The Baby Bro - Part 13

1.9K 217 51
                                    

Happy reading guys!!!!

***

Sepulang sekolah, aku tidak menemui Jihan. Lagipula, aku tidak berjanji akan menemuinya. Imah juga hanya bilang dia ingin bertemu denganku sepulang sekolah, bukan berarti hari ini juga, 'kan? Ngomong-ngomong soal Imah, aku jadi heran dengan sikap si Doni. Semenjak kedatangan Imah tadi, Doni jadi agak lebih pendiam.

Sahrul mencolek lenganku, mengedikan dagunya menunjuk Doni yang kedatapan melamun.

Ya hari ini kita seperti biasa minus Robby, nongkrong bareng di pinggir lapangan dekat sebuah taman. Sahrul yang memaksa lebih tepatnya. Tadinya aku malas, namun dengan siasat liciknya dia merebut ponselku dan menelpon ibu mengatakan ada pelajaran tambahan.

Pelajaran tambahan pala lo!

Namun ibu tak semudah itu percaya, membuatnya harus rela diceramahi oleh ibu dan akhirnya dia mengaku kalau ingin mengajakku main.

Ibu dikibulin, mana bisa!

Eh, tapi aku sering ding ngibulin ibu, hehehe

"Don, lo kenapa lesu amat? Ngelamun lagi?" tanya Sahrul membuat Doni mengerjap dan menolehkan kepalanya ke arah kami.

"Kenapa lo? Gara-gara si Imah lagi?" tanyaku, namun Doni mendengus dan dengan cueknya malah menyeruput teh botol yang dibelinya tadi.

"Kenapa emangnya si Imah?" tanya Sahrul padaku.

"Tadi kan si Imah nyamperin, gue nyangkanya mau ketemu dia," tunjukku menggunakan dagu, "pas gue tanya ternyata bukan dan malahan nyari gue."

"Hmmm aneh dan mencurigakan."komentar Sahrul

"Ck, ngapain lo pada ngomongin dia sih."

Sahrul mengibaskan tangannya, mengiharaukan perkataan Doni dan menyuruhku melanjutkan cerita.

"Terus?"

"Ya gue juga mikirnya kaya lo Rul, masa dia pindah haluan suka sama gue...hahahaha kasian entar si Doni." ucapku lagi sengaja memancing reaksi Doni.

"Hahaha si kunyuk mah nggak masalah, kan orangnya nggak mau ini." timpal Sahrul.

Tiba-tiba Doni berdiri, "gue cabut duluan, ada urusan." ucapnya seraya menaikan relseleting jaketnya.

Aku dan Sahrul tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi datar yang di tunjukin Doni.

"Bilang ajah cembekor apa susah sih."kataku yang tak kuasa menahan tawa. Sampai sakit perut aku dibuatnya.

"Ini lagi, ya ampun gue punya sahabat kok nyalinya pada ciut semua, pada mendem cinta doyannya."

Asem deh si Sahrul. Aku langsung diam dan Doni langsung menjitak kepala Sahrul.

"Kunyuk lo pada berdua, udah ah gue cabut, abis ashar mau ngamen soalnya." ucapnya dan langsung pergi.

"Yah Don, masa tega ninggalin kita berdua. Lo mau apa ntar kita jadi mehong-mehongan?" teriak Sahrul mengundang perhatian sekitar apalagi para ojek online yang tengah mangkal dan berteduh di sudut lapangan tersebut.

"Kunyuk, lo." ucapku seraya menimpuknya dengan tasku dan buru-buru aku menyalakan mesin motor. Lebih baik aku juga pergi daripada harus meladeni kegilaan Sahrul.

"Asem lo pada, kenapa pada cabut gini sih. Terus gue ngapain dong?"

"Nyabutin bulu kaki lo kan bisa, udah ah gue cabut. Bye!" ujarku dan mulai melajukan si merah.

Tidur siang sepertinya menyenangkan.

***

Diruang tengah tak biasanya ramai seperti sekarang ini. Kulihat Ibu yang tengah duduk di atas lantai bersama Milan dan sibuk mengubek koper yang terbuka serta si kembar sibuk merecoki mereka. Aaron sedang tertidur di atas sofa, kepalanya terkulai lemah ke bawah dan satu kakinya diangkat ke atas. Mulutnya setengah terbuka, bahkan terkadang bergumam tak jelas.

The Baby BroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang