" katanya sambil melepaskan dasinya dan membuka kancing kemeja atasnya.

Duh. Lanjutkan, Mas!!

"Kenapa kamu melihat seperti itu?"

Aku yang tersadar menatap tubuhnya terlalu lama hanya bisa menyengir. "Err, mau nungguin baju kamu? Biar aku masukin mesin cuci"

Devan mendengus geli dan menggeleng. "Lame excuse"

Sialan. Dia tahu banget kalau aku sebenarnya lagi nunggu dia menelanjangi diri di sini. Tapi ga akan mungkin dia lakukan, karena dia tahu aku bakal menerjang dia secara brutal.

Hah, kenapa aku kaya cewe mesum banget gini sih?? Serius deh, diriku dulu tak begini tapi sekarang kok mesum gini? Lagi-lagi iklan.

"Berhentilah berpikir mesum, gadis bodoh" kata Devan sambil menoyor pelan dahiku dengan telunjuknya dan berbalik badan memasuki kamarnya.

Aku hanya bisa menghela napas dan membanting tubuhku ke sofa dan terlentang di sana. Sambil menatap langit-langit apartemen dan kembali mengingat penyebab penyakit hatiku seminggu ini. Penyakit yang bikin aku ga enak makan, ga enak minum, ga enak kerja, untungnya ga sampai ga enak hidup. Karena kalau iya, aku mungkin sudah bunuh diri sekarang.

[4] My Lady [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang