08. Si Topeng Setan Menjadi Si Muka Hitam

3.3K 56 0
                                    

PIDATO ini disambut dengan tepuk tangan riuh rendah karena para penonton merasa gembira sekali hendak disuguhi atraksi istimewa yang belum pernah diadakan.

Juga Lie Bun merasa gembira sekali, karena ia ingin sekali tahu siapakah jago muda terpandai di kota ini.

Si gendut itu angkat kedua tangannya untuk mencegah orang-orang membuat gaduh, lalu berkata lagi.

"Nama-nama peserta akan diumumkan dan undian telah dilakukan tadi."

Pertandingan diadakan dengan cara tangan kosong dan tidak boleh menggunakan senjata tajam atau senjata rahasia. Luka atau kematian akibat pertandingan ini bukan tanggung jawab para peserta, dan hal ini telah disetujui oleh para pembesar yang berkuasa.

"Nah, sekarang peserta nomor satu Kwee Siang In berhadapan dengan peserta nomor tujuh Mo Kang Lok. Kwee-enghiong adalah jago muda dari Lun-kwan, sedangkan Mo-enghiong adalah pemuda di kota ini. Kedua enghiong, silahkan naik ke panggung."

Dengan disambut tepuk tangan riuh rendah, dua orang pemuda yang berpakaian dan bersikap gagah naik ke panggung dengan loncatan indah.

Melihat gaya loncatan itu, tahulah Lie Bun bahwa mereka hanya mempunyai kepandaian silat pasaran saja, maka ia menjadi kecewa. Tapi timbul pula kegembiraannya ketika mereka berdua mulai bertanding.

Keduanya tampan dan gagah dan kepandaian mereka berimbang. Tapi sebagaimana dapat diduga oleh Lie Bun pada saat mereka mulai bergebrak, pemuda she Kwee menang gesit dan pada suatu saat yang tepat ia berhasil mendupak perut lawannya hingga terhuyung dan akhirnya terguling dari atas panggung.

Kemenangan ini disambut sorak pujian dan pemuda she Kwee itu menjura ke arah penonton lalu mengundurkan diri untuk mempersiapkan diri menghadapi pertandingan babak kedua nanti.

Dengan lagak gagah si gendut lalu mengumumkan pertandingan kedua antara seorang she Oey dari Kwie-ciu dan seorang she Gak dari Bi-ciu. Lie Bun tertarik sekali mendengar bahwa orang she Gak itu berasal dari kotanya, tapi ia tidak kenal padanya.

Walau demikian, ada juga perasaan membela dalam hatinya hingga ketika dua pemuda itu bertempur, ia diam-diam mendoakan agar orang she Gak itu yang menang.

Tapi ia kecewa, karena pemuda she Gak itu akhirnya kena terbanting roboh dan dinyatakan kalah.

Demikianlah berturut-turut pertandingan diadakan. Ketika tiba giliran pertandingan ke enam, si gendut mengumumkan dengan suara dibuat-buat untuk menarik perhatian para penonton.

"Saudara-saudara sekalian. Pertandingan yang keenam ini dilakukan oleh orang-orang gagah kelas berat. Siapakah yang belum mendengar nama Rajawali Emas dari Bi-ciu dan Si Tangan Besi dari Kwie-ciu? Nah, kedua jago lihai ini sekarang akan bertanding di atas panggung ini. Diharap kedua jago ini, si Rajawali Emas Lie Kiat-enghiong dari Bi-ciu dan Kok Tian-enghiong dari Kwie-ciu suka tampil ke atas panggung."

Lie Bun merasa betapa dadanya berdebar. Kakaknya akan ikut bertanding. Kakaknya, Lie Kiat yang bengal dan sering menggodanya itu. Ah, kakaknya itu kini telah menjadi seorang ahli silat dan bahkan telah mempunyai julukan pula. Si Rajawali Emas dari Bi-ciu. Alangkah gagahnya.

Dengan mata terbuka lebar Lie Bun memandang ke atas panggung.

Tiba-tiba dari bawah melayang naik seorang pemuda dengan gaya yang cukup indah hingga tahulah Lie Bun bahwa pemuda itu anak murid Go-bi-pai.

Kemudian dari sebelah kiri melayang pula naik ke panggung seorang pemuda yang berwajah tampan dan berpakaian kuning emas. Sungguh gagah dan tampan sekali hingga ia mendapat sambutan tepuk tangan yang luar biasa.

Melihat kakaknya yang telah tujuh tahun ditinggalkan itu, Lie Bun merasa terharu sekali dan air matanya mengalir di kedua pipinya yang hitam dan bopeng. Kemudian ia tak dapat menahan gelora hatinya lagi dan loncatlah ia naik ke atas panggung, tepat di depan Lie Kiat dan berseru.

Pendekar Bermuka Buruk - ASKPHWhere stories live. Discover now