Bab V. PERTEMUAN DI KOTARAJA (Part 1)

1K 12 0
                                    

20. Gugurnya Bibi iblis.

Sebelum berlalu dari situ, Ci Yau-hoa juga sesumbar akan menangkap si Tanpa perasaan, tentu saja Ui Thian-seng semakin gelisah, sedemikian gelisahnya ibarat semut d i atas kuali panas, apa mau dikata mereka sama sekali tak mampu berkutik.

Kemudian dari kejauhan berkumandang suara pekikan lengking yang menusuk pendengaran, manusia aneh berbaju putih dan hijau segera menunjukkan wajah gelisah bercampur panik, setelah saling bertukar pandang sekejap, mereka pun mengeluarkan suara pekikan nyaring lalu pergi meninggalkan gua dan tak pernah balik lagi.
Sungguh tak terlukiskan rasa gembira Ui Thian-seng setelah berjumpa dengan Ciu Pek-ih, pembicaraan di antara mereka seakan tiada habisnya, sambil tertawa getir Ui Thian-seng baru berkata kepada si Tanpa perasaan, "Tadinya kusangka kau pasti ikut tertawan karena tidak mengira nenek siluman itu ternyata adalah Mo-kouw si Bibi iblis, tak terlukiskan rasa cemas dan gelisahku, tadi aku sempat kaget juga ketika mendengar suaramu berkumandang dari luar gua ... wah, kau memang hebat, sudah waktunya orang lama di dunia persilatan harus diganti dengan gelombang jago-jago generasi baru."
"Padahal aku sendiri pun sudah ditangkap Ci Yau-hoa, coba kalau bukan Si Ku-pei yang muncul di luar dugaan, tak nanti aku bisa meloloskan diri," ujar si Tanpa perasaan.
"Ketika melihat kau tak mampu membebaskan jalan darah kami dan segera pergi mencari bala bantuan, sebenarnya kami sendiri pun merasa kuatir dan bermandikan peluh dingin, kami kuatir siluman perempuan itu datang duluan dan kemudi.m menyerang kau secara tiba-tiba, saat itu kami akan jadi manusi.i berdosa karena telah mencelakaimu." Tanpa perasaan segera tertawa.
"Untung kejadian itu tidak sampai kita alami ... yang jelas, aku justru terlibat pertempuran yang cukup alot melawan jago-jago tangguh dari Pak-shia di kuil Liu-ho-an."
"Ceritanya begini," Ciu Pek-ih segera menjelaskan, "sewaktu saudara Tanpa perasaan menerjang masuk ke dalam kuil Liu-ho-arv, dia bertemu dengan beberapa orang saudara kami, semua orang mengira dia adalah jagoan yang dikirim Mo-kouw untuk menyergap kami sehingga pertempuran sengit pun tak bisa dihindari. Kemudian setelah pertarungannya melawan Tio-huhoat, Him-huhoat, Phang-huhoat dan Ko-huhoat dibantu Pek Huan-ji belum juga menghasilkan menang kalah, aku segera tahu dia pasti bukan satu komplotan dengan si Bibi iblis."
"Tanpa perasaan sebenarnya bukan orang yang tanpa perasaan," sela Ui Thian-seng, "dia sesungguhnya seorang jago yang berhati welas-asih dan baik hati ... ah benar, selain pelindung hukum Him, Phang, Ko dan Tio, apakah enam orang pelindung hukum lainnya juga dalam keadaan baik-baik?"
"Kekuatan yang dimiliki Pak-shia saat ini tersisa seratusan orang, itupun hanya enam puluhan orang yang masih mampu bertempur," sahut Ciu Pek-ih sedih, "Pelindung hukum Thay, Kwan, Leng dan lainnya enam orang telah gugur di medan laga! Ai, Pak-shia benar-benar tertimpa musibah besar kali ini, aku Ciu Pek-ih jadi tak punya muka untuk bertemu dengan leluhur! Sekarang aku hanya berharap bisa secepatnya membantai semua kawanan iblis itu, kemudian, berusaha mati-matian untuk membangun kembali Pak-shia!"

"Sebenarnya sasaran yang dituju keempat iblis Su-toa-thian-mo di dunia persilatan kali ini bukan hanya Pak-shia saja, mereka bahkan mengincar juga Say-tin, Lam-ce maupun benteng kami, bahkan mau melibas seluruh dunia persilatan, Pak-shia tak lebih hanya merupakan sasaran mereka yang pertama. Aku dengar Lam-ce serta Say-tin juga sudah menjumpai musuh tangguh yang luar biasa, itulah sebabnya kenapa kekuatan benteng kami terpaksa harus dibagi tiga dengan mengirim sepertiga kekuatan untuk menolong yang lain ....
"Aku rasa dalam peristiwa ini kita tak bisa menyalahkan siapa pun, aku percaya keluarga persilatan mana pun dari kita empat keluarga besar, jangan harap bisa membendung serangan Su-toa-thian-mo seorang diri....
"Contoh yang jelas adalah kekuatan kami yang begitu banyak dan kuat, sekalipun akhirnya kami berjiasil menghancurkan empat iblis langit, namun sepertiga kekuatan yang kami bawa telah menjadi korban, sekarang yang tersisa pun tinggal Khong tua dan It-kang, sementara lima pelindung hukum kami Lu, Yu, Yan, Li dan Yau-huhoat ditambah si Han tua dan kacung baju hijau telah menjadi korban keganasan mereka, dalam kejadian ini, aku harus menyalahkan siapa? Kecuali mengubah kesedihan menjadi kekuatan, apa lagi yang bisa kuperbuat? Justru yang penting saat ini adalah menggunakan kejadian ini sebagai dasar, kita himpun kembali kekuatan dan membasmi kawanan iblis itu untuk membalaskan dendam bagi rekan-rekan kita yang telah gugur."
"Terima kasih atas nasehat paman," sahut Ciu Pek-ih sedih.
Mendadak terdengar Chin Ang-kiok berseru, "Bukankah tadi kau mengatakan bahwa sisa kekuatan Pak-shia masih tertinggal di kuil Liu-ho-an dengan persediaan rangsum yang terbatas? Kenapa kita tidak segera berangat ke sana sambil berusaha membantu mereka?"
Biarpun Chin Ang-kiok adalah seorang jagoan yang dingin dan angkuh, sesungguhnya dia masih memiliki perasaan yang lembut, paling tidak masih mau menaruh perhatian atas penderitaan orang lain, tidak seperti Ci Yau-hoa, tampangnya penuh welas asih padahal hatinya keji bagaikan ular berbisa.
"Aku bermaksud naik gunung lebih dulu, aku ingin tahu bagaimana hasil pertarungan antara Mo-kouw melawan si Pentolan iblis," kata si Tanpa perasaan.
"Paling bagus lagi bila mereka sama-sama terluka parah, jadi kita tinggal datang untuk membereskan mereka secara mudah," sambung Yau It-kang.
"Ayo, kita berangkat," sambung Ciu Pek-ih.
"Baiklah, cuma kalian mesti hati-hati, orang bilang 'ulat berkaki seribu, biar sudah mati badan tidak kaku', kekejian Bibi iblis maupun Pentolan iblis sudah cukup kita ketahui bersama, lebih baik bila kita bertindak lebih hati-hati."
"Sewaktu kau bertempur melawan Pentolan iblis Si Ku-pei, aku dapat melihat bahwa kau memiliki kemampuan untuk menangkan iblis itu," ujar Ui Thian-seng, "asal kekuatan kita bersembilan bergabung dan turun tangan bersama, aku yakin kita pasti sanggup merobohkan mereka."

Serial 4 Opas (The Four) - Wen Rui AnWhere stories live. Discover now