06. Si Muka Bopeng Jatuh Cinta

3.4K 52 0
                                    

KHONG Tong Hwesio melihat bahwa Cee Un belum juga dapat merobohkan anak itu, menjadi makin marah. Ia enjot tubuhnya yang besar dan sekejap mata ia telah berada di atas panggung sambil membentak.

"Orang she Cee! Kau serahkan anak ini untuk disembeli olehku!"

Tapi Cee Un yang merasa penasaran tak mau tinggalkan anak itu karena kalau ia tinggalkan akan kehilangan muka. Itu berarti bahwa ia kalah terhadap Lie Bun dan jika nanti Khong Tong Hwesio dapat merobohkan anak ini, maka dengan sendirinya berarti bahwa iapun kalah hebat jika dibandingkan dengan Khong Tong Hwesio. Karena ini ia menjawab.

"Jangan kau ikut-ikut! Biarlah aku sendiri bikin mampus anak ini!"

Karena keduanya tidak mau mengalah, maka keduanya lalu maju menyerang Lie Bun, hingga anak muda ini dikeroyok dua oleh jago-jago nomor satu dari Tung-kiang dan Nam-kiang.

Menghadapi dua jago tua yang lihai dan ganas ini, Lie Bun kewalahan juga dan biarpun gerakannya lincah dan gesit, namun sukar sekali baginya untuk menghindarkan diri dari ancaman maut yang dilancarkan oleh dua lawannya itu.

Semua penonton menahan napas dan empe yang tadi bercerita kepada Lie Bun dan yang semenjak naiknya Lie Bun di atas panggung, telah mendesak berdiri di tempat paling depan, bertepuk tangan paling keras dan tertawa paling gembira melihat kemenangan-kemenangan Lie Bun. Kini ia berdiri memandang dengan bibir gemetar karena mengkhawatirkan keselamatan anak muda yang luar biasa itu.

Pada saat yang berbahaya bagi keselamatan Lie Bun, tiba-tiba kedua pengeroyoknya terpental mundur dan di antara keduanya berdiri seorang pengemis tua yang pakaiannya sama benar dengan pakaian Lie Bun. Ia adalah Kang-lam Koay-hiap sendiri yang keburu datang menolong jiwa muridnya dari bahaya maut.

"Tidak malukah kalian orang tua bangka mengeroyok seorang anak muda? Kalau kalian mau mengeroyok, keroyoklah aku tua sama tua!"

Ketika melihat siapa yang berada di depan mereka, Khong Tong Hwesio dan Cee Un berdiri dengan mata terbelalak dan mulut ternganga.

"Kang-lam Koay-hiap! Kesalahan apa yang telah kami perbuat hingga Koayhiap sampai turun tangan?" Cee Un bertanya sambil menjura.

"Kau secara pengecut mengeroyok muridku, masih bertanya salah apa lagi?"

Mendengar jawaban ini, Cee Un berdiri bingung. Tidak disangkanya sama sekali bahwa pemuda itu adalah murid Kang-lam Koay-hiap, pantas saja lihainya luar biasa.

Si jari lihai ini pernah mendapat hajaran keras dari Kang-lam Koay-hiap, maka ia sangat tunduk dan jeri.

Sebaliknya, biarpun pernah mendengar dan pernah melihat Kang-lam Koay-hiap, namun belum pernah ia merasai tangannya, maka Khong Tong Hwesio melihat betapa Cee Un nampak jerih. Ia lalu maju untuk mencari muka terang. Ia menjura sambil berkata, suaranya biasa, keras dan nyaring, sama sekali tidak menunjukkan takut atau jerih.

"Kang-lam Koay-hiap! Telah lama mendengar namamu yang besar, maka pinceng merasa senang sekali dapat bertemu muka. Muridmu ini lihai sekali hingga berturut-turut menjatuhkan jago-jago Tung-kiang dengan mudah. Tapi mengapa dia mengacau panggung lui-tai kami? Hal ini harap kau orang tua sudi pertimbangkan dan dapat menegurnya."

"Khong Tong, hwesio sesat! Tak perlu kau banyak jual lagak, karena aku telah tahu betul keadaanmu dan orang-orang yang menyebut dirinya orang-orang gagah tapi sebetulnya hanya gentong-gentong nasi tiada guna belaka!"

"Hayo, Lie Bun, kita tinggalkan tempat kotor ini. Untuk apa meladeni segala macam anjing penjilat orang-orang kaya ini?"

Bukan main marahnya Khong Tong Hwesio mendengar kata-kata ini, maka ketika guru dan murid itu balikkan tubuh hendak loncat turun dari panggung, tiba-tiba ia keluarkan hui-to atau golok terbangnya yang kecil dan tajam sebanyak tiga buah. Lalu langsung ia sambitkan ke arah guru dan murid itu.

Pendekar Bermuka Buruk - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang