The Baby Bro - Part 12

2K 230 40
                                    

Happy reading guys!!

***
Jam istirahat biasanya aku tiduran dikelas atau cari jajanan ke kantin. Jarang ikut gabung sama anak cowok lain yang lebih memilih bermain bola atau basket. Namun hari ini, aku dan Doni memilih duduk lesehan di lorong kelas kami sembari menikmati minuman dingin dan ponsel untuk bermain game. Sahrul sudah bebas ke alam liarnya, entah itu manjat pohon mangga yang berada dekat parkiran dan kebetulan sedang berbuah atau tebar-tebar pesona sama adek kelas.

"Ab, lo sekarang susah kalo di ajak nongkrong." celetuk Doni tiba-tiba.

"Emang iya?"

"Emang iya emang iya palalu, si Robby terus-terusan WA, BBM nggak pernah di bales katanya."

"Lah masa?" jawabku dan langsung dapat tempelengan dikepala.

Aku meringis, mengusap-usap bagian belakang kepalaku yang terasa ngilu karena dipukul oleh botol minuman lalu menatap bengis Doni.

Busyet, ini kepala bukan es balok keles. Main pukul-pukul ajah.

Lagian bukan maksudku mengabaikan pesan-pesan yang mereka kirim, hanya saja aku terlalu malas untuk mengetik pesannya, bisa-bisa mereka semakin curiga kalau aku tidak bisa ikut.

"Kenapa lo, masih galau gara-gara si Najwa?"

Aku mendengus sebal. Ngomong-ngomong soal Najwa, hari ini dia nggak masuk. Sakit kata temen yang paling deketnya. Kalau ingat Najwa, jujur aku masih patah hati sekaligus sakit hati. Entahlah rasanya nyesek ajah.

"Nggaklah, ngapain juga." kilahku seraya tertawa.

"Bohong!" Seru Doni cepat.

Iya aku berbohong, hanya saja aku masih berusaha untuk menata hati kembali. Orang lain tak harus tahu kan?

Aku hanya mengibaskan tangan, aku tak ingin membahasnya lagi.

Doni diam setelahnya dan sibuk dengan game di ponselnya. Akupun begitu sibuk dengan pemikiranku sendiri.

Lorong koridor tampak sedikit sepi, karena kebanyakan mereka memilih kantin sebagai tujuan utamanya, dan gudang belakang bagi anak-anak yang bersembunyi untuk merokok. Hanya ada beberapa orang saja dan kebanyakan dari mereka adalah murid-murid pintar yang selalu menenteng buku kemanapun.

Aku memusatkan pandanganku dan melihat Salimah Maurin aka Imah tengah berjalan kearah kami.

"Don..." panggilku

"Hmmm, apa?" sahutnya tanpa menoleh.

"Si Imah, Don." kataku membuat Doni celingukan dan berniat untuk kabur namun sayang niatannya harus terkubur dalam-dalam. Imah sudah berdiri menjulang dihadapan kami.

"Hai kak Doni ganteng." namun Doni hanya mendengus tanpa mau menjawab sapaan Imah.

"Hai Imah."

"Haih kak Ab, belum aku sapa juga udah nyapa duluan."

Ini nih keanehan Salimah Maurin yang lainnya. Kalau aku nggak nyapa duluan pas ketemu, di bilangnya sombong, tapi kalau nyapa duluan, dia protes. Kan aneh.

"Mau ketemu Doni ya? Ya udah aku cabut."

"Eh, nggak kok bukan, bukan..." ucapnya tergesa-gesa ketika aku hendak bangkit, "perlunya sama kak Abra." lanjutnya membuatku mengernyit bingung dan menoleh ke arah Doni yang cuek dan terus memainkan gamenya.

Jangan bilang ini anak ganti haluan jadi suka sama aku. Amit-amit jabang bayi!

Soalnya kalau Imah ada disekitar kami pasti yang dituju adalah Doni, bukan aku, ataupun Sahrul yang selalu membuatnya kesal.

The Baby BroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang