Bab 11( Lebih Dekat)

75 11 0
                                    

" Gue Kegeeran! Tapi saat ini indah. Biarkan keindahan yang gue rasakan tetap seperti ini. Hingga indah ini berubah menjadi cerita yang hampa "

Sejak saat itu, sejak Embun didatangi oleh Ezo pada pertemuan perdana MB. Mereka berdua lebih dekat. Akhir- akhir ini mereka berdua saling chatan. Tiap pagi, siang, sore hingga malam.

Ezo selalu membuatnya baper. Ezo selalu membuatnya tersenyum. Ezo yang selalu membuatnya bahagia.

" Dede, gue ada cerita lagi " ucap Embun kegirangan setelah sampai di kelasnya.

" Apa. Cerita kak Ezo lagi? " ucap Dede yang tau akan hal satu ini.

Yap. Setiap pagi jika Embun sudah sampai ke sekolah, pasti hal yang pertama ia lakukan adalah menceritakan semua kejadiannya dengan Kak Ezo. Tapi begitulah dede, ia tidak pernah bosan mendengar cerita temannya itu.

" Tadi malam. Gue video call-an sama kak Ezo. Ahh tadi malam gue gugup sekali. Gue juga nggak sadar kalau gue muka bantal malam itu. Uh " Embun menceritakan kisahnya dengan serius.

" Uh pasti sangat senang? " tanya Dede menatapku curiga.

Aku... Mengangguk...

" Jangan terlalu senang, nanti patah hati loe " ledek Dede.

" Ih jangan ngomong gitu dong. Mungkin ini kak Ezo beda dengan mantan gue yang lainnya " ucap Embun membela dirinya.

Mereka berdua melanjutkan aktifitas mereka masing-masing. Hari ini, senyum Embun tidak pernah pudar. Senyum itu yang buat adalah Ezo, Ezo dan Ezo.

***

Bel kedua baru saja dikumandangkan. Bel yang membuat para siswa siswi bersiap siap untuk pulang. Hari ini kelas habis.

Di ambang pintu kelasnya, Ichi sudah menunggunya. Embun menyapa sahabatnya itu. Dan saling menanyakan kegiatan sekolahnya. Setelah itu mereka berdua menuju ke kelas Feyi.

Embun dan Ichi telah berdiri di depan kelas Feyi. Sejak 5 menit lalu, kelas Feyi belum selesai. Pantas saja, guru yang mengajar di kelasnya adalah ibu Alfrida. Pasti dan tentunya kelas lama bubarnya.

" Uh lama banget. Gue lelah ni tenteng buku gue sebanyak ini. " ucap Embun yang mengeluh.

" Loe kode gue ye?" Nyolot Ichi. Ichi memang cowok yang paling peka dengan Embun. Bukan hanya Embun, semua sahabatnya.

" Kalo loe peka, bantuin nih. Berat tau!" Kesal Embun. Sejak tadi menurutnya, Ichi sangatlah membosankan. Ia hanya menyinggung kalo dia peka tapi tidak ada buktinya. Sama seperti sekarang.

" Iya bawel. Sini bukunya! " Ucap Ichi sambil mengambil buku yang dibawa oleh Embun. Sebelum itu, Ichi memegang puncak kepala Embun. Hal itu sudah terbiasa bagi Embun. Karena Embun tau, bahwa dirinya dengan Ichi hanya sebatas sahabat. Tidak lebih. Dan jika hubungannya dengan Ichi melebihi sebatas sahabat, menurutnya tidak mungkin dan tidak akan pernah terjadi.

" Eh kak ezo " Sapa Ichi setelah mengambil buku milik Embun. Embun berbalik badan dan mendapati Ezo menatap dirinya dengan pandangan yang sangat dalam. Senduh.

" Hae lagi ngapain disini? " Tanya Ezo.

Pertanyaan itu diajukan kepada Ichi, tapi tetap saja pandangan mata Ezo masih menatap orang yang sama. Embun.

Embun yang ditatap hanya salah tingkah. Dia hanya menatap sepatu tali hitamnya. Ia tidak sanggup menatap kedua bola mata milik Ezo lagi.

" 3 detik kutatapnya sudah membuatku jatuh cinta. Bagaimana dengan se-jam? "

Batin Embun sangat tidak karuan saat ini.

" Lagi tunggu Feyi kak " ucap Ichi ramah seperti junior ke seniornya.

" Hmm kalo gitu gue ke kelas dulu. Mau ambil tas dulu. Gue diluan yah " Ujar Ezo yang tetap menatap Embun. Setelah itu Ezo menuju kelasnya. Barulah Embun bisa bernafas lega.

" Hae! " Ucap Feyi sambil memeluk mereka berdua. Feyi yang menyadari bahwa wajah Embun sedikit pucat keheranan.

" Embun, lo napa. Kok pucat sih? " Tanya Feyi yang nampak khawatir itu.

" Ha! Ah gu..e pucat? " Tanya balik Embun.

Ichi dan Feyi mengangguk.

" Ahh! Gue tadi lemas pegang buku gue. Jadinya pala gue dikit pusing " Ujar Embun mencari alasan.

Ketika mereka bertiga akan pergi, muncullah Venus dengan nafas ngosan.

" Hae Ven! " ucap Feyi menyapa Venus.

" Loe bertiga ke BC PMR sekarang " ucap Venus sambil ngosan.

***

" Loe berempat kan alumni PMR SMP METHORIA. Gue harap loe bantu kami untuk mensosialisasikan Eskul kami di teman teman kalian. Agar kuantitas kita bertambah banyak " Ucap Yoyo KETUM eskul PMR ANTHARIKSA.

Mereka berempat menyetujui permintaan Yoyo itu. Tidak sulit, mereka harus menambah anggota saja. Ditambah lagi mereka bukan hanya berempat. Masih ada anggota lainnya. Shana. Shana juga teman dari Embun dkk. Dia juga alumni PMR. Dan Shana juga sekelas sama Embun sekarang.

Ketika mereka berempat menuju parkiran, Feyi melihat Ezo yang akan menuju ke kelas XII Biologi1.

" Uh kak Ezo. Pasti mau bertemu sama pacarnya. " ujar Feyi sambil tersenyum ke arah Ezo.

Kak Ezo sudah punya pacar?

Kalimat itu membuat Embun kaget mendengarnya. Venus yang menyadari itu langsung memegang tangan Embun.

" Kak Ezo sudah punya pacar? " Tanya Embun untuk mencoba cari kebenarannya.

" Iyalah. Mereka berdua sudah hampir dua tahun " jawab Feyi lagi.

Embun hanya mengangguk.

Dua tahun. Hubungan yang cukup lama.

Mereka berempat memasuki mobil. Pikiran Embun masih terarah kepada kak Ezo. Sedikit lagi air mata Embun akan jatuh.

" Gue Kegeeran! Tapi saat ini indah. Biarkan keindahan yang gue rasakan tetap seperti ini. Hingga indah ini berubah menjadi cerita yang hampa "

Perkataan itu mencoba menguatkan diri Embun. Dan pada akhirnya, air mata Embun menetes di kedua pipi Embun. Venus hanya menatap sedih kepada saudara kembarnya. Ia tidak tau harus berbuat apa.

EMBUNWhere stories live. Discover now